Hampir tiga ratus siswa dari seluruh Indonesia memenuhi Plaza Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta. Mereka menggunakan pakaian tradisional dari daerah masing-masing, keanekaragaman penampilan mereka yang exotic, unik dan penuh dengan nuansa etnik, membuat para hadirin terkesima, begitu juga Menteri Pendidikan Nasional Prof. Muhammad Nuh. Melihat penampilan siswa-siswi yang beragam dari seluruh Indonesia ini, ia mengaku bulu romanya berdiri.
"Betapa kayanya bangsa ini, betapa kita semua menyadari tentang pentingnya Bhineka Tunggal Ika. Inilah yang harus terus-menerus kita pupuk, kita rawat, kita jaga dan kita kembangkan. Kita jadi memiliki keaneka-ragaman baik dari sisi etnik, budaya atau pun agama, tetapi hakekatnya kita adalah satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia." Ujarnya saat membuka kegiatan Gebyar Apresiasi Karakter Siswa Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Tiga Karakter
Dalam pidatonya, menteri menjelaskan, bahwa ibarat orang yang membangun rumah, material yang dibutuhkan agar rumah itu kokoh berdiri tidak satu jenis bahan saja. Rumah itu bisa kokoh berdiri, harus ada kayu, ada besi, ada pasir, semen, batu bata dan lain sebagainya. "Semuanya dirangkai, dicampur, dimaintenance, menjadi satu kesatuan, dibangun menjadi sesuai dengan disain kita, yaitu disain rumah Indonesia. Oleh karena itu jangan sekali-sekali mencoba meremehkan salah satu unsur dari komponen rumah Indonesia tadi itu. Sekecil apa pun meskipun tidak pernah nampak, tetapi hakekatnya itu adalah komponen rumah Indonesia." Tegasnya.
Selain mengikuti Gebyar Aksi, pada tanggal 20 Mei 2011 peserta akan mengikuti upacara Hari Kebangkitan Nasional di J EXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat. Upacara ini akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyuno. Melalui tema "Raih Prestasi, Junjung Tinggi Budi Pekerti" ada tiga karakter yang ingin dibangun. "Pertama karakter yang bisa menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua ini hakekatnya adalah makhluk dari Yang Maha Kuasa. Karena kita sesama makhluk ciptaan Tuhan, maka tidak boleh timbul sifat saling membenci. Sesama makhluk justru harus menimbulkan karakter sikap penuh kasih sayang di antara kita. Meski pun kita beraneka ragam, sekali lagi tidak boleh ditanamkan rasa benci, curiga, dan tidak saling menyayangi. Justru yang harus kita bangun adalah rasa kasih sayang di antara kita. Semua makhluk mulia dan baik selama dia bisa memberi manfaat sebesar-besarnya. Itu karakter yang pertama. Karakter kedua yang ingin kita tumbuhkan adalah yang terkait dengan keilmuan. Setelah kita sadari diri kita masing-masing adalah makhluk Tuhan YME, kita tanamkan karakter yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Kita tanamkan intelectual curiosity, atau kepenasaranan intelektual. Dari rasa penasaran inilah timbul rasa ingin tahu, kemudian tumbuh yang namanya ilmu pengetahuan, inovasi, kreatifitas. Dari inovasi dan kreativitas inilah yang hakikatnya nanti bisa menjunjung atau meraih prestasi itu. karena tidak mungkin prestasi diraih tanpa ilmu. Oleh karena itu yang harus kita dorong adalah pendalaman ilmu sejak dini sebagai bagian yang melekat di dalam kultur sekolah dan masyarakat kita. Yang ketiga, yang perlu kita tanamkan adalah kecintaan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Seseorang yang memiliki kecintaan pada bangsa dan negara tandanya adalah mempunyai rasa memiliki (ownership), itulah salah satu ciri dari rasa cinta. Ini yang ingin kita tanamkan pada anak-anak sekalian, ada rasa memiliki kalau bangsa dan negara ini milik kita semua. Sebelum kita merdeka kita sudah tahu ada beragam suku, budaya, dan agama di Indonesia. Dari keanekaragam ini mengikat menjadi satu kesatuan. Di sinilah pentingnya Bhinneka Tunggal Ika itu." tegasnya.
