Dibalik kesuksesan seorang anak, ada pengorbanan dan kasih sayang orangtua yang tidak terhingga. Perjuangan para atlet di O2SN di Banda Aceh, juga tidak lepas dari dukungan para orangtua. Bahkan mereka rela merogoh kocek pribadi dan mengorbankan waktu untuk mendukung langsung anak-anaknya bertanding.
Santy Ervita misalnya, datang jauh-jauh dari Riau agar bisa menyemangati putranya, Rivani Sandika bertanding di nomor 100 meter atletik. Menurut Santy, kedatanganya ke Aceh khusus mendampingi dan menyemangati Rivan. Segala kendala tak menyurutkan niatnya untuk bisa datang ke Aceh. "Kebetulan saya datang ke sini dibiayai Rivan karena dia memang maunya bertanding sambil didampingi ibunya.Jadi dia membeli tiket pesawat saya dengan uang sakunya. Kalau biaya sendiri kami tidak akan mampu, saya hanya seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayah Rivan sopir angkot," jelas Santy.
Menurut Santy pendampingan yang dilakukannya sudah sejak persiapan di kabupaten. Santy yang mempelajari ilmu kepelatihan secara otodidak, banyak mempelajari teknik-teknik atletik melalui kanal YouTube. "Dari pengetahuan yang saya dapat, saya terapkan pada Rivan," ujar Santy. Selain itu, Santy juga menerapkan pola makan sehat untuk anaknya. "Benar-benar harus diperhatikan latihannya, istirahatnya, makannya, belajarnya. Alhamdulillah, sejak SD Rivan selalu bersemangat karena cita-citanya ingin jadi atlet nasional," jelas Santy. Rivan dengan penuh semangat menargetkan bisa masuk pelatnas atletik dan berlari bersama juara dunia, Lalu Muhammad Zohri.
Dwi Ruwiyantini juga mendampingi putranya bertanding di ajang atletik, Yunian Fuadi dari MAN 2, Yogyakarta. "Saya khusus datang ke Aceh untuk melihat anak saya bertanding. Syukur Alhamdulillah tadi bisa jadi 2 saat penyisihan, jadi ada peluang untuk masuk final," ungkap Dwi. Ibu dua orang anak itu terpaksa meninggalkan usaha perlengkapan dan oleh-oleh hajinya di Yogyakarta demi mendampingi Yunian. Sama seperti Santy, Dwi juga memberi perhatian dan menyiapkan dana khusus untuk Yunian. "Kalau pagi biasanya saya selalu menyiapkan 200 gram sayuran dan buah, lalu juga menyiapkan susu untuk pagi dan sore hari. Agar tidak mudah cedera juga kami siapkan suplemen dan vitamin," imbuh Dwi.
Keterlibatan Dwi pada karier anaknya di dunia olahraga sudah terjadi sejak Yunian ikut O2SN tingkat SD dan SMP."Sebagai orangtua tunggal Saya hanya bisa berdoa untuk kebaikan Yunian. Dia bercita-cita nantinya setelah lulus, sambil melanjutkan pendidikan sambil tetap lari," kata Dwi. Demi mewujudkan cita-cita Yunian, Dwi mengatakan rela mengorbankan waktu dan biaya agar anaknya bisa menembus prestasi tertinggi.
Sementara Aunilawati, menempuh perjalanan darat selama 8 jam dari Taksngon, Aceh Tengah ke Banda Aceh,khusus untuk mendampingi putranya, Gunter Lowe. Siswa SMAN 9 Banda Aceh itu, bertanding di cabang olahraga pencak silat dan berhasil memenangkan pertandingan pertamanya. "Sebagai ibu tentu saja saya tegang dan deg-degan menyaksikan anak saya bertanding.Setiap dia bertanding di Aceh saya sempatkan datang karena saya ingin juga melihat perkembangan Gunter," kata Aunilawati.
Bagi Aunilawati, sportivitas dan kesabaran adalah harus dikunjungi tinggi. "Selain pelatih, kami orangtua juga harus memberi masukan bagaimana sebisa mungkin Gunter bertanding dengan baik, taktis, jangan sampai merugikan lawan," tukas Aunilawati. Pendidikan Gunter di SMA berbasis pendidikan olahraga, membuat Aunilawati merasa sedikit tenang soal pergaulan. "Orangtua manapun pasti senang kalau visa berprestasi dan berada dalam lingkungan yang positif. Tinggal bagaimana kita mendorong dan memberi arahan. Saya inginnya anak saya bisa melanjutkan melanjutkan pendidikan dari jalur prestasi. Bagaimanapun pendidikan penting untuk modal masa depan ," tutup Aunilawati.
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 274 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019