Persaingan sengit antartim dari 34 provinsi pada Lomba Debat Bahasa Indonesia di SMAN 2 Banjarmasin menjadi penentu tim mana saja yang akhirnya melaju ke babak 16 besar. Untuk masuk ke babak ini, tim-tim ini telah mengumpulkan skor kemenangan tertinggi dalam debat di 5 ronde yang digelar sejak Jumat (16/8).
Ketua Dewan Juri LDBI Rachmat Nurcahyo mengatakan, ada 3 indikator yang menentukan tim bisa masuk ke babak oktofinal yakni poin kemenangan, total skor yang mereka kumpulkan selama 5 kali bertanding, dan margin yang mereka dapatkan. Tim 16 besar yang lolos ke babak penyisihan ini memiliki skor minimal tiga kali kemenangan.
"Ada satu (tim) yang tiga kali menang tetapi tidak lolos, itu karena skor mereka lebih rendah," kata Rachmat di Banjarmasin pada Sabtu, 18 Agustus 2019 malam.
Rachmat menjelaskan, tim dari Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tim yang tidak terkalahkan sejak tahun sebelumnya hingga babak penyisihan ini berlangsung. Namun, ia menegaskan, itu bukan jaminan bahwa tim ini akan menang. Sebab, menurutnya, masih ada babak eliminasi dan tim lain memiliki peluang yang sama.
"Kalau kekuatannya, mereka (DIY) memang kuat, tapi nanti setelah di babak gugur tidak ada yang bisa menyangka siapa yang akan menang. Saya pikir, mereka semua yang lolos ke 16 besar ini, punya kesempatan yang sama," kata Rachmat.
Rachmat menilai, meski ada beberapa tim kuat dan tidak bergeser dari posisinya, namun kualitas tim di kompetisi debat di LDBI tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Alasannya, kata Rachmat, di tahun ini, ada tim-tim posisi bawah dan sekarang sudah memiliki argumen yang bagus.
"Mereka tidak lagi baru belajar mengenai debat tersebut, namun sekarang argumen mereka sudah bagus," kata Rachmat.
Meski begitu, ia tidak menutup mata bahwa masih saja ada tim yang memiliki gap yang sangat tinggi di antara anggotanya. Ia mengatakan, kesenjangan itu terasa ketika salah satu orang di tim tersebut tidak menguasai isu yang dilontarkan oleh para juri. Rachmat berpendapat, gap yang terjadi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sistem seleksi yang dadakan.
"Memang ada tim yang gapnya tinggi banget, itu juga karena sistem seleksinya dadakan dan tidak ada pembinaan. Itu kelemahan sistem di provinsi, meski tidak banyak. Itu menjadi catatan untuk kita semua," kata Rachmat.
Untuk 16 tim yang lolos ke babak oktofinal, Rachmat berpesan, agar mereka memperbaiki performanya di penampilan sebelumnya sehingga mereka dapat memberikan suguhan debat yang lebih baik. Catatan-catatan khusus di tiap tim yang diberikan oleh para juri, sebaiknya mereka dengarkan.
"Kan mereka sudah dapat masukan lima kali dari juri-juri, ya itu didengarkan saja, karena masukan itu berbasis dari performance mereka ketika debat. Kelemahan mereka dimana hanya juri-juri tersebut yang mengetahuinya dan para juri telah memberikan masukan," kata Rachmat berpesan.
Berhasil masuk ke babak 16 besar, bagi Argi siswi dari SMAN 2 dari Provinsi Semarang menjadi tantangan tersendiri. Ia dan timnya, langsung melakukan evaluasi atas penampilan mereka selama ini. Selain Argi, evaluasi tim juga dilakukan oleh peserta dari Sulawesi Tengah. Nurmutiati siswi dari SMA Islam Athirah Bone ini mengatakan, ia bersama Jobel dan Ayub, rekan sesama timnya, akan berlatih dengan sebaik-baiknya untuk persiapkan diri di babak Oktofinal. Mereka berharap, bisa masuk ke perempat besar dan meraih medali.
Berikut 16 tim yang lolos ke babak oktofinal yakni Daerah Istimewa Yogyakara, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Gorontalo, dan Jawa Barat.
Keenambelas tim ini akan melaju ke babak oktofinal dan berjuang masuk ke babak perempat final hingga semi final di SMA Don Bosco, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Minggu, 18 Agustus 2019. Tim yang lolos di semi final akan saling berhadapan di puncak debat Grand Final LDBI pada Senin, 19 Agustus 2019 di Hotel Rattan Inn, Banjarmasin.
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 272 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019