Semangat Meraih Prestasi
Menteri menambahkan, anak-anak Indonesia harus memiliki semangat dan jiwa muda yang tinggi untuk dapat meraih prestasi. "Karena 20-30 tahun ke depan mereka adalah calon-calon pemimpin masa depan, Bisa jadi di antara para peserta G-AKSI ada yang akan menjadi bupati, gubernur, menteri, bahkan presiden seperti bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Yang terpenting, tugas para pembimbing adalah bagaimana menyemai, menanam benih-benih ini dan kita siram, kita rawat, kita hantarkan menjadi pohon besar, kelak mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan kita. Percayalah, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan membanggakan kita semua. Selamat berapresiasi dan berekspresi."
Acara pembukaan Gebyar AKSI 2011 yang dipandu oleh Rechelle Rumawas (Siswi SMAN 2 Jakarta) dan Rama Davis (Siswa SMAN 78 Jakarta), berlangsung pada Senin (16/05) di Plaza Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan Nasional. Acara diawali dengan laporan kegiatan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Dr. Baedhowi. Seluruh rangkaian acara diramaikan oleh aktraksi Rampak Bedug dari SMAN 2 Pandeglang yang atraktif, paduan suara siswi-siswi SMAN 12 Jakarta, dan diakhiri dengan foto bersama dari masing-masing provinsi.
Hymne Gebyar AKSI,
Mengisahkan Karakter Siswa Indonesia
Mars Gebyar Apresiasi Karakter Siswa Indonesia (G’AKSI), memberikan makna tersendiri saat dinyanyikan siswi-siswi SMAN 12 di hadapan Mendiknas Prof. Muhammad Nuh dan peserta siswa-siswi dari seluruh Indonesia yang mengikuti kegiatan tersebut. Sang pencipta lagu, Drs. Taufik mengungkapkan, bahwa mars lagu itu sudah dibuatnya beberapa waktu lalu, sebelum G-AKSI dilaksanakan. Seminggu sebelum kegiatan dimulai, lagu itu ia gubah dan perbaiki kembali agar sesuai dengan tujuan dari kegiatan tersebut. Syair dari lagu Gebyar Aksi mengisahkan tentang karakter bangsa yang harus ditanamkan pada siswa. Mengapa nilai-nilai patriotik harus diciptakan dalam lirik lagu ciptaanya? "Sebab, saat ini, rasa cinta kepada tanah air di kalangan generasi muda kian menyusut. Melalui mars Gebyar Aksi, tata karma, kultur dan nilai-nilai budaya bangsa diharapkan kian melekat di diri siswa Indonesia." Ujar pria yang juga guru musik di SMAN 12 Jakarta dan pernah membuat Mars Olimpiade Sains Nasional serta Mars Lab School.
Salah seorang anggota paduan suara, siswi SMAN 12 Jakarta, Hesty Marsha mengaku senang bisa ikut memeriahkan Gebyar AKSI tahun ini, karena bisa bertemu dengan teman-teman dari seluruh Indonesia. "Pengalaman saya jadi bertambah terutama dalam menghargai bangsa sendiri. Saya juga merasa bersyukur, bisa ikut memberikan penampilan terbaik dari sekolah kami dalam kegiatan paduan suara." Ujarnya. Tim Potensi
Ikrar Siswa Berprestasi,
Sebagai Dasar Tingkatkan Prestasi
Pembaca Gebyar Apresiasi Karakter Siswa Indonesia mengaku bangga bisa terpilih dalam acara pembukaan Gebyar AKSI 2011. Mereka adalah Ariesta Dave Wowor (SMAN 1 Manado) sebagai pembawa bendera, Ghina Saneva (SMAN 2 Bandung), dan Ghemma Fauzan Garay (SMA BOPKRI 1 Yogyakarta). "Makna dari ikrar itu adalah supaya kita sebagai siswa Indonesia akan menjadi lebih baik lagi dan sebagai dasar bagi kita untuk terus meningkatkan prestasi ke depannya. Karena saat-saat muda seperti sekarang ini kita harus mengikuti banyak kegiatan yang sifatnya lebih kepada penanaman karakter siswa. Dan apa yang kami dapatkan dari sini akan kami teruskan pada teman-teman kami di daerah," kata Ghina dan Ariesta.
Ghemma juga menambahkan, ia dan teman-temannya juga sangat senang terpilih sebagai perwakilan daerahnya untuk mengikuti G-AKSI. "Hanya anak-anak yang spesial yang bisa berkumpul disini, dan saya merasa bangga jadi bagian dari itu. Manfaat dari kegiatan ini banyak, karena tiap daerah membawa keunikan yang beragam, sehingga menambah banyak pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia, dan menambah banyak teman pastinya." Ungkap Ghemma. Tim Potensi
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
781 kali |