#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

OSN 2013 Biologi Menuju IBO 2014 di Pulau Dewata

#

Siswa-siswa berbaris teratur lalu menuju laboratorium yang dipandu oleh panitia. Memakai jas berwarna terang, para siswa ini pun memasuki laboratorium, sambil dalam hati menghaturkan doa. Di dalam laboratorium, siswa-siswa sangat serius mengerjakan soal-soal praktik. Tangan yang gemetar memegang alat praktik, kerutan-kerutan kening, dan garukan-garukan di kepala saat mengerjakan soal menghiasi detik demi detik olimpiade Biologi ini.

Bertempat di SMA Negeri 2 Bandung, sekolah yang memeroleh Adhiwiyata ini menjadi tuan rumah OSN 2013 bidang Biologi selama dua hari (4-5/ 9). Berbeda dengan bidang lainnya, tes praktik Biologi menggunakan delapan kelas. Siswa pun dibagi atas empat bidang, yakni anatomi dan fisiologi tumbuhan, biologi sel molekuler, ekologi dan etologi, serta fisiologi dan sistematik hewan. Bidang-bidang ini merupakan materi yang dilombakan oleh peserta OSN 2013. Agar tidak bertabrakan dan menjaga kerahasiaan soal, peserta ditandai dengan jas laboratorium yang berwarna merah, hijau, biru, dan kuning.

Usai tes praktik pertama pukul 12.00 wib, Potensi mewawancarai Denise W. H. Sahulata. Denis, siswa SMA Kristen Kalam Kudus ini merupakan satu-satunya perwakilan pada bidang Biologi dari propinsi Maluku. Baginya, soal-soal yang ia jawab sudah pernah ia kerjakan. Namun, soal kali ini dinilainya lebih sulit. “Soal-soal tadi seperti anatomi dan fisiologi tumbuhan memang sering dikerjakan. Tapi angka-angkanya bagi saya sulit. Kesulitan di rumus-rumusnya,” ungkap pelajar yang mewakili Provinsi Maluku ini.

Persaingan yang ketat ditingkat propinsi dirasakan Denis. Ia dapat mengalahkan seniornya yang dulu berlaga di OSN. Meskipun memiliki pengalaman yang lebih, tetapi hal tersebut tidak menjadi jaminan juara di tingkat propinsi. Nyatanya, Denis yang baru mencoba malah yang keluar sebagai juara satu dan mewakili propinsinya di nasional.

Denis sendiri mulai mencintai Biologi sejak duduk di bangku sekolah dasar. Salah satu faktor yang membuatnya menyukai Biologi karena kedua orang tua Denis guru Biologi di SMP Kalam Kudus dan SMP Negeri 10 Ambon. Meskipun demikian, ia mengaku tidak dipaksa mengikuti olimpiade ini. “Papa dan mama sih santai saja dan tidak menargetkan saya. Malah saya yang sangat ingin ikut kompetisi ini untuk menambah pengalaman,” ucap gadis yang berperawakan hitam manis ini.

Pada kompetisi ini Denis mengaku tidak muluk-muluk ingin juara karena tahun ini baru kali pertama ia ikut. Setidaknya ia sudah mendapatkan pengalaman untuk mengikuti OSN tahun selanjutnya. “Saya tidak mengejar juara karena memang niatnya cari pengalaman saja dulu. Namun, di sini saya tetap berusaha yang penting usaha dulu ‘kan,”  senyumnya pada Potensi.

Berbeda dengan Denis, Garin Frige Janitra dari Propinsi Riau mengaku bisa menyelesaikan soal-soal karena telah dipelajari sebelumnya. Namun, ia juga sempat kewalahan dalam manajemen waktu. “Soal-soalnya sudah dipelajari karena seputar itu saja ‘kan. Tapi saya cukup kewalahan karena kekurangan waktu. Jadi ketinggalan, deh,” ungkap Garin yang ingin meneruskan kuliahnya di kedokteran UGM ini.

Sebelum mengikuti OSN, Garin sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri dengan belajar mandiri, mengikuti pelatihan-pelatihan sekolah dan dari propinsi, serta membaca buku-buku seputar Biologi. Meskipun sudah begitu matang dalam persiapannya, Garin juga sempat merasa gugup. Bahkan seminggu menjelang pelaksanaan OSN, ia tidak bisa tidur. Namun, hal ini mau tak mau harus dilewati Garin demi impiannya mendapatkan perunggu agar dapat dipersembahkannya kepada orang tua, guru-guru, dan propinsinya. 

Biologi baginya ialah ilmu nyata karena berdampak langsung terhadap manusia. Melalui Biologi, ia dapat belajar tentang kehidupan. Itulah yang menyebabkannya tak bosan-bosan mempelajari ilmu ini. “Tidak berhasil, tidak sama dengan gagal!,” itulah kata-kata yang membuatnya tetap berusaha keras mencapai impian-impiannya.

Setelah mengerjakan tes biologi molekuler dengan isolasi plasmid dicampur enzim retriksi, kromatografi tumbuhan, dan preparat akar, Fathia Sri Mulyani, siswa SMA Negeri 8 Jakarta ini mengaku agak tegang dalam mengerjakan soal-soal tersebut. “Saya agak tegang mengerjakannya karena soal-soalnya susah,” ujar gadis berkuncir ini.

