Jakarta, 02 Desember 2024 – Sakura Science Highschool Program memberi kesempatan pada pelajar Indonesia untuk memperkaya wawasan, teknologi, budaya, sekaligus membuka jejaring internasional.
Setelah menempuh penerbangan selama hampir dua belas jam, pesawat yang membawa peserta Sakura Science Highschool Program (SSHP) 2024 asal Indonesia mendarat di bandara internasional Haneda, Jepang, Minggu 10 November 2024. Waktu menunjuk pukul 13 waktu setempat.
Semilir angin yang membawa udara musim gugur membuat peserta SSHP Indonesia yang berhasil ‘lolos’ dari proses imigrasi, harus merapatkan jaket yang mereka kenakan. Beruntung, Hatta San dan Mayumi-san pendamping dari Japan Science and Technology (JST), mempersilakan mereka menaiki bus yang akan mengantarkan ke Tokyo Kenshu Center.
“Setelah satu jam perjalanan, kami disuguhi pemandangan gedung-gedung tinggi kota Tokyo dan jalan yang bersih,” ujar Maulidina Nur Aulia, siswa SMAN 1 Balikpapan. Kota yang tertata dan jalanan yang bersih dari sampah maupun debu, membuat Prachy Kirana Rafisty takjub. Selain udara yang bersih, siswa SMAS IT Mutiara Riau ini juga menyaksikan jalan raya terlihat lengang. Boleh jadi, hal itu disebabkan kebiasaan orang Jepang yang lebih suka berjalan kaki atau mengendarai sepeda, ketimbang sepeda motor atau mobil. “Saya amati di jalan raya, jarang ada kendaraan bermotor, parkiran toko dan minimarket pun diisi oleh sepeda,” ujarnya.
Prachy dan Maulidina bersama sepuluh pelajar SMA Indonesia adalah peserta SSHP yang berhasil lolos seleksi yang diselenggarakan Direktorat SMA. Bersama pelajar yang mewakili SMK, mereka mendapatkan kesempatan mengunjungi Jepang selama enam hari. Ada banyak tempat dan agenda yang telah disiapkan JST selaku panitia Jepang yang dapat diikuti oleh para peserta SSHP 2024 yang berasal dari Indonesia, India, Kepulauan Marshall, Palau, Micronesia, dan Peru.
Hari pertama, peserta SSHP mendapatkan kesempatan mengunjungi Riken cabang Wako Campus. Selama berada di lembaga penelitian yang bergerak dalam bidang fisika dan kimia fundamental ini, peserta SSHP mendapatkan kuliah singkat tentang bagaimana kampus ini berpartisipasi dalam dunia industri di Jepang. Dua dari tiga orang peneliti Riken yang menjelaskan, ternyata berasal dari Indonesia, yakni Dr. Nur Alia Octaviani, peneliti di bidang biomacromolecules, yang membahas potensi spider silk sebagai bahan untuk biopolimer ramah lingkungan yang dapat terurai secara alami dan berkelanjutan. Kedua, Dr. Jekson Robertlee, penelitiannya berfokus pada Molecular Bioregulation.
Bagi Andi Muhammad Taufik, siswa SMAN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, pertemuannya dengan dua peneliti asal Indonesia ini menambah keyakinannya bahwa dirinya pun punya peluang untuk mengikuti jejak para peneliti tersebut. “Saya benar-benar takjub melihat dua orang yang berasal dari negeri yang sama dengan saya. Sama-sama makan nasi. Sama-sama pernah makan indomie. Namun mereka mampu bersaing dengan peneliti internasional,” ujarnya.
Setelah mengikuti ‘kuliah’ singkat, peserta juga mengunjungi laboratorium. Di tempat ini mereka diperkenalkankan dengan Riken Accelerator-driven compact neutron sources. (RANS) yakni sebuah alat yang menggunakan akselerator untuk menembakkan neutron ke dalam sebuah atom. Ada tiga buah RANS yang dimiliki laboratorium ini.
Salah satu penggunaan teknologi RANS adalah mengidentifikasi kandungan air dan rongga dalam beton, sebuah teknologi yang sangat inovatif dan bermanfaat bagi manusia. Menurut peneliti Riken, kekokohan bangunan di Jepang merupakan bentuk kesiapan negara ini menghadapi tantangan alam. Sebagai negara yang sering dihampiri gempa, Jepang mengembangkan teknologi yang memungkinkan bangunan mereka bertahan dari bencana alam tersebut.
“Dalam membangun, Jepang mementingkan kekokohan. Selain menerapkan teknologi, mereka juga hanya menggunakan bahan terbaik agar mendapatkan bangunan yang kuat bila terkena gempa,” ungkapnya. Hari kedua menjadi salah satu momen yang penuh kenangan bagi peserta SSHP. Pasalnya mereka memakai seragam putih abu-abu SMA Indonesia untuk mengikuti “kuliah” di Saitama University. Mereka disambut oleh Mr Takaomi Shigehara, Dekan Pascasarjana Sains dan Teknik
Professor Takeshi Fujino memberikan kuliah tentang bagaimana Jepang menjaga lingkungan perairan. Dari penjelasannya, menunjukkan keseriusan Jepang dalam mengelola sanitasi. Hal itu terlihat melalui penerapan undang-undang pencemaran air, pembentukan badan lingkungan, program pengelolaan konservasi kualitas air seperti Water Environmental Partnership Asia (WEPA), dan pengembangan saluran pembuangan, restorasi pengendalian banjir pada lahan basah, serta pengembangan fasilitas sanitasi untuk masyarakat umum.
