Olimpiade Sains Nasional untuk bidang studi kebumian berlangsung di beberapa lokasi yang berbeda. Untuk ujian tertulis bertempat di SMAN 7 Manado, sedang ujian praktek mengambil beberapa lokasi menarik di sekitar kota Manado dan Tomohon. Pada ujian tertulis waktu yang diberikan sekitar seratus dua puluh menit dengan lima puluh soal pilihan ganda serta lima soal essay.
Berbagai pertanyaan diutarakan oleh beberapa peserta, rata-rata berkaitan dengan ujian teori beserta soal-soal yang sudah dipersiapkan oleh tim penguji. Bagi seorang dara cantik asal SMA Lokon Tomohon, Rena Parengkuan, meski sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin namun tak bisa dipungkiri masih ada saja kendala yang datang menghampirinya. Menurut Rena, masalah utama dalam ujian teori kali ini adalah batasan waktu yang ditetapkan tim penguji. Namun, singkatnya waktu tidak membuatnya pesimis menghadapi serangkaian kegiatan OSN yang sudah ditetapkan.
"Saya tetap optimis dan berharap dapat meraih prestasi dalam kegiatan olimpiade kali ini," ujar Rena, yang baru pertama kali mengikuti OSN.
Senada dengan Rena Parengkuan, Nolfy Jonly siswa asal Provinsi Aceh, mengaku cukup kesulitan dalam menyelesaikan ujian tertulis kali ini. Ia juga mengeluhkan waktu yang singkat sehingga membuatnya harus bekerja dengan cepat. Selain itu, Nolfi menilai, ia terkendala untuk memahami soal-soal yang dihadapinya.
"Wah, tak bisa dibayangkan soal-soal di ujian tertulis barusan, di luar perkiraan saya, sulit dan perlu pemahaman yang serius," akunya.
Meski terkendala dalam menyelesaikan soal-soal ujian tertulis, namun ia tetap optimis akan meraih hasil maksimal, mengingat beberapa pertanyaan tidak jauh berbeda dari soal-soal yang sudah ia pelajari sebelumnya.
Berkaitan dengan soal, Ketua Tim Juri Saptono Budi Samodra, mengungkapkan bahwa ia dan teman-temannya sudah memperhitungkan sejak jauh-jauh hari mengenai durasi ujian yang dikeluhkan oleh beberapa siswa peserta OSN. Pertimbangannya, dengan meminimalisir waktu kemampuan peserta akan lebih tereksplore.
Pada bidang studi kebumian ini, selain apresiasi dalam bentuk pemberian medali emas, perak hingga perunggu, nampaknya panitia punya rencana memberikan tiga penghargaan dengan menyaring tiga puluh siswa terbaik. Penghargaan tersebut terbagi dalam tiga kategori, yakni Best Meteorologi dan Geofisika, Best Geologi serta Best Planetarisain.
Indentifikasi Alat
Meski penginapan peserta, Hotel Sutan Raja, cukup jauh dari SMAN 7 Manado sebagai lokasi ujian, namun Saptono sangat menghargai kinerja tuan rumah dalam hal penyediaan tempat ujian bagi para siswa. "SMA 7 cukup baik dalam menyiapkan tempat," puji Saptono.
Usai menuntaskan ujian tertulis, peserta OSN kebumian langsung mempersiapkan diri menuju lokasi praktek lapangan yang terbagi dalam dua lokasi berbeda, yakni Stasiun Klimatologi Kayuwatu untuk sub bidang meteorologi dan Pantai Molas untuk sub bidang oceanografi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, peserta dibagi dalam dua kelompok, kemudian dirolling sesuai waktu yang sudah ditetapkan.