Meskipun demikian, ia mengakui ajang OSN benar-benar memacu dirinya terus belajar. Menurutnya, ajang-ajang seperti ini harus dipertahankan karena selain memotivasi para peserta juga memacu siswa-siswa terus berprestasi. Siswa yang optimis meraih medali emas ini berpesan, “Buat teman-teman peserta OSN tetap semangat ya. Jangan putus asa kalau hasil tidak sesuai harapan. Semangat!”

Guru Butuh Pelatihan Soal-Soal OSN

Juara pada OSN berarti mendapatkan tiket berlaga di tingkat internasional. Siswa-siswa yang berhasil ini tentu tak lepas dari peran guru-guru yang mengajar mereka di sekolah. Guru-guru ini pun juga akan mendampingi siswa tersebut sampai ke tingkat internasional.
Dra. Renelita Artati, M.Si ialah salah satu guru Biologi dari MAN Insan Cendikia, Serpong, Banten, yang juga pernah ikut mendampingi siswanya sampai ke Korea. Saat itu (2011) siswanya meraih medali perak di Korea. Tak tanggung-tanggung, sekolah mempersiapkan siswanya setahun sebelum kompetisi berlangsung.

Menurutnya Renelita, soal-soal olimpiade setiap tahun terus meningkat menyesuaikan soal-soal olompiade internasional.  Ilmu Biologi pun juga berkembang pesat, sehingga mau tak mau guru-guru harus memelajari soal-soal tersebut juga.

“Soal-soal OSN  sudah menyamai tingkat kesulitan pada olimpiade internasional. Sebaiknya guru-guru diberikan pelatihan mengenai soal-soal tersebut dan ditingkatkan frekuensinya. Adanya simposium ini sangat membantu kami sebagai guru untuk mengarahkan anak-anak nantinya,” ucap guru biologi yang sempat menamatkan magister sains-nya di Institut Pertanian Bogor ini.

Ia berharap panitia tidak membatasi keikutsertaan siswa per sekolah sebanyak dua orang. “Harapan saya siswa yang punya kemampuan diberi kesempatan seluas-luasnya. Maka janganlah memakai kuota per sekolah, tetapi lihat kulitas siswanya. Hargailah usaha kami yang telah membina karena guru-guru juga ikut jor-joran melatih. Selain itu, murid-murid yang dilatih juga memiliki potensi yang luar biasa. Jika kuota per sekolah dihilangkan, barulah hal ini benar-benar obyektif saya rasa,” tegas Rene menutup pembicaraan.

Indonesia Tuan Rumah IBO 2014

Dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2013 ini ada empat bidang yang dilombakan, yakni anatomi dan fisiologi tumbuhan, biologi sel molekuler, ekologi dan etologi, serta fisiologi dan sistematik hewan. Pada anatomi dan fisiologi tumbuhan, panitia memberikan macam-macam tumbuhan yang akan dianalisis. Ekologi dan etologi menuntut siswa untuk dapat mengamati perilaku hewan dan menganalisisnya melalui film yang ditayangkan di layar. Pada biologi sel molekuler juga menggunakan film. Kemudian yang fisiologi menggunakan insektisida dan sistematik bagaimana mengidentifikasi berbagai jenis hewan.

Soal-soal yang diperlombakan pada OSN 2013 ini sudah mendekati soal-soal internasional. Presentase soal antara teori dan praktik 50: 50.
Keseimbangan presentase ini memang sedikit memberatkan siswa karena siswa-siswa di Indonesia lebih cenderung menguasai teori dibandingkan praktik. Maka untuk mengatasinya diperlukan kerja keras. “Agar bisa memenangkan olimpiade harus banyak membaca tentunya. Apalagi sekarang sudah dibantu dengan adanya e-book. Kemudian, siswa harus mengetahui alat-alat yang akan digunakan, topik, dan teknik-teknik karena di SMA praktik sangat kurang,” ujar Koordinator Bidang Biologi, Dr. Agus Dana Permana.


Menurut Agus, dosen yang telah mengajar 25 tahun di  SITH Institut Teknologi Bandung ini, semua siswa mendapatkan peluang yang sama untuk menang. Kesiapan kesehatan, fisik, dan mental tentunya harus benar-benar dijaga. “Kita tidak dapat memprediksi siapa yang menang karena ketika hari puncaknya tiba, bisa saja peserta grogi. Semua kembali kepada diri masing-masing,” kata dosen yang menyukai golf ini.
Dari 96 siswa yang mengikuti OSN ini akan disaring lagi 30 besar sampai kepada 5 besar. Lima besar inilah yang akan dikirimkan mewakili Indonesia berkompetisi di tingkat internasional.Tiga puluh besar siswa ini setelah pulang ke kampung halamannya, tetap digembleng dengan soal-soal melalui pesan elektronik (e-mail).

Agus yang sejak tahun 1999 membimbing tim olimpiade biologi ini mengatakan Indonesia cukup diperhitungkan di kancah dunia. Buktinya Indonesia mampu merebut posisi ke-6 yang setara Jepang dan RRC. Agar dapat terus meningkatkan peringkat dunia, maka soal-soal yang diberikan pun berstandar itnernasional.

Selain itu, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah perhelatan akbar International Biology Olympiad (IBO) tahun 2014. Hal ini tentu menjadi suatu kebanggan karena dengan menjadi tuan rumah IBO, berarti Indonesia sangat diperhitungkan di mata dunia. “Siapkan diri Anda, belajar terus, dan latihan terus. Jadilah yang terbaik. Semoga kita bertemu pada Juli 2014 nanti di Bali,” pesan Agus bersemangat. Suci

Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  238 kali