Jakarta, 26 Mei 2023
Hasil Survei Lingkungan Belajar tahun 2022 menunjukkan, 98 persen manajemen kelas masih perlu ditingkatkan. Hasil ini tak berbeda jauh dari hasil Survei Lingkungan Belajar tahun 2021 yang menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran pendidik Indonesia relatif baik dalam memberikan dukungan afektif pada peserta didik. Tetapi, perlu peningkatan pada kemampuan manajemen kelas dan aktivasi kognitif.
Data menunjukkan, hanya 2 persen manajemen kelas dan 1 persen aktivasi kognitif yang sudah membudaya. Hasil Survei Lingkungan Belajar pada iklim keamanan ini selaras dengan hasil survei Pengalaman Hidup Anak dan Remaja Tahun 2021, hasil survei itu menyebutkan bahwa 34 persen anak laki laki dan 41,05 persen anak perempuan pernah mengalami kekerasan di sepanjang hidupnya.
Kondisi tersebut juga menjadi alarm bagi dunia pendidikan. Apabila pemikiran dan perilaku positif peserta didik tidak ditumbuhkembangkan dengan baik dalam proses mendidik dan membina, maka peserta didik berpotensi menjadi pelaku kekerasan dan korban kekerasan.
Hasil survei tersebut juga memberikan pesan yang sangat kuat bahwa proses pembelajaran yang selama ini berlangsung di sekolah-sekolah belum sepenuhnya menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan bagi warga sekolah. Padahal, lingkungan belajar yang berpihak pada ekosistem pembelajaran, merupakan salah satu cara mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.
Lingkungan belajar yang berpihak pada ekosistem pembelajaran dapat membuat peserta didik merasa nyaman, senang, dan bersemangat sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik, juga menjadi isu prioritas dalam kebijakan Merdeka Belajar.
Dalam rangka membekali para guru agar mampu mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman, menyenangkan, dan inklusif, Direktorat SMA melaksanakan Advokasi Disiplin Positif untuk Merdeka Belajar Jenjang SMA. Kegiatan yang diselenggarakan, pada 25-28 Mei 2023, di Hotel Bigland Bogor ini, menghadirkan Pengawas dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dari 34 provinsi.
Widyaprada Ahli Utama PAUD Dikdasmen Sam Yhon mengatakan, ada beragam cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas managemen kelas, salah satunya yaitu pendekatan disiplin positif. Pendekatan ini untuk membangun relasi kenyamanan antar-warga sekolah. Menurut Sam Yhon, kenyamanan yang dimaksud berupa perilaku saling menghargai, peningkatan rasa percaya diri, kepedulian terhadap sesama, dan terbangunnya relasi yan baik di antara warga sekolah.
Dengan hadirnya disiplin positif, lanjut Sam Yhon, tidak akan terjadi lagi perundungan di lingkungan sekolah. Selain itu, dengan adanya disiplin positif, toleransi di antara warga sekolah juga dapat meningkat, termasuk pemahaman guru terkait solusi mengatasi permasalahan peserta didik tanpa hukuman fisik, serta mencegah terjadinya kekerasan seksual.
“Disiplin Positif yang tertanam atas kesadaran pribadi menjadi sangat penting dalam penguatan kepercayaan diri guna mendukung peserta didik dalam memersiapkan masa depan mereka,” ujarnya.
Kepala Pokja Publikasi, Komunikasi dan Advokasi Direktorat SMA, Juandanilsyah menegaskan, usaha untuk menanamkan disiplin positif itu mudah untuk direncanakan tetapi tidak mudah untuk dilakukan sehingga harus terus dipraktikan di lapangan.
Ia menyebutkan, pendekatan disiplin positif dapat dilakukan dengan empat hal, yaitu: Pertama, Kualitas Pembelajaran. Salah satu prinsip dalam menerapkan pendekatan Disiplin Positif Partisipatoris dan Konstruktif.
Kedua, kepemimpinan instruksional. Pendekatan Disiplin Positif turut membantu pengkondisian untuk pencapaian visi dan misi sekolah dimulai dengan keteladanan pemimpin sekolah dan pendidik, Ketiga, iklim kemananan sekolah. Pendekatan Disiplin Positif adalah untuk membangun relasi yang nyaman antar warga sekolah yang saling percaya dan peduli, Keempat, iklim kebhinekaan. Menghargai keberagaman segala jenis keberagaman yang ada di sekolah seperti perbedaan individu, identitas maupun latar belakang budaya.
Koordinator Fasilitator kegiatan Disiplin Positif Merdeka Belajar jenjang SMA, Jean Hendry mengatakan, kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang dilaksanakan di Bigland Hotel,Bogor 25-28 Mei 2023. Pada kegiatan sebelumnya, peserta sudah mengisi survei yang berisi pertanyaan tentang pengalaman, aksi, sikap yang dilakukan kepada siswa dalam hal Disiplin Positif.
Hasilnya menunjukan, masih banyak peserta yang memberikan respons yang kurang tepat ketika menghadapi masalah. Seperti dipertanyaan jenis hukuman apa yang diberikan guru kepada siswa yang melakukan pelanggaran, banyak yang memilih jenis hukuman dengan memanggil orang tua siswa ke sekolah.
Menurut Henry hal itu adalah bukti masih banyak pendidik yang belum memahami dan menerapkan Disiplin Positif. “Selama ini.yang banyak terjadi adalah bentuk “give up” atau menyerah dalam mendidik siswa. Memang tidak mudah menemukan solusinya. Namun, dengan menghadapi kesulitan saat belajar, kita akan mendapatkan kemudahan di masa mendatang,” ujarnya.
Pokja Publikasi, Advokasi dan Komunikasi
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: sma.kemdikbud.go.id
Twitter: @dit_sma
Instagram: direktorat_sma
Facebook: Direktorat SMA
Tik Tok: @direktorat_sma
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 2545 kali |
Duta SMA Nasional 2023 Shafiqa Azwa Hafiza Peduli Literasi dan Bahasa Isyarat
Lantar Maulana Anugerah Daiva Duta SMA Nasional 2023 Prihatin dengan Maraknya Kekerasan di Kalangan Pelajar
VANIA PUTRI ARFANDA KURNIA DUTA SMA NASIONAL BERBAKAT 2023 Menggali Potensi Meraih Prestasi
Muhammad Iqbal Raihan Siswa SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA Matematika Adalah Solusi