#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

OSN Kebumian Sambil Berlomba Mendapat Pengalaman di Lapangan

#

Bidang studi kebumian mengambil lokasi di Pantai Tanjung Pasir Kabupaten Ta­nge­rang Banten dan PLTU Muara Karang, Jakarta Utara untuk ujian praktek (5/9). Sebelumnya mereka melakukan ujian tertulis di SMAN 28 Jakarta Selatan (4/9). Perjalanan panjang yang melelahkan terlihat di wajah masing-masing peserta. Tiba di lokasi ujian pada hari kedua, siswa-siswi peserta Olimpiade Sains Nasional itu tetap bersemangat. Ada yang duduk di karang dan bebatuan yang ada di pinggir pantai. Zahrotun Naimah dari SMAN 48 Jakarta mengambil remah pasir. Asahi Idamanto dan Oky Prista Viola dari SMAN 5 Yogyakarta tampak menimang dan memerhatikan bentuk batu yang mirip biji kedondong, putih, berduri, seperti cangkang atau landak laut.

Mereka menghadap ke hamparan pantai Pantai Tanjung Pasir, ada yang tertunduk memerhatikan kumpulan pasir di pantai. “Ayo siap-siap tiga menit lagi kumpul,” ujar juri. Lalu peserta masih ada yang meneliti material dan sesekali merenungkannya. Setelah itu, hilanglah rasa tegang mereka, para siswa-siswi menyerahkan lembaran tertulis hasil pengenalan mereka pada sedimentasi di pantai dari pasir hingga fosil. Mereka berkumpul di Tanjung Pasir, di tengah panas siang.

Rombongan Kebumian yang terdiri dari 87 orang terbagi dua kelompok, kelompok pertama ke PLTU di pagi hari dan ke Tanjung Pasir siang hari, siswa-siswi lainnya melakukan kunjungan sebaliknya. Dua kelompok ini mendapatkan tiga materi yang sama. Yaitu, sedimentasi, oceanografi dan GPS (Global Positioning System), Potensi, sempat mengikuti rombongan yang menuju ke Tanjung Pasir siang harinya. Sebanyak 45 siswa ini dipecah lagi dalam pengujian tiga materi itu secara bergantian.

Untuk sedimentasi, Afiat Anugrahadi, dari Teknik Geologi Universitas Trisakti, mengatakan tujuan tes ini mengarahkan siswa mengetahui material batuan pasir, mineral dan fosil juga asal dari obyek material yang diteliti. “Misalnya fosil itu berasal darimana, pasir darimana, dibawa oleh air laut atau air sungai,” ujarnya. Untuk siswa yang mengikuti Oceanologi, ditempatkan agak jauh dari pintu masuk dan kebetulan menjadi lebih dekat dari deburan ombak. “Kita menanyakan mereka seputar fisika oceanografi secara umum terutama soal arus, ombak dan gelombang, juga jenisnya,” papar Rahmi Lutan, dari LIPI khusus bidang Oceanografi.

Harapan Rahmi yang almamaternya Strata I dan Strata II di Universitas Indonesia ini, para siswa ini terampil dalam praktek di Bidang Kebumian. Bagaimana pun, Indonesia adalah negara kepulauan, sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus yang mengetahui dan memahami arus gelombang pasang surut. Termasuk juga karakter ombak Tanjung Pasir. Di GPS, kelompok siswa ditempatkan agak jauh dari pantai, di lapangan berpasir, mereka mengutak-atik benda kecil itu. “Harapan kita, mereka dapat mempraktekan, mengaitkannya dengan posisi mereka berdasarkan alat itu,” ujar Diah Annisa Dwirini, anggota juri dari Teknik Geologi UGM.

Koordinator Bidang Kebumian Donatus Hendra Amijaya mengatakan bahwa tes praktek lapangan, baik mengenal oceanografi, geologi, penentuan posisi dengan GPS, berkaitan dengan peta di lembar tertulis tadi. “Prinsipnya, kita mengawasi kegiatan yang sebenarnya akan sangat krusial bagi mereka ketika di lapangan. Tak semua siswa punya pengalaman mengenai hal itu. Perlu latihan sedikit apa yang harus dilakukan. Pengamatan gelombang, pengetahuan tentang daratan, pasang surut, arah dan kecepatan gelombang dan banyak lagi hal lainnya,” papar Hendra.

