Jakarta --- Kementerian Pendidikan Nasional akan membekali perempuan-perempuan muda dari 38 kabupaten kota sumber tenaga kerja wanita (TKW) dengan pelatihan menjahit. Pelatihan perempuan muda ini selain untuk meningkatkan kemampuan vokasi, juga untuk memanfaatkan peluang perusahaan garmen, alas kaki, dan sepatu yang baru akan dibuka.
Dengan adanya pelatihan ini, mereka yang tadinya berpikir untuk menjadi TKW di luar negeri, dengan kompetensi yang dimiliki nantinya bisa bekerja di perusahaan-perusahaan garmen atau membuka usaha mandiri.
"Industri alas kaki saja membutuhkan 40 ribu tenaga kerja yang siap diserap karena pembukaan industri baru," ujar Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal seusai menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional "Enterpreneurship Creative ideas for the youth market" (28/6), yang diselenggarakan oleh Universitas Sahid di Gedung Smesco UKM, Jakarta.
Pelatihan menjahit tersebut akan dilakukan di SMK-SMK maupun Balai Latihan Kerja. Kalau kualitasnya sudah baik, mereka langsung dijanjikan pengusaha dalam negeri untuk diserap. "Dunia usaha tentu tidak main-main dalam merekrut tenaga kerja. Tapi mereka pun juga tidak mau membiayai pelatihan ini, makanya kita beri pelatihan," ujarnya.
Saat ini Kemdiknas sedang mengerahkan semua program untuk rehabilitasi sekolah. Mulai dari bangunan baru, ruang kelas baru, sampai dengan fasilitasnya. Dalam program tersebut dijalankan pola padat karya yang diserahkan pada masyarakat. "Selain membuka lapangan kerja, fasilitas sekolah kita dapat, dikerjakan masyarakat, uangnya juga mengalir ke masyarakat," kata Fasli.
Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan menyiapkan tenaga-tenaga kerja ini.
"Kemdiknas menyiapkan materi pelatihan, Kemdagri dan pemda menyiapkan data-data mereka, Kemenko Perekonomian menyiapkan dananya, Kemnakertrans menyiapkan peta penyaluran mereka, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan menyiapkan produk seperti apa yang bisa dibuat, sebagai bekal untuk mereka ini (TKW), Kementerian BUMN menyiapkan CSR-CSR nya," ujar Fasli.
Selain pelatihan menjahit, ada juga pelatihan lain di sektor pangan. Pelatihan tersebut dilakukan karena pemerintah sedang mengembangkan usaha luar biasa untuk menjaga ketahanan pangan. "Kalau dulu mereka tidak bersedia bekerja di bidang pangan karena tidak ada ketersediaan modal, bibit, pupuk, biaya, nanti akan disediakan dukungan untuk mereka," tutur Fasli.
.
Fasli juga menekankan, dalam setiap usaha harus tetap memperhatikan mutu produk. Apalagi di era globalisasi dan perdagangan bebas ini, segmentasi pasar benar-benar harus diperhatikan. "Menghadapi banyaknya produk luar yang masuk, kita harus meningkatkan kecintaan terhadap barang dalam negeri, dan pertahankan segmentasi pasar hingga nanti kita bisa mengirim barang-barang berkualitas ke luar," ujarnya. (aline)
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
691 kali |