#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

International Astronomy Olympiad IAO 2012 Tim Indonesia Raih Satu Perunggu

#

Pada ajang International Astronomy Olympiad (IAO) ke-17 yang digelar di Gwangju, Korea, 17-23 Oktober 2012 lalu, tim Indonesia meraih satu perunggu. Medali perunggu itu diraih Rizki Wahyu Pangestu dari SMAN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah.
IAO ke-17 tahun 2012 yang diikuti 20 tim senior dan 20 tim junior dari 20 negara peserta yakni Armenia, Bolivia, Brazil, Bulgaria, Cina, Republik Ceko, Estonia, India, Korea, Kazakhstan, Lithuania, Mongolia, Rumania, Rusia, Sri Lanka, Swedia, Thailand, Ukraina, Kamboja dan Ghana, tim Indonesia mengirimkan 2 putra terbaiknya di bidang Astronomi yakni Andy (SMA St. Petrus, Pontianak, Kalimantan Barat) dan Rizki Wahyu Pangestu (SMAN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah). Sementara Kamboja dan Ghana masing-masing mengirimkan seorang observer (pengamat).
Dr. Hakim L. Malasan, M.Sc, Ketua Tim Indonesia, mengatakan secara umum tim Indonesia tidak kalah hebatnya dengan tim dari negara lain. Karena standar pendidikan astronomi Indonesia mengacu pada kisi-kisi dan silabus olimpiade internasional. Namun, faktor ketenangan mental tampaknya sangat perlu ditingkatkan bagi tim Indonesia ke depannya.
Anak-anak kita tidak kalah hebatnya dengan anak-anak dari negara lain. Ketenangan mental mereka yang perlu ditingkatkan. Secara pengetahuan mereka mumpuni tapi mereka belum mampu mengalahkan diri mereka sendiri dalam hal ini faktor gugup, tandas pria paruh baya yang sehari-harinya menjadi dosen Pasca Sarjana di ITB ini.
Untuk itu, tambah Hakim, perlu adanya pelatihan khusus yang difokuskan kepada pendidikan mental bagi para calon delegasi Indonesia yang akan mengikuti kegiatan olimpiade internasional ke depannya. Pendidikan mental tersebut menurutnya seperti outbond training dan pendidikan psikologi yang di dalamnya terdapat pendidikan mental dan pendidikan karakter yang akan sangat bermanfaat bagi para siswa yang akan diberangkatkan mengikuti ajang olimpiade internasional.
Yang penting adalah pendidikan yang mampu merangsang motivasi dan semangat untuk berjuang. Hal ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk pendidikan psikologi atau outbond. Resep-resep seperti itulah yang perlu kita tingkatkan selain pengetahuan di bidang yang akan dilombakan itu sendiri. Rasanya, jika semua itu bisa dipenuhi, sudah sangat memadai, jelas Dr. Hakim L. Malasan, M.Sc. yang ditemui Tim Potensi di Bandara Soekarno-Hatta sesaat setelah mendarat dari Gwangju, Korea, (24/10).
Selain perlunya pendidikan motivasi dan daya juang, para calon peserta olimpiade internasional, khususnya dari Indonesia, diharapkan juga memiliki faktor fleksibilitas. Yakni kemampuan peserta untuk beradaptasi dengan lingkungannya secara cepat. Karena pada setiap penyelenggaraan kegiatan Olimpiade, penyelenggara biasanya mengadakan kegiatan yang membutuhkan faktor adaptasi tinggi. Sehingga, bila si peserta dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, maka dia bisa mendapatkan semacam kekuatan tersendiri yang diperlukannya untuk menjalani semua babak yang dilombakan. Sedangkan jika si peserta tadi sudah terlebih dahulu gugup, maka bisa dibilang, si peserta tidak dapat menemukan kekuatan lain yang bisa digunakannya untuk menjalani setiap babak perlombaan.
Hal senada juga dijelaskan Arfah Laidiah Razik, SH, MM, Kepala Seksi Peserta Didik Subdit Kelembagaan dan Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA Kemdikbud. Pada prinsipnya, kami bangga kepada para peserta dari Indonesia. Mereka sudah melakukan yang terbaik untuk Indonesia. Mungkin ke depannya kami perlu mempersiapkan lebih baik lagi terutama kesiapan mental para delegasi dalam menghadapi lawan dari negara lain, kata Arfah yang dalam ajang IAO 2012 ini bertindak sebagai Observer Tim Indonesia.
Ditambahkan Arfah, siswa-siswa Indonesia yang terpilih mengikuti ajang olimpiade internasional memiliki pengetahuan yang sangat baik untuk bidang yang dilombakan. Namun, faktor gugup dan kesiapan mental yang selama ini menjadi kendala bagi tim Indonesia untuk dapat melaju dengan mulus menyelesaikan semua babak yang dilombakan. Tapi, hal itu bukan tidak bisa diatasi. Ke depannya, pelatihan khusus di bidang persiapan mental siswa akan lebih ditingkatkan lagi.
Sementara itu, Rizki Wahyu Pangestu, siswa SMAN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah, yang pada ajang IAO 2012 ini berhasil menyumbangkan 1 medali perunggu untuk Indonesia menyatakan prestasi yang diraihnya saat ini belum memuaskan dirinya. Karena menurutnya, tim Indonesia bisa mendapat lebih dari prestasi yang diraih saat ini. Namun, faktor gugup, mental dan perbedaan cuaca diakuinya cukup menyulitkan dirinya saat berlomba.
Jujur saja, saya merasa tidak puas dengan perolehan medali saat ini. Karena kita bisa lebih dari itu. Cuma faktor gugup, kesiapan mental dan perbedaan cuaca dengan di Indonesia cukup menyulitkan saya saat berlomba, kata anak pertama dari dua bersaudara yang senang menabuh drum ini kepada Potensi.
Namun, secara prinsip, Rizki merasa cukup bangga dapat menjadi wakil Indonesia dalam ajang bertaraf internasional. Meski saat ini hanya dapat menyumbangkan medali perunggu untuk Indonesia.
Terlepas dari semua faktor yang perlu ditingkatkan tadi, saya bangga dapat menjadi wakil Indonesia di ajang internasional. Ini kesempatan langka yang bisa didapat, imbuh Rizki yang bercita-cita ingin melanjutkan pendidikannya ke ITB selepas SMA nanti.
Ajang IAO adalah ajang olimpiade yang bersifat sains di bidang Astronomi yang di dalamnya terdapat beberapa ronde perlombaan meliputi ronde teori, ronde analisis data dan ronde observasi. Pada ronde teori berisi 6 soal essai panjang yang harus diselesaikan dalam waktu 4 jam. Sedangkan pada ronde analisis data, peserta harus mampu memecahkan 2 masalah astronomi observasi melalui pengolahan data dan grafik yang juga harus diselesaikan dalam waktu 4 jam. Lalu pada ronde observasi, peserta harus mampu memecahkan 4 soal di lapangan dengan menggunakan teleskop dan mata telanjang dalam waktu 17 menit.
Rizky/Sidik
Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  245 kali