Rabu (10/10), Presiden Joko Widodo bersilaturahmi dengan peserta Apresiasi Kebangsaan Siswa Indonesia (AKSI) di Grand Mulya Resort and Convention Hotel Bogor, Jawa Barat. Kehadiran bapak presiden didampingi Mendikbud Muhadjir Effendy, Menpora Imam Nahrowi beserta jajaran pejebat esselon I, II dan III di lingkungan Kemendikbud.
Tepat pukul 08.15 WIB tamu spesial yang sudah dinanti-nanti pun tiba dengan sambutan meriah dari para siswa dan guru SMA/SMK. Mereka bertepuk tangan sambil menyanyikan yel-yel "selamat datang". Sambil berjalan menuju panggung Presiden Jokowi sempat menyapa dan berjabat tangan langsung dengan beberapa siswa dan guru. Bahkan ada yang langsung ber-swafoto dengan bapak presiden menggunakan kamera ponsel.
Acara temu ramah ini diawali dengan sambutan Mendikbud Muhadjir Effendy. Dalam sambutannya, Ia menjelaskan kepada bapak presiden para siswa yang hadir yakni para ketua OSIS dan ketua rohaniwan dari berbagai SMA dan SMK seluruh Indonesia. Mereka akan mengikuti program latihan kepemimpinan yang diadakan Kemendikbud. "Mereka sedang mengikuti latihan kepemimpinan yang dikemas dalam AKSI. Jumlahnya sebanyak 540 orang dan didampingi oleh para guru," Jelas Muhadjir.
Muhadjir juga menjelaskan, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh para peserta Kongres Nasional dan Musyawarah Nasional Asosiasi Profesi Guru Bahasa dan Sastra. Mereka sedang melaksanakan kegiatan di Jakarta, namun hendak bertemu langsung dengan Presiden Jokowi. "Untuk selanjutnya mohon bapak presiden dapat memberikan arahan dan wejangan kepada para siswa calon pemimpin bangsa ini dan juga para guru yang telah memgikuti kongres di Jakarta." Ujar Mendikbud
Dalam kesempatan ini, Bapak Presiden meminta para siswa yang merupakan pimpinan di sekolahnya untuk terus menjaga persatuan dan kerukunan antarsesama. "Perlu saya ingatkan supaya anak-
anakku memahami dan menyadari, kita ini diciptakan oleh Allah SWT dengan banyak sekali perbedaan suku agama, adat, tradisi, dan bahasa daerah. Beda semuanya. Hati-hati anak-anakku harus mengerti masalah ini," ujar Bapak Presiden di depan para siswa peserta AKSI.
Menurut Presiden, perbedaan itu harus dipahami sebagai suatu kesatuan. Apabila tidak, perbedaan itu bisa memicu adu domba. "Kalau kita tidak sadar, gampang sekali kita ini diadu-adu antar agama, antar suku, berbahaya sekali negara ini. Kita ini memiliki 714 suku, Singapura ada 4 suku. Afghanistan ada 7 suku, kita 714 suku. Ini harus kita sadari. Kalau kita tidak paham oleh itu, yang terjadi adalah perpecahan," ujarnya.
"Apalagi anak-anakku semua adalah pemimpin di sekolahnya masing-masing, baik pimpinan rohaniwan maupun pimpinan OSIS. Kalau tidak bisa mengajak teman-temannya, dan saling menyadarkan bahwa kita ini beragam dan berbeda, maka berbahaya sekali. Kepentingan politik misalnya pemilihan gubernur, bupati, walikota dan bahkan pemilihan presiden yang setiap 5 tahun sekali itu, kita terpecah-pecah. Sangat disayangkan sekali," sambung Presiden Jokowi.
Presiden menambahkan, perbedaan pilihan politik adalah hal yang biasa dalam demokrasi. Ia pun mempersilakan masyarakat memilih pilihan politiknya masing-masing, namun setelah itu kembali menjaga hubungan baik dan persatuan dengan yang berbeda pilihan.
Presiden pun mencontohkan pentingnya persatuan di Indonesia, seperti yang terjadi di Asian Games 2018, di mana Indonesia bisa meraih 31 medali emas dan menempati ranking 4. Keberhasilan itu diraih tanpa memandang suku, agama dan asal daerah atlet yang.
Presiden Jokowi juga meminta para siswa peserta AKSI meluruskan kabar hoax (berita bohong) yang saat ini marak beredar di media sosial, karena hoax dapat memecah belah bangsa. "Kalau semua berpikir seperti itu, negara ini akan maju. Jadi kalau ada fitnah, hoax, kabar bohong, saling cela, saling ejek itu tolong diluruskan. Dibetulkan," kata Jokowi.
Selain itu, Ia juga meminta para siswa untuk jeli melihat berbagai peluang di era teknologi yang terus berkembang pesat.
"Senang sekali rasanya bertemu Bapak Presiden. Bahagia sekali bisa berjabat tangan langsung dengan Pak Jokowi. Meskipun sedih sebenarnya ga bisa foto langsung karena tidak diperbolehkan membawa hp. Tapi sudah bisa bersalaman saja sudah senang," ujar Merhana perwakilan peserta AKSI asal SMAN 2 Ambon.
"Saya sudah dua kali bertemu bapak presiden, dulu pertama saat Pak Jokowi ke Papua, disana saya diberikan buku dan peralatan sekolah dengan bapak Presiden. Disini saya bisa ketemu lagi, luar biasa bangganya saya." Cerita Niko peserta dari SMA PGRI Jayapura.
Teks & Foto : Tim Potensi
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | whika |
Dilihat |  :  | 214 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019