Torehan manis dicapai tim International Biology Olympiad (IBO) Indonesia. Siswa-siswa terbaik tanah air yang mengikuti kompetisi bergengsi di Aarhus, Denmark, 12-19 Juli lalu, berhasil membawa pulang 1 medali emas, 2 medali perak, dan 1 medali perunggu. Medali emas Indonesia diraih Maria Patricia Inggriani, yang secara gemilang berhasil menduduki posisi 26 terbaik dalam daftar perolehan nilai. Perolehan tersebut sekaligus mempertahankan tradisi medali emas yang sudah dicapai tim Indonesia sebelumnya.
"Target kami memang 1 medali emas, kami bertekad mempertahankan tradisi yang sudah kita buat sejak tahun 2013. Pada intinya anak-anak tampil sangat baik dan secara teori kemampuan mereka sudah cukup baik," jelas Dr. Achmad Faisal, pendamping tim IBO, saat ditemui di Bandara Soekarno -Hatta, Senin (20/7) lalu.
Menurut Faisal, perjuangan tim kali ini memang cukup banyak terkendala urusan teknis. "Pada ujian teori tak ada masalah, tapi penggunaan tablet untuk ujian praktikum membuat anak-anak kesulitan. Sebenarnya ini tak bisa dijadikan alasan karena tim lain juga menghadapi kendala yang sama," lanjut Faisal. Penggunaan tablet saat praktikum, berdasarkanpenjelasan Faisal, membuat kontestan harus melipatgandakan usaha. "Misalnya ada yang kesulitan mengunggah foto yang merupakan hasil praktikum mereka. Biasanya, saat praktikum meski penguasaan cukup baik, masalah keterbatasan waktu bisa membuat kontestan panik dan kesulitan," jelas Faisal.
Melihat kondisi yang dihadapi tahun ini, Faisal akan mengevaluasi metode pelatihan yang akan dilakukan untuk penyelenggaraan tahun mendatang. "Posisi kita di internasional berada di posisi sekitar 15 besar. Saya kira kalau dipersiapkan dengan lebih maksimal hasilnya juga akan makin baik," kata Faisal.
Dalam pengamatan Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik, Suharlan, SH, MM., persiapan yang memperhatikan sisi psikologis para siswa juga merupakan salah satu kunci kesuksesan siswa. "Dalam pembinaan kami tak melakukannya setahun penuh karena para siswa juga punya tanggung jawab pada pelajaran di sekolah. Selama pembinaan mereka masih mengerjakan tugas pelajaran lain yang dibawa dari sekolah. Kami juga menyertakan psikolog. Selama pembinaan mereka juga ada pembinaan karakter, wawasan kebangsaan dan nasionalisme. Setiap akhir pekan juga mereka mengadakan rekreasi. Jadi cukup seimbang ," urai Suharlan.
Peraih medali perunggu, Nagita Gianty Annisa, siswa MAN Insan Cendikia, Serpong, mengaku cukup menikmati kompetisi dan aspek-aspek lain seperti persahabatan dengan kontestan lain, wisata edukasi, dan pengalaman lainnya. "Tak ada ada kendala berarti karena kami sudah dipersiapkan secara fisik dan mental. Memang ada kendala pada saat praktikum yang menggunakan tablet. Saya hanya panik karena ternyata untuk memasukan gambar dalam jawaban kita malah tidak muncul. Alhasil saya jadi panik. Untungnya semua bisa diatasi dan saya bisa meraih perunggu," kenang Nagita.
Nagita pun merasakan sensasi lain dalam kompetisi internasional yang diikuti 241 peserta dari 61 negara tersebut. Ia untuk pertama kalinya merasakan Ramadan dan Lebaran di negeri orang. "Ya, semuanya terasa berbeda tapi karena kami juga bersama-sama jadi terasa asyik saja," tukas Nagita.
Selain kabar baik berupa medali, para peserta IBO tahun ini juga membawa kabar gembira lainnya. Maria Patricia Inggriani dan Hana Fauzyyah Hanifin, telah diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Sementara Valdi Ven Japranata dan Nagita Gianty Annisa akan melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Keempatnya secara otomatis mendapat beasiswa dari pemerintah.
Rencananya, tahun depan IBO akan diselenggarakan di kota Hanoi, Vietnam.
Peraih Medali Emas IBO 2015
1. Maria Patricia Inggriani, SMA Kharisma Bangsa.
Peraih Medali Perak IBO 2015
1. Valdi Ven Japranata, SMAK IPEKA, Sunter, Jakarta.
2. Hana Fauzyyah Hanifin, SMA Semesta, Semarang.
Peraih Medali Perunggu IBO 2015
1. Nagita Gianty Annisa, MAN Insan Cendikia Serpong.
sumber : siswapsma.org
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 366 kali |