#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Lomba Debat Bahasa Indonesia

#

Senin sampai Sabtu, 21-26 Oktober 2013, Direktorat Pembinaan SMA  (Sekolah Menengah Atas) melaksanakan Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) yang berlangsung di Royal Safari Garden, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Lomba ini bertujuan  untuk memperluas wawasan para siswa SMA agar terbiasa berfikir kreatif dan analitis, mampu bersaing secara kompetitif, berkomunikasi secara efektif dan dapat menyampaikan argumentasi di depan publik dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Lomba yang sedianya akan dibuka oleh Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar Ph.D, karena sesuatu hal diwakili oleh  Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik Suharlan SH,  MM. Dalam kata sambutannya Suharlan menyatakan bahwa, kegiatan LDBI ini telah memperoleh respon positif dari berbagai provinsi. Sebelumnya,  pada bulan lalu, di tempat yang sama telah diselenggarakan pula lomba debat bahasa Inggris  dimana provinsi Sulawesi Tengah keluar sebagai juaranya. Ini prestasi yang luar biasa, sebab biasanya lomba debat bahasa Inggris didominasi oleh Pulau Jawa. “Kami minta seleksi debat ini harus dibedakan, seleksi bahasa Inggris sendiri dan bahasa Indonesia sendiri. Semakin banyak yang ikut itu semakin bagus. Kami juga mohon kepada Dinas Pendidikan Provinsi, sistem mekanisme seperti ini perlu terus digalakkan, karena itu pula sebabnya  lomba debat bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia harus dilakukan seleksi.  Kami juga akan mengirimkan surat kepada Dinas Pendidikan Kabupaten dan Provinsi serta tembusan kepada Bupati atau Walikota agar mekanisme ini seragam, termasuk dalam penggunaan dana APBD,” pungkasnya.

Debat bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris bukan sekadar debat kusir, akan tetapi   debat yang bermutu. “Semakin pintar dalam berdebat, pertumbuhan demokrasi di Indonesia akan semakin terlihat. Kegiatan ini bagus untuk masa depan adik-adik sekalian. Dan, ke depannya  perlu dibentuk klub-klub berbahasa Indonesia  maupun Inggris  agar rasa peracaya diri kalian semakin tinggi, ini perlu dipupuk  di seluruh sekolah. Ajang lomba debat bahasa Indonesia ini  betul-betul membuat kalian semakin berkualitas, karena kalian merupakan calon-calon pemimpin bangsa. Dan, mudah-mudahan debat bahasa Indonesia kelak akan diselenggarakan oleh provinsi-provinsi lain, bukan hanya Jawa saja. Jadi, provinsi-provinsi tersebut  bisa bersaing dengan provinsi yang ada di pulau Jawa.” Harap Suharlan.

Teknis Penyelenggaraan

Pada kesempatan yang sama, Rahmat Nur Cahyo selaku ketua juri menjelaskan bahwa secara teknis LDBI mempertemukan semua tim dari masing-masing provinsi se Indonesia, dengan demikian akan ada 33 tim yang terkumpul.  Hari kedua diadakan seminar yang menjelaskan kepada para siswa/peserta tentang  apa itu debat, bagaimana debat, dan contohnya. Kemudian juri dan siswa dipisah, juri akan diakreditasi, mereka nantinya akan mendapat nilai A, B, C atau D. “Para juri akan melewati lima babak penyisihan, walapun semuanya mungkin ada yang  tidak menang tapi harus melewati lima babak itu. Pada babak pertama, siapa melawan siapa, dan tempat yang digunakan menggunakan tujuhbelas ruang. Begitu hasil sudah selesai kita tabulasi lagi dan masuk di babak kedua sesuai dengan hasil dari babak pertama. Begitu sampai babak kelima  ada babak eliminasi kemudian diambil enambelas besar, selanjutnya rangking satu yang paling tinggi skornya akan diadu dengan rangking enambelas. Langkah selanjutnya akan menemui babak delapan besar, empat besar, dan grand final. Nanti akan ditentukan juara satu, dua, dan tiga bersamaan kemudian ada sepuluh pembicara terbaik untuk kategori individu,” jelas Rahmat.  

Para juri LDBI kali ini diambil dari akademisi dan praktisi dari beberapa daerah, misalnya dari Universitas Indonesia (UI), UNJ, UGM, UII, Universitas Muhammadiyah  Yamin Solok, Sumatera, dan   juga dari Politeknik Padang serta Bali. Tim juri juga tetap diakreditasi dan ada penilaian untuk mereka dari ketua juri,  mereka pun dinilai oleh peserta, apakah dia memuaskan dalam hal memberi penilaian atau tidak. Semua hasil penilaian terbuka, menang dengan skor berapa, kalah dengan skor berapa, siapa lawan siapa, para  peserta akan tahu. Pada akhir pertandingan  hasil akan diberikan kepada seluruh peserta, sehingga ketika pulang, mereka sudah tahu rangking serta skor berapa pada penyisihan satu, dua, dan tiga. Sistem penilaian ini sangat transparan dan fair.

