“Lomba hanya sarana, yang utama adalah budaya yang berkelanjutan, budaya perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk itu, pemberdayaan menjadi sangat penting,†kata Titi Prawiti Sariningsih, Kepala SMA 1 Bantul, Yogyakarta saat dimintai resep keberhasilan warga sekolahnya meraih penghargaan Adiwiyata Nasional di tahun 2017. Saat diminta menjelaskan apa yang dimaksud dengan pemberdayaan, beliau memberikan contoh dengan mengatakan bahwa siswa yang dilibatkan dalam UKS tidak sekadar menjadi simbol bahwa sekolah punya organisasi siswa yang mencerminkan bahwa sekolah ikut serta dalam upaya menjaga kebersihan dan kesehatan. “Siswa kami membuat dan menjalankan program UKS mereka sendiri, kami mendorong dan memantau lalu di akhir tahun bersama mereka mengevaluasi hasil program tersebut,†lanjut Titi Prawiti yang sukses memimpin SMA 1 Bantul meraih Juara Sekolah Sehat tingkat Nasional Tahun 2015.
Sentimen yang senada diutarakan Edy Riyadi, Kepala SMA 3 Kuningan, Jawa Barat. Beliau mengatakan bahwa keberhasilan warga SMA 3 Kuningan meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri di tahun 2017 adalah disebabkan adanya komitmen bersama. “Sifatnya kolektif. Kreasi guru dan siswa untuk memelihara perilaku hidup bersih sebesar mungkin difasilitasi,†tambah beliau.
Titi Prawiti Sariningsih dan Edy Riyadi adalah dua kepala sekolah yang diundang oleh Subdit Kelembagaan dan Sarana Prasarana Direktorat Pembinaan SMA untuk berbagi pengalaman kepada 200 kepala SMA lainnya yang berasal dari 34 provinsi pada acara Sosialisasi Kultur Sanitasi dan Bimbingan Teknis Review Proposal Sekolah Calon Penerima Bantuan Pemerintah Sanitasi Lingkungan Sekolah Tahun 2018.
Pendanaan menjadi isu sensitif dan terkadang membuat banyak sekolah menemukan alasan untuk belum sepenuh upaya memelihara kebersihan lingkungan sekolah. Edi Riyadi mengatakan bahwa dalam kasus sekolahnya, upaya tersebut selalu terprogram dalam rencana kerja tahunan. “Pendanaan untuk upaya memelihara dan meningkatkan kebersihan atau sanitasi sekolah tercermin dalam RAKS yang kami susun melalui tiga tahapan bersama semua warga sekolah,†lanjutnya.
Kepala SMA 3 Kuningan menjelaskan bahwa untuk menggalang dana bagi upaya memelihara dan meningkatkan perilaku hidup bersih di sekolahnya, yang pertama dilakukan adalah melakukan lokakarya (workshop) penyusunan program sekolah di akhir tahun. Kemudian dilanjutkan dengan lokakarya kedua di mana program dan anggaran dibahas kelayakan dan kesesuaiannya oleh tim RAKS, dan lokakarya ketiga mengundang pengurus komite sekolah untuk memvalidasi kelayakan anggaran program kerja yang akan dijalankan sekolah. “Setelah ketiga tahapan itu selesai, kami mengundang semua orangtua siswa, pleno, untuk mendapatkan konsensus dan pengesahan bagi program kerja sekolah, juga kontribusi yang disanggupi oleh orangtua siswa,†kata beliau.
Tujuan dari acara tersebutadalah untuk mendukung tercapainya keunggulan dan prestasi siswa melalui penciptaan kondisi lingkungan sekolah yang sehat, bersih, dan nyaman. Acara berlangsung dari tanggal 06 sampai 09 September 2018 di Hotel Grand Soll Marina, Tangerang, dibuka oleh Direktur Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Purwadi Sutanto dan ditutup oleh Kasubdit Kelembagaan dan Sarana Prasarana Direktorat Pembinaan SMA, Harizal.
(teks & foto: Tanto Supriyanto)
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | whika |
Dilihat |  :  | 308 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019