Bandung -- Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal di hadapan para guru sains dan matematika ikut pelatihan di P4TK IPA, di Bandung, Kamis ( 23/6 ) mengungkapkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia ditantang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran para peserta didiknya. Kualitas pembelajaran sangat menentukan daya saing para peserta didik anak Indonesia dengan bangsa lainnya.
Pernyataan Fasli itu merujuk pada data Programme for International Student Assessment (PISA).
Data ini berisi daya saing dan inovasi peserta didik negara-negara OECD ( Organization for Economic Co-operation and Development ). Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar peserta didik anak Indonesia masih berada di bawah bangsa lain. Bila dilihat dari enam level kecanggihan yang dirilis PISA, sekitar dua pertiga peserta didik di Indonesia masih dalam tahap menghafal tanpa mengerti apa yang dihafalkannya. "Baru sedikit yang dapat menggunakan apa yang mereka hafalkan untuk kehidupan keseharian," ujar Fasli.
Dalam enam level kecanggihan tersebut, tempat teratas adalah peserta didik yang dapat mengolah informasi, serta mampu menciptakan inovasi dan kreasi dari informasi yang mereka terima. Apabila sebuah negara masih berada di level terendah, level 1 dan 2, maka akan sulit bersaing dan hidup dalam komunitas modern dan global "Hal inilah yang menggelisahkan kita," ujar Fasli.
Untuk mencapai level tertinggi yakni agar para peserta didik dapat menjadi inventor, Fasli menganggap mata pelajaran sains dan matematika sebagai salah satu kuncinya. Karena itu, mata pelajaran ini perlu disampaikan secara aktif dan menarik. "Sains dan matematika adalah kuncinya. Itulah yang membuat anak-anak berekspolarasi, berproses, melakukan percobaan dan bermimpi-mimpi. Maka, pembelajaran yang aktif dan kemampuan kita menyajikan pelajaran sains dan matematika akan mendukungnya," kata Fasli sembari mengatakan bahwa peran guru adalah unsur utamanya.
Penyegaran pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) pun tidak kalah pentingnya. Karena itu, Fasli menyarankan perlunya MGMP di tingkat sekolah. Dengan demikian, sekolah yang memiliki guru sains dan matematika dalam jumlah yang besar, dapat bergabung dan melaksanakan simulasi pembelajaran terlebih dahulu sebelum hadir di MGMP tingkat wilayah. " Bila cara ini dapat diupayakan maka permasalahan guru dari satu sekolah yang datang bergantian dan tidak berkesinambungan, dapat terselesaikan," katanya sembari mengingatkan pentingnya mencari topik yang menarik untuk didiskusikan. (yogi)
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
1014 kali |