Selasa (4-5/9) Olimpiade Sains Nasional untuk bidang studi Kimia dilaksanakan di SMAN 70 Jakarta Selatan. Hampir Sembilan puluh siswa SMA yang lolos seleksi dari tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi berlomba untuk memeroleh medali di ajang ini. Peserta yang lolos sebanyak 30 orang nantinya akan dibina kembali untuk diseleksi ikut dalam Olimpiade Kimia tingkat internasional.
Berdasarkan pemantauan, Drs. Ismunaryo M. Phil dari Universitas Indonesia menjelaskan, secara teknis OSN untuk bidang studi kimia tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Satu keuntungan dalam bidang kimia, peralatan memang sudah diantisipasi jauh-jauh hari dan memang tidak ada kendala. Jadi semuanya bisa berlangsung dengan lancar tanpa gangguan yang berarti.
SMAN 70 sebagai tempat lokasi lomba juga telah memberikan kinerja yang sangat membantu jalannya lomba. Menurut Ismunaryo kembali, dari pengalaman yang lalu-lalu, kerjasama dengan pihak sekolah telah berjalan dengan baik, dalam posisi ‘semepet’ apa pun semuanya segera teratasi. Para peserta didik yang turut dalam Olimpiade kimia ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Kekuatan–kekuatan dalam memahami soal-soal kimia masih terpusat di daerah Jawa, jadi belum ada pertumbuhan-pertumbuhan yang kuat dari daerah-daerah di luar Jawa, seperti Indonesia Timur. “Ini yang membuat saya prihatin,†ucap Ismunaryo . “Walaupun kalau menghitung emas maupun perak skor bisa naik turun dan keberhasilan mereka bisa diukur di olimpiade internasional, tapi itu belum representative untuk menilai keberhasilan dari tiap provinsi tentang kualitas siswa-siswa yang ikut OSN. Artinya, pemerataan yang kita harapkan dalam berjalannya waktu belum begitu terlihat dan masih terus diperbaiki atau ditingkatkan. Solusinya, sebaiknya diadakan pembinaan kepada para guru, pemenuhan fasilitas laboratoirum kimia dan yang tak kalah penting SDM-nya harus juga digarap dengan aik dan sistematis.†Tambahnya. “Namun itu memang tidak mudah, semua tergantung dari karakter orangnya. Ada yang memiliki inisiatif sendiri mengembangkan wilayahnya, ada juga yang harus didorong-dorong. Tapi ini harus dilakukan. Bekerjasama dengan institusi pendidikan setempat harus direalisasikan. Misalnya di Manado ada universitas Sam Ratulangi, nah universitas itu diajak untuk membina para guru. Saat ini hanya beberapa tempat saja yang sudah melaksanakannya. Di samping itu, sekolah juga harus memiliki inisiatif agar siswa-siswanya bisa ikut dalam OSN.†Sarannya.
Peserta kimia yang lolos OSN akan dipilih menjadi 30 siswa, mereka diberi bekal tambahan materi kurikulum nasional plus dan E-Level, “Mereka yang lolos seleksi kita panggil dan dilatih di Universitas Indonesia, kita beri bekal tambahan materi, lalu dijaring separuhnya dan pembinaan berikutnya makin mengarah pada persiapan olimpiade internasional itu kita laksanakan di ITB, Bandung. Untuk soal-soal yang diujikan di OSN, masih sama dengan tahun lalu, karena kita bercermin dari standar internasional dan kita sesuaikan dengan tahap-tahapannya. Sedangkan seleksi yang dilaksanakan dari tingkat kabupaten kota itu, masih kurikulum nasional dan standar ke provinsi sudah diberi tambahan muatan plus-nya tadi, sampai ke babak terakhir sudah ke level advance-nya.†Jelas Ismunaryo kembali.
Materi Soal Organik dan An Organik
Untuk OSN bidang studi kimia, materi soal organic dan an organic, materi organic mencakup analisis dan synthesisnya. Sedangkan materi soal teori cakupannya menyeluruh hingga ke level advance. Soal untul teori ada delapan, enam menyangkut kimia fisik an organic analytic, kedua, bio kimia dan kimia organic. “Saya harapkan siapa pun harus mencintai ilmu kimia, sebab ilmu kimia itu ilmu yang kita geluti sehari-hari. Saat kita tidur, bangun, makan dan minum, itu semua aktivitas kimia. Jadi jangan dianggap kimia itu ilmu yang dicawang-awang. Gerak hidup kita adalah ilmu kimia. “ tambahnya.
Gugup dan Latihan Panjang
Keseriusan sekolah maupun siswa dalam mengikuti OSN tampaknya tidak setengah-setengah, beberapa siswa bahkan ada yang dikirim provinsinya untuk mengikutin pelatihan di Universitas Indonesia. Di sela-sela jam istirahat ujian, mereka duduk bergerombol bersama teman-teman satu provinsi membahas soal-soal yang baru saja mereka kerjakan.
Wibisono Sulistio, SMAN I Yogyakarta, misalnya, ia merasa agak lumayan dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan titrasi asam basa serta perhitungan moralitas dari asamnya dengan menggunakan bahasa standar atau primer, untuk soal yang lain ia sedikit panik dan agak gugup. Namun, meski grogi, targetnya tetap medali, baik emas, perak atau perunggu tak masalah. Rekannya Abdul Majid Ashar MAN 1 Yogyakarta, agak bingung menjawab soal persamaan ia sempat panik harus menggunakan rumus yang mana. Prisca Filia Puspa dari SMA Kusuma Bangsa Palembang merasa soal-soal yang diberikan agak susah-susah gampang, ia mengaku jarang melakukan ujian seperti ini. Namun meski demikian, ia optimis akan dapat medali. Hafizah Latief SMA Plus Pekanbaru mengaku 70 persen bisa mengerjakannya. Sebelumnya ia dan beberapa rekannya telah digembleng selama delapan hari mengikuti pelatihan Kimia di Universitas Indonesia dan Unri. Dela Ulfia SMA Plus Negeri 17 palembang merasa menyesal karena sempat memecahkan lampu elemmeyer, menurutnya, biasanya ada sistem pengurangan nilai, tapi kalau secara keseluruhan untuk test tadi, ia bisa mengerjakannya. Ulfia juga sempat dilatih di UI, target di OSN adalah medali emas. Kurniawan, SMAN 1 Praya Sumatera Utara merasa susah memakai kaca mata untuk praktikum, tapi ia berharap mudah-mudahan memeroleh medali. Safira SMAN 1 Pringsewu Lampung, mengaku lumayan bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan, sedangkan Rafel dari SMAN 2 Bandar Lampung merasa kalau ia harus teliti dan waspada, sebab kesalahan bisa terjadi di luar kesadaran kita. Bisa saja kita melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang tak terpantau sebelumnya. Dari Bali Ni Luh Putu Ananda asal SMAN 2 Singaraja Bali merasa lumayan dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Ia berharap bisa memeroleh medali di OSN tahun ini. Nun jauh dari tanah Papua, Budi Warombi SMAN 5 Kota Jayapura merasa optimis bisa menyumbangkan medali untuk provinsinya, ia berharap dapat lolos hingga ke olimpiade internasional, sedangkan rekannya Demas Al Fakih dari SMAN I Merauke agak pesimis bisa memeroleh medali, waktu yang diberikan hanya sedikit, ia dilatih oleh gurunya selama 1 tahun. Itulah harapan yang terpancar melalui sorot mata beberapa siswa yang terjun di ujian bidang studi kimia. semoga apa yang mereka harapkan bisa terkabul. Tetap semangat. Fanny/Foto Rinda
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
596 kali |