Sejalan dengan Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti yang di dalamnya salah satunya adalah kewajiban menjalankan kegiatan membaca non-pelajaran selama 15 menit setiap hari, amanat untuk memberikan panduan bagi pelaksanaan kegiatan tersebut mendorong Ditjen Dikdasmen melahirkan gerakan literasi sekolah (GLS). Sosialisasi tentang gerakan tersebut sudah dilakukan pada semua pemangku kepentingan, seperti para Kepala Dinas Pendidikan baik provinsi maupun kabupaten/kota, serta dilaksanakannya berbagai pelatihan, termasuk pelatihan Kurikulum 2013 yang salah satunya memasukan materi literasi yang diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran. Namun demikian, GLS tidak akan sukses tanpa dukungan masyarakat dan keluarga. Semua pemangku kepentingan harus dilibatkan.
“Oleh karena itu kami berupaya menyelenggarakan kegiatan kolaboratif yang mewadahi guru, kepala sekolah, penggiat literasi, pengelola taman bacaan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, orangtua dalam sebuah forum. Dalam rangka itulah festival literasi ini kami laksanakan,†demikian disampaikan Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad dalam acara pembukaan Festival Literasi Sekolah di Jakarta (27/10).
Festival literasi tersebut merupakan perayaan literasi. tempat berkumpulnya semua pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman, informasi dan menjalin komunikasi. Partisipan yang terlibat dalam kegiatan ini cukup beragam, antara lain sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, SMK, SMA dan PKLK. Acara juga disemarakkan oleh komunitas literasi, penerbit, lembaga internasional dalam bentuk stand literasi, diskusi dan pelatihan.
Dalam kesempatan tersebut juga diluncurkan 7 buku literasi yang ditulis oleh anggota satuan tugas gerakan literasi sekolah. Festival diselenggarakan bersamaan dengan lomba dan olimpiade literasi tingkat SD, SMP dan SMA. Pada tingkat SD diselenggarakan Apresiasi Sastra Siswa di Bogor, untuk jenjang SMP diselenggarakan Olimpiade Literasi Siswa Nasional di Jakarta, dan untuk tingkat SMA digelar Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) di Bogor.
Dalam sambutannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengungkapkan, literasi kini menjadi perhatian dunia internasional. Kemampuan literasi menjadi tolok ukur bagi kemajuan bangsa. Literasi juga menjadi kunci bagi pengembangan sumber daya manusia. Tinggi rendahnya kemampuan literasi di suatu bangsa akan menjadi cermin sampai seberapa tinggi peradaban bangsa tersebut. “Berdasarkan survei internasional seperti PISA, kemampuan literasi kita berada pada posisi yang rendah, maka kita harus mendongkraknya dengan gerakan literasi ini,†ungkap Mendikbud.
Kita memiliki potensi menjadi bangsa yang besar. “Jadikan gerakan literasi sebagai kendaraan untuk anak-anak kita untuk bisa nanti ambil alih tongkat estafet perjuangan bangsa ini untuk menjadi bangsa yang lebih maju, yang setara dengan bangsa-bangsa maju yang lain,†demikian pesan Mendikbud.
Khusus untuk kegiatan ARKI tahun ini, tema yang diusung adalah “Toleransi,†dengan Subtema “Menghargai Perbedaan†untuk Cipta Syair, “Bahagia dalam Perbedaan†untuk Cipta Cerpen dan “Merayakan Perbedaan†untuk Cipta Komik.
Sebanyak 60 siswa mengikuti babak final ARKI, dengan rincian 30 orang mengikuti Lomba Cipta Cerpen, 20 orang mengikuti Cipta Syair dan 10 orang mengikuti Cipta Komik. Kegiatan yang dilaksanakan di Bogor dari tanggal 26 sampai dengan 31 Oktober 2017 di Hotel Salak ini melibatkan 9 orang seniman dan akademisi yang berkompeten di bidangnya sebagai juri.
Selain mengikuti lomba, para peserta juga akan mengikuti Wisata Edukasi ke Museum Kepresidenan dan Kebun Raya Bogor yang akan menambah wawasan mereka.
Kepada semua peserta, selamat berlomba. Salam Literasi!
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 3502 kali |