Suasana pertandingan cabang Bulutangkis SMA di GOR Mattoanging, Makassar, selama dua hari cukup ramai. Meski sebagian tribun masih kosong, namun teriakan dan yel-yel pendukung masing-masing atlit acapkali terdengar dari tribun penonton menyemangati kawan yang sedang bertanding.
“Pertandingan cabang bulutangkis dalam ajang O2SN ini, lancar, aman, dan terkendaliâ€, jelas Deliagus guru Madrasah Aliyah 2 Watampone yang juga wasit pertandingan. “Hanya saja tempat pertandingan nampak kurang terawat dan kekurangan lampuâ€, lanjut Deliagus yang ditemui di GOR Mattoanging seusai pertandingan yang dipimpinnya.
Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para atlit yang tampil. Meskipun demikian, semua peserta tetap siap bertarung dalam kondisi apapun. Selain kurangnya lampu juga terdapat beberapa spot yang cukup menyilaukan, terutama menjelang sore. GOR Mattoanging memiliki 4 lapangan bulutangkis, struktur atap bangunan GOR Mattoanging yang berjenjang dan memiliki sebaris kaca di masing-masing sisinya menyisakan celah bagi cahaya. Apabila matahari mulai condong ke arah barat maka cahaya matahari akan jatuh tepat membelah lapangan 2.
“Di hari pertama setiap pertandingan itu biasanya begitu, masih ada kekurangan-kekurangan yang mesti dibenahi. Hapi hari kedua dan selanjutnya sudah lancar sebab di hari pertama baru kita bisa melihat secara keselurahan segala persoalan teknis dan letak kekurangannya,†jelas Andi Purnama selaku Kordinator Pelaksana pertandingan cabang olahraga bulutangkis O2SN SMA.
Pertandingan tunggal putri antara Made Panita (Bali) melawan Aldika Fanisha Gea (Sumut) sempat tertunda selama beberapa menit lantaran keduanya enggan bermain di lapangan 2 yang terpapar cahaya matahari yang menyilaukan mata. Mereka memilih di lapangan 1 dan menunggu pertandingan yang sedang berlangsung usai. Keduanya menunggu sembari foto bersama para panitia.
Angin juga cukup menjadi perhatian para atlit. Rata-rata atlit mengatakan bahwa lapangannya berangin. “Tempat pertandingannya cukup berangin dan ada matahari yang mengganggu mata,†jelas Aurum Oktavia Winata asal SMA 1 Cawang Baru. “Jadi agak kewalahan juga kalau dapat kondisi seperti ituâ€, lanjutnya. Sementara Imam Ahmad Syarif juga mengatakan hal yang serupa, “Tempat pertandingannya berangin cukup kenceng, juda kadang-kadang ada sinar matahari yang bikin silau,†terangnya.
Tetap Fight!
Meski demikian, kekurangan-kekurangan tersebut tidaklah mengurangi semangat para atlit untuk tetap bertarung. Justru dengan adanya kendala tersebut para atlit tertantang menjalankan strategi permainan dalam kondisi sedemikian rupa. Salah satunya adalah Handoko Yusuf Wijayanto, kontingen Jawa Tengah. “Dengan kekurangan seperti itu kita pintar-pintar aja melihat kondisi, yang penting fight aja,†ujarnya saat ditemui di Hotel Quality Plaza, tempat menginap para kontingen cabang olahraga bulutangkis.
Jadi, kondisi lapangan pertandingan yang tidak mendukung jelas bukanlah faktor yang menghalangi para atlit untuk berakselerasi. Setiap atlit pasti punya strategi dan taktik tersendiri dalam menghadapai kondisi yang beragam. “Jadi atlit dituntut untuk memiliki kemampuan adaptasi bagi berbagai kondisiâ€, lanjut Handoko Yusuf Wijayanto yang duduk di Kelas 2 SMA Kanisius Kudus ini. Kini tergantung atlit bagaimana mengembangkan kemampuan beradaptasi di pertandingan. Tetap fight..!
Teks Kurni/foto Rio, Kurni, Panji
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 240 kali |