Salahuddin Husein, juri yang berasal dari Jurusan Teknik Geodinamika Universitas Gajah Mada, mengatakan bahwa siswa diharapkan mengetahui lokasi mereka di permukaan bumi. Mereka diminta mampu memplotkan titik itu di peta dan menyesuaikannya dengan kondisi di sekitarnya. Persoalan keruangan, mencakup dinamika arus laut dan gelombang juga perubahan garis pantai, termasuk partikel pasir, bebatuan, cangkang hewan dan tulang. “Kita juga perlu tahu pemahaman mereka yang standar, dari faktor penggunaan alat GPS, kompas, juga mengatasi error bawaan alat. Sedimen diarahkan ke pengenalan, observasi dan identifikasi,” ujar Salahuddin. Apakah perlunya untuk praktek kerja mereka kelak? “Namanya manusia kan hidup di permukaan bumi, ada material dan proses. Siswa yang pernah mengikuti OSN pasti punya pemahaman itu kelak,” ujarnya.

Pentatok Kuncoro, dari Teknik Geologi UGM yang spesifikasi di bidang Paleontologi ini, mengatakan bahwa siswa diharapkan mengetahui dan mengenali fosil, termasuk filum dan kelasnya. Paleontologi terfokus pada mengamati fenomena geologi yang terdiri dari organisme laut, pengendapan dan umur batuan. “Kita dapat mengetahui umur batuan, kapan diendapkan dan di mana pengendapannya,” ujar Pentatok yang juga berasal dari Universitas Gajah Mada di mana sejak awal almamaternya ini telah diminta menjadi host OSN.

Para siswa ini memang dibawa ke pantai Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang Banten, setelah pagi harinya ke PLTU Muara Karang, Jakarta Utara. Perjalanan jauh ditanggapi dengan senyum. Bagaimana kesannya? Inilah ungkapan Fadil Arif Tasman Munaf, “Macet, tapi kalau soal materi di pantainya, ya saya harus siaplah,” ujar Fadil dari MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Pengenalan Industri

Pengalaman di PLTU berbeda lagi. Di tengah pengarahan dan pemberian profil tentang PLTU, para siswa ini kebetulan ditempatkan dalam ruangan bersama para mahasiswa Program Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip). Mereka terlihat sungkan, untuk mengajukan pertanyaan. Namun, mereka tampak tekun menonton dokumen video profil dan proses kerja mesin di PLTU, pengolahan air laut, penguapan dan pendinginannya, termasuk menyimak pertanyaan para kakak-kakak mahasiswa dan jawaban General Manager PLTU Muara Karang Rudy Hendra Prastowo. Salah satu siswa di Bidang Kebumian, Adythya Fernando, dari SMAN Sumatera Selatan, mengatakan bahwa semua penyajian informasi teknis yang mereka dapatkan bersama para mahasiswa itu cenderung informasi teknis dan profil perusahaannya. Yang paling menggembirakannya adalah dia berkesempatan masuk, berkeliling dan melihat langsung wilayah PLTU. “Yang penting lihat proses di lapangannya,” ujar Adythya. Donatus Hendra Amijaya yang duduk di depan bersama Ireng Sigit Atmanto Program Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, berkesempatan memberikan tanggapan dan rasa terimakasih atas kesempatan yang diberikan oleh pihak PLTU.”Kami, sebagai bagian dari kegiatan Olimpiade Sains Nasional. Peserta yang berkunjung ini dari bidang ilmu Kebumian, berasal dari SMA dari 33 provinsi di seluruh Indonesia, di mana total bidang kebumian berjumlah 87 orang, untuk kunjungan pagi hari 43 siswa, dan siang harinya 44. Mereka terseleksi dari Kabupaten dan Propinsi,” ujarnya. Hendra mengatakan kalau pihak OSN dalam kegiatan tahunannya kerap melakukan kunjungan ke industri, termasuk ke Pembangkit Listrik Geothermal Panas Bumi di Tomohon, Sulawesi Utara pada tahun 2011 dan di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sibayak pada tahun 2010.

Prinsip kami, tambahnya, agar para siswa memiliki wawasan, belajar dari sains apa pun dan mampu mengaplikasikannya. “Baik itu fisika, kimia, matematika, ngapain mereka belajar seperti itu, agar mereka tahu. Mereka belajar sangat dasar, jadi kalau melanjutkan mereka tahu terapannya seperti ini,” ujarnya. Rudy Hendra Prastowo pun menjawab dengan antusias bahwa, dengan gambaran dunia kerja termasuk dunia industri, akan membuka wawasan mereka ketika memasuki bangku perkuliahan, bahkan gambaran bagaimana dunia kerja yang mereka jalani kelak. ***
Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  641 kali