Dari sekian banyak stan pada Expo FIKSI 2019, Boga menjadi stan favorit yang paling banyak dikunjungi. Betapa tidak, hampir disetiap meja stan boga disuguhkan beragam varian makanan yang dapat dicicipi secara gratis. Ketika dirasakan enak oleh pengunjung, tak jarang pula yang membeli langsung produk boga peserta.
Azizah Rahma Tita dan Fuji Aulia Rahmi, asal SMAN 1 Payakumbuh dengan SAPARE (Sate Pare)
Sebut saja stan milik Azizah Rahma Tita dan Fuji Aulia Rahmi, asal SMAN 1 Payakumbuh. Mereka membuat sate khas bumbu padang yang berbeda dari biasanya. Kalau sate padang yang biasa dipasaran berbahan baku daging, tapi ini bahan utamanya pare yang dipercaya dapat mengobati diabetes. Produk yang dinamakan ‘Sapare’ atau Sate Pare ini diolah dengan sangat baik oleh Azizah dan Fuji sehingga teksturnya sangat mirip dengan daging. “Makanan ini sangat unik, karena biasanya sate terbuat dari daging, kali ini pare yang rasanya juga tidak terlalu pahit karena rasa bumbu padangnya yang sangat terasa.†Ujar Nayla, salah satu pengunjung Expo FIKSI dari SMAN 20 Bandung.
Es Krim Si Latoh produk Ria Safitri dan Eva Firnanda dari SMA Madzratul Ulum Lamongan
Pemandangan yang serupa juga terlihat di stan boga milik Ria Safitri dan Eva Firnanda dari SMA Madzratul Ulum Lamongan. Puluhan cup es krim habis laku terjual dalam waktu singkat. Mereka membuat es krim berbahan dasar latoh (anggur laut) yang biasanya digunakan sebagai lalapan di daerah mereka. Mereka berfikir kenapa latoh tidak dibuat menjadi es krim saja karena diminati oleh semua kalangan dari anak-anak sampai dewasa. Terbukti, mulai dari remaja, orang tua, guru pun mencicipi es krim lembut ini dengan berbagai varian; vanilla, melon, coklat, dan lain-lain. Dan banyak lagi stan-stan favorit bidang boga lainnya yang dipadati pengunjung.
“Peminat bidang boga ini memang sangat banyak dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Ada lebih dari 300 proposal yang masuk ke panitia dan kemudian kita seleksi menjadi 20 finalis. Ke-20 finalis hari ini akan melakukan demo produknya, dan akan kita lihat bagaimana proses pembuatan produk tersebut dari awal (masih bahan mentah) hingga selesai. Setelah melihat hasil pamerannya sangat sulit menentukan pemenangnya, karena kita akui kreatifitas anak-anak tahun ini luar biasa, mereka memasang target yang cukup tinggi pada Fiksi kali ini.†Jelas Chef Lanny Soechan.
Peserta sedang mendemokan proses memasaknya
Chef Ary Gunawan pun mengiyakan, jika bidang boga tahun ini sudah mengalami banyak kemajuan terutama dalam hal kemasan yang jauh lebih menarik dan varian produknya pun lebih banyak dari tahun kemarin. Berbeda dengan tahun lalu yang banyak produk snack, tahun ini lebih variatif mulai dari produk minuman, kue, kecap, dan adapula masakan sehari-hari seperti sate padang yang terbuat dari pare.
Stand Nawang dari SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan Sosis Vegetarian
Namun perlu diketahui oleh siswa, jelas Chef Ary, juri melihat para siswa masih berfikir tentang bahan limbah yang diolah dan dijadikan makanan untuk bisa di konsumsi, bukan tentang bahan yang masih baik dijadikan menjadi lebih baik lagi.
“Misalkan, ada yg memproses kulit durian dijadikan keripik. Kenapa tidak memproses duriannya saja menjadi ice cream atau selai durian, misalnya? kenapa justru mengolah kulit nya? itu artinya para peserta masih berfikir tentang inovatifnya saja, ingin membuat suatu kebaruan tanpa memikirkan manfaatnya apa, kemasannya bagaimana dan value-nya itu sendiri. Kalau tujuannya untuk menjual dan diminati banyak orang, tidak terlalu melihat inovasinya tapi justru rasanya yang lebih enak. Masukan saya buat peserta boga, harus memiliki pandangan yang lebih jelas tentang makna inovasi itu sendiri. Inovasi yang dimaksud disini adalah meningkatkan hal yang baik menjadi lebih baik lagi, bukannya sekedar menciptakan hal yang tidak ada menjadi ada.†Tegas Chef Ary.
Teks: Rinda
Foto : Bernawan
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 290 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019