#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Mulai Berlomba Para Peserta Saling Unjuk Kemampuan

#

Kamis, (27/10) berlangsung lomba Festival Literasi Sekolah (FLS) 2018. Ketiga bidang ; (1) Cipta Cerpen – 40 peserta, (2) Cipta Syair – 30 peserta, (3)Cipta Komik – 30 peserta, sejak pagi hari sudah berkumpul di ruangan masing-masing yang telah disiapkan di Olympic Renotel. 

Dalam menyelesaikan lomba, peserta diberikan waktu mulai pukul 13.00 - 18.00 WIB. Seluruh peserta bebas bergerak, jalan-jalan di ruangan atau duduk dalam posisi tertentu untuk mencari inspirasi, selama tidak mengganggu peserta lain. Terlihat para peserta ada yang langsung bisa mengerjakan, namun ada beberapa yang seperti terdiam mencoba mencari ide. Seluruh peserta merasa cukup gugup sekaligus optimis dengan hasil yang sudah mereka lakukan. 


 

Baik secara tema ataupun waktu ada yang menganggap cukup dan mudah dipahami, namun ada juga yang karyanya keluar dari tema karena mengalami kepanikan saat lomba. Seperti yang diakui oleh Tazkia Herang Paninggali, siswi SMAN 1 Pontianak, Kalimantan Barat. “nggak ngerti kenapa, mendadak tadi kayak blank gitu. Niat awal Cuma mau coret-coret malah tenggelam nerusin. Sadar-sadar waktunya udah ga memungkinkan lagi dikerjain dari awal. Tapi mudah-mudahan juri menilai karya saya tadi tidak terlalu melenceng”, ungkap siswi yang sempat lama tidak membuat komik lagi karena pernah kalah saat kompetisi di SMP dulu.

 

Untuk lomba Cipta Komik, tema yang diangkat adalah “Siapa Superheromu”, terkait didalamnya tentang mengapa dan apa alasan memilih sosok tersebut sebagai superhero. Peserta membuat 1-4 halaman dengan 4 panel gambar yang nantinya akan dinilai oleh 3 orang juri ; Alvanov Zpalanzani, Dianing Ratri dan Iman Sudjudi.  Peserta juga  diperbolehkan membawa peralatan gambar sendiri sesuai kebiasaan mereka, bisa berwarna atau hanya hitam putih. Selain orisinalitas dan kesesuain tema, kualitas gambar yang baik, penggunaan serta penyusunan panel, termasuk sebagai faktor penting dalam penilaian.

"Dibanding tahun lalu, jumlah finalis yang lolos cukup signifikan, bahkan lebih dari 100%. Peta kekuatan wilayah juga diluar prediksi, jika selama ini wilayah kepulauan Jawa lebih menonjol, tahun ini justru yang dari daerah lebih matang dan memiliki konsep cerita dan gambar yang cukup mengejutkan. Hal ini mungkin sangat dipengaruhi oleh semakin meratanya penggunaan internet di seluruh daerah, jadi semua anak memiliki kesempatan yang sama dalam mencari referensi atau jam terbang dalam berekspresi”, ungkap Alvanov.


 

Kedepannya para juri bidang komik berharap agar kegiatan ini terus berlanjut dan semakin luas dalam menggandeng kemitraan. "Kita harapkan semoga para peserta yang nantinya menang tidak hanya selesai sampai disini, tetapi juga ada kelanjutan kegiatan baik dari segi pembinaan maupun eksplorasi kemampuan." Tambah Dianing.


 

Dalam Lomba Cipta Syair, struktur rima, sajak, majas dan gaya bahasa yang dipakai menjadi faktor utama yang dinilai. Para peserta diperbolehkan menggunakan kata-kata dalam bahasa daerah yang tidak ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Namun, harus diperhatikan lagi jangan sampai merusak ketentuan rima yang sudah biasa ada di Syair. Cipta syair mengangkat tema “Menjejak Bumi Menghayati Kehidupan”. Bidang ini dijuri oleh Jamal D. Rahman, Iman Soleh dan Dian Hartati. Jamal mengungkapkan bahwa hal utama yang harus dimiliki para finalis selain banyak membaca adalah memahami dengan pasti perbedaan syair, pantun dan puisi. Dalam syair kita menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Selain itu, unsur kedaerahan pastinya akan sangat menambah warna dalam isi yang ingin disampaikan. “Dengan mengikuti banyak kompetisi, akan memberikan pemahaman yang lebih kepada peserta, dan pastinya ini menambah jam terbang mereka dalam berkarya. Ajang-ajang seperti ini memang seharusnya terus diadakan, karena tidak bisa dipungkiri generasi sekarang lebih mengenal puisi dibanding syair, padahal syair adalah bentuk awal dari puisi," ucap Jamal.

 

Sedangkan peserta Bidang Cipta Cerpen diberikan tema “Pemuda Pemersatu", dengan waktu menulis kurang lebih 5 jam dan maksimal 5 halaman. Hal ini sangat memungkinkan bagi peserta untuk menambahkan unsur budaya lokal didalamnya. Beberapa kata yang menggunakan bahasa daerah harus diberikan catatan kaki mengenai artinya. Pesan dan logika cerita dalam prolog dan epilog menjadi faktor lain dalam penilaian oleh tim juri yang terdiri dari Sinta Yudisia, Irfan Hidayatullah dan Maya Lestari.

Irfan menyambut antusias peran aktif para peserta dalam mengikuti lomba ini, saat penjelasan teknis para peserta memberikan banyak pertanyaan yang menandakan sisi berpikir kritis mereka. "Peningkatan antusiasme peserta sangat kita apresiasi, namun ada beberapa dari mereka yang belum memiliki wawasan yang cakupannya luas, mungkin karena kurang membaca. Terlihat dari segi orisinalitasnya, banyak yang masih mentok ide dengan mengembangkan ide dari beberapa penulis terkenal. Padahal, membaca adalah  fondasi utama bagi penulis, sehingga kedepannya tidak hanya sekedar menghasilkan tulisan yang ringan tapi juga bisa berbobot dan berkesinambungan”, ucap pria yang sehari-harinya sebagai Dosen di Universitas Padjajaran ini.

Seluruh pemenang dari masing-masing kategori akan diumumkan pada acara penutupan FLS 2018, Selasa 30 Oktober.

Teks & Foto : Tim Potensi

Penulis  : 
Editor  :  whika
Dilihat  :  205 kali


#
10-Sep-2024

5 Hari Lagi Registrasi TANOS 2024 Akan Ditutup

#
08-May-2024

PEMBANGUNAN BANGSA OLEH PEMUDA YANG MEMIMPIN LITERASI DIGITAL

#
21-Jun-2022

Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum Merdeka

#
05-Dec-2019

Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019