Di Stasiun Klimatoligi para peserta diharuskan mengidentifikasi alat dan menjawab beberapa soal yang sudah dipersiapkan oleh tim juri. Secara bergantian mereka harus mendatangi box yang tertutup rapat dan di dalamnya tersimpan alat-alat yang harus mereka identifikasi. Sebelum tim juri mempersilahkan peserta untuk membukanya, upaya mengidentifikasi alat belum dapat dilakukan.
Seperti diungkapkan Joko Warsito, praktek lapangan di Kayuwatu mengharuskan siswa memahami alat yang tersimpan dalam kotak. Selain itu, lanjut Joko, diberikan juga soal-soal yang berkaitan dengan praktikum, di antaranya kertas recorder untuk pencatatan (bias) serta peta sinoptik.
Setelah merampungkan praktikum di Stasiun Klimatologi, peserta melanjutkan ujian praktek ke Pantai Molas. Di sana, mereka harus berupaya sebisa mungkin menganalisa perihal kelautan. Terpilihnya Pantai Molas sebagai lokasi ujian praktek disebabkan karena selain jarak yang relatif dekat dengan lokasi praktikum sebelumnya, Pantai Molas terbilang alami ketimbang beberapa pantai lainnya di sekitar Manado.
Masih menurut Warsito, di Pantai Molas peserta dibagi lagi kedalam empat kelompok sesuai bidang yang akan diujikan; seperti simulasi pasang surut, simulasi gelombang, serta kualitas perairan dan sedimen pantai. Masing-masing kelompok secara bergantian menjajal materi yang sudah disusun.
Pengamatan ini, lanjut Warsito, merupakan praktik dasar dalam ilmu kelautan dan ia optimis siswa peserta OSN bisa mendapatkan nilai maksimal. Melalui OSN Manado, Warsito berharap putra-putri Indonesia dapat mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional.
Kegiatan panjang yang menguras konsentrasi tidak membuat peserta jemu dan letih. Ahmad Rivan Warudisan, SMAN 1 Bantul, walaupun lelah, ia merasa sangat senang ikut dalam kegiatan di lapangan. Pemahamannya tentang benda-benda alam semakin bertambah dan ia merasa bumi harus memperoleh perhatian khusus dari manusia, karena jika tidak, bencana alam yang muncul tidak dapat ditolerir lagi. Rivan mengaku cukup menyenangkan saat melakukan praktikum di Pantai Molas, sebab banyak soal yang tidak ia duga sebelumnya, harus dijawab dengan pemahaman yang prima. Rivan tidak mau putus asa, ada rasa optimis yang ia pendam untuk meraih hasil yang positif kedepannya. "Semoga melalui OSN ini saya memperoleh medali seperti yang saya cita-citakan," harap Rivan.
Pertarungan Terakhir
Praktikum lapangan di bidang kebumian belum tuntas. Pada Rabu (14/9), peserta OSN kembali harus menghadapi fenomena-fenomena alam yang terjadi di lapangan. Kali ini, tepi Ring Road dekat patung Kristus. Menurut Saptono, kegiatan tersebut adalah praktikum terakhir bagi peserta di bidang kebumian. Selanjutnya, siswa akan dituntun untuk mengamati unsur-unsur bumi secara langsung. Tim juri mengharapkan ada upaya maksimal dari para siswa untuk memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.
Pada hari yang sama , peserta akan melakukan kunjungan industri ke PT. Pertamina Geotermal Energi, Tomohon. Kunjungan ini menurut Saptono, tidak akan memengaruhi nilai dari peserta. "Kunjungan ke PT. Pertamina resmi kunjungan industri, tak ada hubungannya dengan perlombaan," kata Saptono, Ia berharap melalui kunjungan ini dapat diperoleh gambaran mengenai potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia. Sehingga kedepannya diharapkan muncul gagasan dan ide-ide inovatif dalam memaksimalkan sumber daya alam di tanah air. Semoga dengan berkembangnya ilmu kebumian di kalangan siswa SMA, para generasi muda semakin arif memperlakukan bumi. Themmy
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
501 kali |