Sebanyak 172 peserta dari 24 provinsi tiba di Hotel Sahid Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (Fiksi) 2018. Kegiatan ini akan berlangsung mulai tanggal 1-6 Oktober 2018. Para peserta yang hadir akan berkompetisi dalam bidang yang diperlombakan seperti kerajinan, desain grafis, aplikasi game, boga, fashion dan bidang lainnya. Fiksi 2018 di Yogyakarta ini adalah yang ketiga kalinya diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan setelah sebelumnya dilaksanakan di kota Bandung. Tahun ini Fiksi 2018 mengambil tema “The Power Of Innovative Sociopreneurship†yang artinya para peserta harus semangat dalam berinovasi kewirausahaan untuk kehidupan sosial yang lebih baik.
Seorang peserta yang bernama Rynaldi Ramadhan menyampaikan bahwa keikutsertaannya ini tidak terlepas dari dukungan orang tua dan pihak sekolahnya. Siswa kelas 12 IPA 1 dari sekolah SMA N 4 Wajo, Sulawesi Selatan ini mewakili provinsinya dalam bidang desain grafis. Sebelumnya Rynaldi pernah menjadi juara 3 dalam olimpiade TIK Nasional di Jakarta pada tahun 2017.
Hal berbeda datang dari Ketut Widya Satria yang berasal dari kelas 11 IPS 2, SMA N Bali Mandara, provinsi Bali. Satria mengatakan bahwa ini pertama kalinya ia mengikuti ajang seperti ini. Pria yang akrab dipanggil Satria ini akan menunjukkan aksinya dalam bidang boga. “Saya membuat penelitian wirausaha berjudul mengembangkan perekonomian desa Silangjana dengan es rujak tuak†ungkapnya. Satria optimis dengan hasil karya nya ini untuk dapat membawa pulang medali.
Aceh Peserta Terbanyak
Provinsi Aceh merupakan provinsi yang paling banyak mengirimkan pesertanya di ajang Fiksi 2018 Yogyakarta. Sebanyak 22 peserta tiba di Yogyakarta untuk berkompetisi di tingkat nasional. Salah satunya SMA N Unggul Kota Subulussalam yang mengirimkan 16 peserta terdiri dari 4 putra dan 12 putri. Menurut tim guru pendamping tahun ini pihaknya akan berusaha maksimal dalam mendorong para peserta untuk menampilkan yang terbaik dan membawa pulang medali karena tahun sebelumnya sekolah mereka berhasil membawa pulang 2 medali emas di ajang Fiksi 2017 Bandung.
Seusai menjalani registrasi selanjutnya berkumpul di Ballroom hotel Sahid Jaya untuk mengadakan game ice breaking. Game ini dilakukan untuk memberi semangat sekaligus sebagai ajang saling kenal antar peserta. Dalam game ini para peserta diharuskan membuat yel yel masing-masing grup untuk menambah kekompakan.
Setelah melakukan game ice breaking. Acara dilanjutkan dengan talk show yang bertema “Generasi Emas Bukan Generasi Tukang Bullyâ€. Dalam talk show ini para siswa diajak untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mempersiapkan diri untuk menuju generasi emas. Leo Sani Putra Siregar S.H sebagai narasumber mengatakan para peserta harus bisa mengembangkan potensinya untuk membentuk karakter pribadi yang baik. Leo juga menjelaskan bahwa Bully itu sangat berbahaya dan berdampak pada kehidupan seorang anak. Dalam hal ini Leo mengajak para peserta untuk tidak menjadi tukang bully.
Teks & Foto : Tim Potensi
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | whika |
Dilihat |  :  | 312 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019