Memasuki hari keempat kegiatan Singapore-Indonesia Students Leaders Adventure Camp (SISLAC) semakin seru saja aktivitas yang diikuti para peserta dari Indonesia dan Singapura. Setelah sehari sebelumnya 90 peserta dari kedua negara mengikuti berbagai kegiatan kreativitas seperti kreasi janur, batik topeng dan berlatih menari caping, selanjutnya mereka mengikuti kegiatan arung jeram sepanjang 12 km di Sungai Elo dan mengunjungi salah satu candi Budha terbesar di dunia, Borobudur.
Ternyata, bukan tanpa makna berbagai kegiatan yang diikuti peserta SISLAC tersebut. Di balik setiap kegiatan, ada pembelajaran yang bisa dipetik. Bagi para peserta yang kritis, tentu bisa menangkap pelajaran yang menyertai setiap aktivitas yang diikutinya, untuk kemudian diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Qonita Labibah Rahmah dari SMAN 5 Yogyakarta misalnya, mengungkapkan bahwa ia banyak belajar dari kegiatan-kegiatan selama mengikuti SISLAC ini. Menurutnya, sebagai tuan rumah tentunya para peserta Indonesia harus belajar dan mengenal budaya sendiri, sebab bagaimana mungkin peserta dari Singapura belajar tentang budaya Indonesia jika sang tuan rumah justru tidak menguasai hal tersebut.
Komunikasi juga merupakan keterampilan yang perlu dimiliki oleh para peserta, karena tanpa komunikasi tidak mungkin bisa terbangun kerja sama dalam satu grup. Dalam melakukan berbagai aktivitas, para peserta dikelompokkan menjadi beberapa grup dan dinamika kelompok ini tentu saja sangat ditentukan oleh terbangunnya komunikasi di antara anggota kelompok.
Pembelajaran lain bisa dipetik dari kegiatan arung jeram. Dalam mengarungi sungai, sewajarnya diperlukan kemampuan berenang, namun pada kenyataannya, tidak semua peserta SISLAC bisa berenang. Di sinilah perlunya kepercayaan terhadap peserta lain dan kerja sama tim, sebagaimana diungkapkan salah satu peserta yang menyatakan tidak bisa berenang dan mempercayakan sepenuhnya kepada rekan-rekan satu kelompoknya.
Hal lain yang mewarnai kegiatan SISLAC adalah kolaborasi. Lim How Chuen Clement, Deputy Director Physical, Sports & Outdoor Education, Kementerian Pendidikan Republik Singapura, mengungkapkan bahwa SISLAC yang merupakan hasil nota kesepahaman antara Indonesia dan Singapura bukan sekadar kegiatan semacam perkemahan. “Dalam kegiatan ini ada kolaborasi dalam banyak level, baik level sekolah, level staf, dan sebagainya,†demikian ungkapnya.
Bagi para peserta asal Singapura tentunya mengenal budaya Indonesia merupakan hal baru yang akan memperkaya pengalaman mereka. Ching Meng Han, peserta yang berasal dari Chua Chu Kang Secondary School mengatakan,
Aktivitas-aktivitas sangat seru dan siswa-siswi Indonesia sangat ramah. Saya tervengang melihat tarian tradisional yang belum pernah saya saksikan, ini pengalaman baru, apalagi kami melakukannya sendiri.â€
Kegiatan SISLAC merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menjalin persahabatan, membangun ikatan erat antara Indonesia dan Singapura, dengan saling mengenal budaya masing-masing.
Teks : Lina
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 486 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019