#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Berbagi Kisah Inspiratif Dalam Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu SMA

#

Salah satu sesi di dalam Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu SMA melalui Rencana Pengembangan Sekolah Berbasis MBS yang dilaksanakan dari tanggal 18 s.d 20 November 2019 adalah berbagi kisah inspiratif (best practice sharing). Penguasaan konsep penting, namun implementasi dan kemampuan beradaptasi selama proses implementasi menuju SMA bermutu memerlukan lebih dari hal itu. Determinasi mencapai hasil dibuktikan oleh para kepala sekolah—peserta yang duduk di panggung membagikan kiat mereka.

Heru Supeno, kepala SMAN 1 Indralaya Selatan, Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan, berkisah bagaimana di tahun 2011, saat pertama kali ditugaskan di sekolah tersebut. “Siswa belajar di ruang kelas yang tidak layak, beratap daun rumbia, berlantai tanah, dan berdinding papan. Sekolah terisolir karena akses jalan rusak berat. Derita kami diperparah karena tidak ada air bersih, siswa terpaksa buang air ke hutan di sekitar sekolah,” kata beliau. “Perlu diketahui juga, latar belakang ekonomi orangtua siswa adalah menengah ke bawah, awalnya sekolah ini juga didirikan sebagai penyangga, karena orangtua siswa tidak mampu membiayai transport anak-anaknya ke sekolah yang lebih baik,” lanjutnya.

Secara singkat beliau memaparkan usaha yang dilakukan untuk mengubah wajah persekolahan: memotret dan mendeskripsikan kondisi nyata sekolah, bukan hanya fisik bangunan, tapi juga kondisi dan komitmen guru. Selanjutnya melakukan konsultasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, dinas pendidikan, orangtua siswa, masyarakat bersamaan dengan melakukan konsolidasi internal hingga melahirkan visi, misi, dan masterplan SMAN 1 Indralaya Selatan. “Yang sangat strategis di sini adalah melakukan pengelolaan staf, dengan memilih staf yang handal untuk menjadi tim pengembang sekolah, tapi sedapat mungkin menciptakan budaya zero conflict antarstaf.”

Masterplan menjadi arah sekolah akan menuju, namun program prioritas jangka pendek menjadi urgen untuk memenuhi kebutuhan dasar sekolah. Program ini disusun beriringan dengan pengembangan RKJM sekolah, dan “dalam 8 tahun SMAN 1 Indralaya Selatan menjadi sekolah model, berakreditasi A, disertakan dalam program sekolah zonasi 2019, secara fisik rindang, memiliki prestasi non akademik di tingkat nasional,” terang Heru.

Kondisi awal sekolah yang hampir sama dialami oleh Agus Supriyono, Kepala SMAN 1 Kendal, Kab. Ngawi, Jawa Timur. “ Jumlah siswa awalnya semakin turun dan sekolah hampir di-merger atau ditutup, tidak diminati masyarakat. 90% orangtua siswa berlatar bekakang ekonomi menengah ke bawah yang tidak menginginkan anaknya belajar lebih tinggi,” kata beliau.

“Di rapat pertama saya sebagai kepala sekolah, saya buka hati semua staf dengan menyodorkan semua fakta, lalu saya bangkitkan kesadaran mereka, berubah atau mati!,” tutur Agus. “Semua sepakat berubah, ikrar kami teriakan, tanda tangan komitmen kami bubuhkan. SMAN 1 Kendal Plus Entrepreneur itulah nama baru sekolah kami. Nama yang terus kami gemakan, kami tulis di mana-mana dan kami sebarluaskan ke mana-mana.”

Nama itu menjadi visi sekolah, dan diwujudkan melalui aksi nyata kepala sekolah beserta jajarannya. Di SMAN 1 Kendal Kab. Ngawi, siswa belajar di pagi hingga siang, petang hari sekolah memanggil instruktur tata rias, teknik kendaraan ringan, elektronika, pertanian dan fotograpi untuk memberikan keterampilan kepada siswa. “Kami mengirim guru-guru ke Institut Teknologi Surabaya untuk mengikuti semacam perkuliahan singkat (short course), kembali ke sekolah dan mengajarkan ilmunya kepada siswa, kurikulum ber-SKS dari ITS kami terapkan, dan jadilah anak-anak desa itu belajar komputer perkantoran, multimedia dan desain grafis,” kata Agus.

Beberapa kepala sekolah, seperti kepala SMAN 70 Jakarta dan kepala SMAN 2 Kota Tangerang Selatan, juga ambil bagian membagi pengalamannya. Sesi ini menjadi sesi terakhir sebelum Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu SMA melalui Rencana Pengembangan Sekolah Berbasis MBS ditutup oleh Kasubdit Kelembagaan dan Sarana Prasarana, Mulyatsyah.



Dalam sambutan penutupannya, Mulyatsyah menekankan bahwa sekolah yang luar biasa adalah sekolah yang mampu membangun sekolah dengan kearifan lokal dan tugas memimpin pembangunan mutu sekolah ada di tangan kepala sekolah. “Esensi dari MBS adalah bagaimana ada otonomi yang mampu membangun sekolah yang berkualitas. Kepala sekolah harus membangun partisipasi aktif dari staf guru, siswa, dan orangtua. Satu lagi, untuk melaksanakan MBS, harus ada perubahan mindset, kepala sekolah bertugas mendidik seluruh stakeholder sekolah menuju perubahan mindset tersebut.”

Teks : Tanto

Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  327 kali


#
19-Nov-2023

Bawa Nama Baik Indonesia ke Jepang Lewat Program Tokyo Metropolitan Board of Education

#
19-Sep-2023

Penyelarasan Kebijakan Dana Alokasi Khusus 2023 dengan Kabupaten Kota di Papua

#
27-Jun-2022

Bimbingan Teknis Digitalisasi Sekolah Tahun 2022

#
26-Mar-2022

Sosialisasi Sekolah Masa Depan di 7 Lokasi