Persiapan yang Matang

Animo peserta yang tinggi untuk mengikuti LDBI terlihat saat kedatangan. Peserta dari Nusa  Tenggara Timur, Ambon, Yogyakarta, Kepulauan Riau, Sumsel, Manado, Sumatera Barat, dan lain-lain, mulai terlihat di ruang front office, masing-masing didampingi oleh guru yang membina mereka selama pelatihan di provinsi. Mereka melakukan persiapan yang matang sebelum berlomba.

Contohnya Putri Wardina Lestari SMAN 2 Rambah Hilir Riau,  ia mengaku baru pertamakali ikut lomba debat di tingkat nasional ini. Sebelumnya ia pernah menang dalam lomba debat dan memperoleh juara 1 lomba debat tingkat provinsi  Riau. Putri mengaku senang sekali bisa datang di tingkat nasional dan ia tidak menyangka bisa terpilih di LDBI ini.  

Sedangkan Mahardani Utami Pratiwi siswa SMAN 1 Selong, Lombok Nusa Tenggara Barat mengaku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, jadwal latihan yang ketat ia lakukan sebelum berangkat ke tingkat nasional, ia juga melakukan sparing dengan tim debat tahun lalu  dari NTB.

Ikbal dari SMA Banua Kalimantan Selatan juga memberikan komentar yang hampir senada, setelah ia diberi surat rekomendasi untuk mewakili Kalsel di lomba ini, ia melakukan persiapan yang intens agar bisa lolos diseleksi berikutnya.
 
Dari NTT ada Reinald Lesandro dari SMA Frateran  Ende. Karena angin dan hujan yang cukup deras, ia dan timnya hampir saja tidak jadi berangkat ke Kupang. Dari Kupang mereka terbang ke Jakarta setelah transit sejenak di Surabaya. Menurutnya, persiapan yang mereka lakukan sudah berjalan  satu setengah bulan yang lalu. Di sekolahnya pun sebelumnya dilakukan penyeleksian untuk calon-calon yang akan diberangkatkan mewakili NTT ke LDBI.

Kemudian Wahyu Pratama  dari SMAN 1 Sleman,  mengungkapkan, bahwa timnya terdiri berbagai SMA yang ada di Yogyakarta, peserta dari tiap-tiap sekolah itu sudah mempersiapkan diri dengan serius, setelah itu barulah mereka berlatih bersama-sama  di Dinas Pendidikan Yogyakarta.

Sedangkan Dina Olistia SMAN 1 Kasian Bantul,  juga mengungkapkan rasa senangnya berada di  ajang LDBI ini. “Temannya asyik-asyik, pas ketemu langsung dapat chemistrinya. Kami banyak bertukar informasi dan juga latihan debat.”

Yosafat Watimena  dari SMA Xaverius, Ambon, mempersiapkan semuanya dengan membaca buku, melihat internet, juga memantau topik-topik yang hangat di televisi. Begitu juga dengan Gigih Adi Negara dari SMAN 5 Medan, persiapan untuk materi sudah matang, hampir semua materi diperolehnya dari koran majalah, televisi, pokoknya berbagai hal yang memberikan informasi.  Dan, Salsabila dari SMAN 2 Paluengaku persiapannya sudah ia lakukan sejak bulan Agustus yang lalu.  

Pada LDBI kali ini dilakukan beberapa babak penyisihan yang  terdiri dari beberapa mosi. Mos pertama adalah : pemerintah akan melarang video game yang pemainnya menampilkan aksi brutal dan sadis. Sedangkan di babak penyisihan kedua, mosinya adalah pemerintah akan mewajibkan uji HIV/AIDS bagi setiap pasangan pengantin. Sebelum memasuki babak penyisihan diadakan seminar yang disampaikan oleh Bapak Herwindo dosen dari UNJ. Sedangkan dari perolehan sementara yang masuk 16 besar terdiri dari provinsi  Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Bali, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,  Jambi, dan Jawa Timur. Mereka akan disaring menjadi delapan terbaik dan di final nanti akan dipilih 4 pemenang.  

Minat peserta yang datang dari 33 provinsi di kegiatan LDBI ini memperlihatkan bahwa kesadaran para siswa, guru dan pendamping akan pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar mulai terlihat, sebab  mereka  bukan hanya dituntut untuk pintar berbahasa saja namun juga harus menguasai bagaimana menggunakan bahasa  sesuai dengan Tata Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar serta Ejaan yang Disempurnakan (EYD). FJP

Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  495 kali