Saat ini, perkembangan teknologi semakin memudahkan manusia dalam beraktivitas. Contohnya di dunia transportasi, kita tidak lagi harus menunggu angkutan umum di terminal atau pinggir jalan dan berdesakan. Kini, hanya bermodalkan telepon genggam kita bisa mendapatkan transportasi dengan mudah dalam hitungan menit dan sampai tujuan lebih cepat dan nyaman. Realita ini pun terjadi di semua lini kehidupan. Semua sudah berubah mengikuti kemajuan zaman.
Begitupun di bidang komunikasi khususnya komunikasi visual. Untuk menyampaikan pesan, kita seakan telah diberikan beragam pilihan media, mulai dari yang termudah hingga tersulit untuk diakses. Kemudahan itu, salah satunya tersedia di gawai dengan pilihan fitur-fiturnya. Tentunya, ini memberikan dampak positif dan negatif. Tantangan ini harus dijawab dengan solusi cerdas oleh para praktisi yang bergerak di sektor ekonomi kreatif dalam hal ini desain grafis. Bila tidak lekas beradaptasi, posisi desain grafis akan tergantikan oleh Artificial Intelligent (AI).
Surianto Rustan, M.Sn, Juri Desain Poster
"Tantangan dunia desain grafis saat ini adalah discruption. Gara-gara teknologi, semuanya berubah. Desain pun beralih ke teknologi, yang manual digantikan dengan teknologi dan semua orang merasa bisa mendesain, karena memang teknologi itu memungkinkan hal itu," kata Surianto Rustan, pada Rabu, 18 September 2019 di Hotel Emersia, Bandar Lampung.
Ia menjelaskan, saat ini kita bisa mendesain hanya dari telepon genggam. Dengan kemudahan ini, Surianto khawatir timbulnya anggapan salah kaprah bahwa merancang adalah pekerjaan yang mudah dan instant.
"Karena banyak yang mengaku (mampu) desain tapi mereka jago di tengah-tengah antara seni dan teknologi yakni misalnya layout. Itu nanti akan bisa diganti oleh AI, Artificial Intelligent. Ke depan akan begitu. Jadi, ini masa yg sangat challeanging bagi desainer terkait disruption ini. Makanya, kita betul-betul harus melek teknologi," kata Surianto.
Ia mengatakan kemampuan instan yang bisa dipakai oleh masyarakat umum tanpa memahami proses mendalam tentang dunia desain hanyalah satu dari tiga unsur yang harus dipenuhi dalam membuat karya.
"Cuma beberapa area desain saja yang instan, tapi yang mungkin bisa disentuh (secara instan) adalah bagian form-nya," kata Surianto.
Form, kata Surianto melanjutkan, adalah satu dari tiga unsur penting dalam merancang grafis. Dua lainnya yaitu konten dan konteks membutuhkan pemahaman mendalam. Unsur form, Surianto melanjutkan, ibarat permukaan yakni apa yang terlihat secara fisik baik itu dari segi gambar, warna, dan hurufnya. Sedangkan di unsur konten itulah terletak isi pesan yang ingin disampaikan.
"Isi dari gambar ini mewakili apa, tulisan ini mewakili apa, ada makna dan pesan yang ingin kita sampaikan melalui hasil rancangan itu," ujar Surianto.
Unsur ketiga adalah konteks. Di dalam unsur ini, kata Surianto, seorang perancang grafis harus bisa menjawab persoalan yang ada. Ia mengambil contoh terkait antisampah plastik. Menurutnya, untuk memenuhi unsur konteks, maka seorang perancang harus bisa menyampaikan pesan bahwa sampah plastik itu tidak baik. Setelah itu, barulah ia membuat peta pemikiran atau map mapping sebelum mengeksekusi idenya menjadi sebuah karya.
"Jadi, konteks itu harus dipikirkan, bukan hanya gambar itu keren tapi cuma keren aja. Lalu konteksnya apa? Padahal, kalau orang melihat poster kita, mereka harus bisa berpikir pada diri sendiri bagaimana caranya untuk menghentikan penggunaan plastik padahal saya masih butuh plastik. Dengan ketiga unsur itu, maka diharapkan pesan itu sampai dan persuasinya sampai pada aksi orang tersebut sesuai dengan apa yang kita ingin mereka lakukan," kata Surianto menjabarkan.
Dengan adanya tantangan itu, Surianto mengingatkan kepada para perancang grafis pemula agar terus mempelajari ilmu ini dan harus mengakrabkan diri kepada teknologi. Kehadiran teknologi di tengah-tengah masyarakat, janganlah menjadi momok yang ditakuti dan dihindari. Sebab, kata Surianto menegaskan, tugas inti dari seorang perancang desain adalah pemecah masalah.
"Desain pasti mengikuti media dan teknologi, jadi kita harus mempelajarinya, desain harus mengakrabkan diri ke teknologi, bukan takut atau menjadikannya musuh, kita harus memanfaatkan teknologi itu untuk menciptakan bentuk-bentuk desain yang baru, berbeda untuk memecahkan masalah, " kata Surianto mengingatkan.
Menurutnya, bila kita mampu menguasai bidang ini dan juga teknologi maka akan banyak karya yang bisa dijangkau. Bahkan, memungkinkan ada ragam desain lain yang akan muncul dengan adanya teknologi baru itu.
Maka, kata Surianto, ketiga unsur itu yakni form, konten, dan konteks merupakan tiga unsur penting yang harus dikuasi oleh perancang grafis agar posisi mereka tidak dapat tergantikan oleh teknologi.
Teks : Yenny
Foto : Bernawan/Hono/Whika
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | l0wtun3 |
Dilihat |  :  | 939 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019