Selesai mengikuti kegiatan di Riken, peserta SSHP menuju Museum Mint Branch. Museum yang berada di Osaka ini, merupakan tempat pencetakan uang logam di Jepang. Di sini, merek menyaksikan bagaimana uang logam yen dibuat. Dari mulai pemotongan logam, pembersihan, penyetakan, hingga pembersihan sebelum disebarluaskan.
Hari ketiga, peserta mengunjungi Koshigayakita High School. SMA yang dinobatkan sebagai sekolah superscience oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang. Lingkungan sekolah yang tertata sangat rapi, bersih, dan hening adalah kesan pertama ketika menginjakkan kaki di sekolah ini. Bahkan, untuk menjaga kebersihan, seluruh peserta diwajibkan melepas sepatu sebelum memasuki setiap ruangan yang ada di sekolah ini, lalu menggantinya dengan sepatu khusus yang telah disediakan.
SMA Koshigayakita adalah salah satu SMA yang mempromosikan metode pembelajaran terkini berbasis penelitian serta memanfaatkan TIK. SMA ini berupaya meningkatkan pendidikan sains dan matematika serta keterampilan memecahkan masalah baik di lingkungan. Selama di sekolah ini, para peserta berdiskusi dengan siswa SMA Koshigayakita tentang banyak hal. Mulai dari cara belajar, sampai dengan pilihan mereka yang mengedepankan kerja sama dan disiplin dalam setiap kegiatan belajar.
Petualangan hari keempat dimulai dengan mengunjungi National Museum of Nature and Science di Tokyo. Banyak hal menarik tentang perkembangan sains dan teknologi di Jepang dan seluruh dunia. Museum ini mempromosikan tiga kegiatan mendasar; melakukan studi penelitian, mengumpulkan dan mengawetkan spesimen dan material, serta menyelenggarakan pameran dan program pendidikan. Selain mengunjungi museum, peserta juga berkunjung ke Asakusa Kannon Senso-ji, kuil tertua di Tokyo, dan Universitas Tokyo, salah satu universitas terbaik di Jepang.
Hari kelima peserta mengunjungi Miraikan. “Mirai artinya masa depan, Kan artinya museum. Miraikan berarti Museum Masa Depan.” Inilah yang diucapkan oleh presenter di Museum Miraikan. Sama seperti museum alam dan sains sebelumnya, museum ini juga menyediakan fitur berupa video, layar, dan teks yang dapat digunakan pengunjung. Ada sebuah bola bumi berdiameter sekitar enam meter yang disebut Geo-Cosmos melayang di langit-langit museum. Bola bumi ini menggunakan data satelit untuk menunjukkan keadaan planet yang terus berubah.
Selesai kunjungan, peserta bersiap mengikuti acara penutupan di kantor JST. Peserta mengenakan pakaian adat, tampil dalam acara yang dihadiri oleh Duta Besar dari negara masing-masing. Delegasi Indonesia menampilkan tarian Wonderland Indonesia yang menceritakan keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Dalam momen ini, delegasi Indonesia bukan saja menampilkan tarian daerah melainkan juga pakaian tradisional.
Acara penutupan ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya rangkaian kegiatan SSHP 2024. Meski demikian, partisipasi pelajar SMA Indonesia dalam SSHP 2024 memberikan banyak pelajaran berharga. Melalui program ini, mereka belajar tentang pentingnya kolaborasi dan membuat jejaring, memahami, dan menghargai keberagaman budaya, dan peran ilmu pengetahuan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
Program ini bukan sekadar perjalanan ke luar negeri atau kegiatan pertukaran pelajar, melainkan sebuah kesempatan bagi generasi muda Indonesia mengenal dunia. Selama tujuh hari mereka belajar banyak hal yang tak ternilai, baik dari sesi-sesi pembelajaran, kunjungan ke institusi pendidikan dan sains, maupun melalui interaksi langsung dengan para siswa dan tenaga pengajar di Jepang.
Interaksi dengan siswa-siswa Jepang membuka mata peserta tentang pentingnya sikap disiplin, kerja keras, saling menghargai, dan keinginan untuk terus belajar dari satu sama lain. Melalui program ini, peserta bukan sekadar belajar tentang kemajuan teknologi semata. Pelajaran terpenting adalah mengetahui bagaimana negara ini memanfaatkan teknologi untuk menyejahterakan masyarakatnya
Laman : sma.kemdikbud.go.id
Tiktok: Direktorat SMA
Twitter: @dit_sma
Instagram: Direktorat SMA
Facebook: Direktorat SMA - Kemendikbudristek
Youtube: Direktorat SMA
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#KemndikdasmenRAMAH
#SMA
#TemanSMA
#PendidikanBermutuUntukSemua
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 639 kali |
Rapat Koordinasi Evaluasi Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah Upaya Tingkatkan Mutu Pendidikan Berbasis Kebijakan Zonasi dan Pengangkatan Guru
Evaluasi Kebijakan Pendidikan Wapres Minta Solusi untuk Masalah yang Berulang
Sinergi Kemendikdasmen dan Pemda Guna Tingkatkan Kualitas dan Pemerataan Pendidikan