#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Presentasi Karya Fiksi 2017 Perlu Ada Kelanjutan

#

Selasa (12/09), usai acara pembukaan, para finalis FIKSI 2017 langsung mempersiapkan diri untuk mempresentasikan ide-ide kreatif mereka kepada juri masing-masing bidang. Meskipun saling bersaing, namun suasana yang terbangun sangat penuh persahabatan. Para juri pun berinteraksi ramah, sehingga sedikitnya bisa mengurangi rasa gugup peserta saat mempresentasikan kreasi mereka.  Babak presentasi pun mengalir lancar, beberapa ide kreatif yang segar dan orisinil kerap membuat juri kagum dengan mata berbinar. 

Beberapa juri sependapat, FIKSI tahun ini semakin meningkat, baik dari segi pemaparan,keluasan, dan inovasi nya semakin realitas. Bukan sekadar angan angan, tapi bisa direalisasikan, bisa diaplikasikan. Hanya saja,  ada masukan dari para Juri,agar produksi mereka dibuat semenarik Mungkin tampilan nya sehingga bisa bersaing di pasaran.

Drs. Widji Purwanta, koordinator juri Bidang Lain, mengatakan, begitu banyak ide kreatif yang menarik di FIKSI ini. “Makanya, di sini ada katagori Bidang Lain. Ini adalah bidang yang tidak bisa masuk ke bidang apapun, sehingga sebenarnya bidang ini lebih luas dari bidang bidang lainnya karena menampung semua ide dan gagasan yang tidak bisa masuk di bidang apapun,” jelasnya.

Beragam ide kreatif para finalis memang begitu menyita perhatian juri. Salah satunya, gagasan I Wayan Bagus Perana dan Nyoman Gede Tryadhi dari SMAN 3 Denpasar, Bali. Mereka mempromosikan  produk minyak kelapa dan daun nilam yang  mempunyai efek pecegahan penuaan dini. Kata mereka, produk ini sudah diuji coba kepada relawan dan hasilnya ternyata cukup memuaskan. Mereka optimis, produk yang ditawarkan ini bisa memuaskan para juri, sehingga setelah lulus sekolah nanti bisa menjadikannya sebagai unggulan produk wirausaha mereka. “Nanti, pemasarannya tidak sebatas Bali saja,” kata mereka.

Dari tuan rumah Bandung ada Carlen Tandjaja dari SMA Trinitas Bandung, yang menjadi finalis di bidang Desain Grafis. Dia optimis bersaing di FIKSI 2017 ini dengan karyanya berupa souvenir yang mencirikan kota Bandung.  Produk karyanya itu berupa bantal berbahan jeans yang diberi sentuhan  pernak pernik khas Bandung. Cukup menarik, cuma ada masukan dari juri, dalam hal penambahan pernak pernik kota Bandung, agar dicari, dipikirkan benar-benar hal yang lebih menarik, unik, dan inovatif. Sebuah ciri khas yang bisa membuat kota Bandung menjadi  lebih terkenal dengan adanya souvenir-souvenir yang mengedepankan keunikan kota ini.


Dari SMAN 7 Jogyakarta ada Wildan Syaifudin dan Bima Ardhana, peserta di bidang Kerajinan. Saat presentasi mereka merasa tenang karena karya mereka “Sapu Berbahan Sorqum” sudah menjadi rintisan usaha dan mempunyai pangsa pasar yang cukup lumayan di Jogya. Sehingga, mereka dapat menjawab pertanyaan para juri dengan tenang dan santai tanpa kesulitan, tidak ada rasa gugup sama sekali dari sejak memasuki ruang presentasi sampai dengan mereka selesai presentasi. 

Obat nyamuk semprot dari biji pohon mahoni yang banyak ditemukan dipinggir jalan, menjadi andalan karya anak anak dari Bengkulu. Obat nyamuk yang berbentuk cairan ini juga bisa dioleskan. Untuk ini, ada masukan dari juri,  bila gagasan anak anak ini perlu dikembangkan, karena masih ada kelemahan-kelemahan yang bisa diperbaiki.

Oleh sebab itu, sebaiknya, setelah kegiatan ini Kemendikbud pula menyediakan media lanjutan, seperti mengadakan semacam seminar atau workshop, meneliti  dan meriset ulang gagasan gagasan yang sekiranya punya potensi untuk dikembangkan.  Juga bisa dengan melibatkan atau mencoba minta ijin ke badan POM untuk meneliti kandungan-kandungan yang ada di dalamnya, apakah berbahaya atau tidak.

Perlu dipikirkan pula, kemungkinan untuk mengundang para investor yang bermain di bursa efek Indonesia agar melirik hasil penelitian ini. Seperti contohnya produk pupuk yang berasal dari salak busuk, yang diutamakan pemakainannya  untuk tanaman hias. Ide-ide seperti inilah yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan, karena kadang perusahaan-perusahaan ini juga kehabisan ide untuk produk baru mereka yang disebabkan oleh berbagai faktor.

“Jadi, banyak sekali sebenarnya ide-ide. Oleh sebab itu perlu mengundang para investor yang ada di pasar modal atau otoritas keuangan. Mereka harus dipertemukan dan kemudian di-matching kan antara gagasan itu dengan investor. Jadi bukan berakhir sebagai ajang saja, hilang setelah FIKSI berakhir.  Tetapi harus ada kelanjutan, agar  gagasan gagasan anak anak itu bisa direalisasikan,” jelas Widji. 

 

 

Teks : Iman/Irma. Foto : Hono

Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  241 kali