#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Tim Olimpiade Astronomi Persembahkan Tiga Perak Dua Medali Perunggu

#

Tim Astronomi Indonesia raih 3 medali perak dan 2 medali perunggu pada 6TH International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) di Rio de Janeiro, Brazil, 4-14 Agustus yang lalu. Para peraih medali terdiri dari Sabrina Rizki Aulia (SMAN 8, Jakarta), Dinda Zhafira (SMAN 5 Surabaya, Jawa Timur), dan Leonard (SMA Sutomo 1 Medan, Sumatera Utara). Sedangkan peraih medali perunggu adalah Siti Fatima (SMAN 3 Sampang, Jawa Timur), James Lim (SMAK Petra 2, Jawa Timur).

Kelima pelajar Indonesia telah melalui berbagai tahapan yang dilombakan di olimpiade tersebut. Di antaranya, team competition yang berisi proyek riset teoritis mengenai planet yang berada di sistem bintang ganda dekat. Peserta Indonesia diberikan waktu 4 hari untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di ronde berikutnya adalah soal teori yang berisi 15 soal essay pendek dan 2 soal essay panjang dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sedangkan ronde analisis data, siswa dituntut untuk memecahkan 2 masalah astronomi observasi melalui pengolahan data dan grafik. Terakhir ronde observasi, di sini para siswa diberikan 5 persoalan yang harus dipecahkan dengan menggunakan teleskop di lapangan dalam waktu 20 menit. Proses penggunaan teleskop kurang berjalan lancar sebab suhu turun menjadi 10 Celcius di malam harinya sehingga siswa-siswa ada yang tidak dapat melaksanakan lomba.

Cuaca Pengaruhi Kesehatan

Selaku presiden IOAA, Dr. Chatief Kunjaya menuturkan, sebetulnya para siswa Indonesia masih bisa meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, hanya masalah yang umum terjadi berkaitan dengan cuaca, udara dingin mencapai 10 C, dengan cuaca seperti itu, ada siswa yang bertanding dalam keadaan demam. Juga masalah jet lag atau pergantian waktu, itu sangat memengaruhi kondisi siswa. Tapi, meskipun demam mereka masih bisa memeroleh medali. “Jadi sebetulnya jika tidak sakit mereka bisa memeroleh nilai yang lebih tinggi lagi. Kita sudah berusaha, tiga hari terakhir pelatihannya malam hari dan itu tidak cukup. Biasanya penyesuaiannya seminggu. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik lagi.” Harapnya.

Pada saat yang sama Dr. Hakim L. Malasan pimpinan tim Astronomi Indonesia, juga membenarkan tentang kondisi siswa yang sakit saat mengikuti lomba. “Salah seorang siswa yang diandalkan menderita demam tinggi, namun dalam kondisi yang demikian, dia mengikuti tahapan observasi dan memeroleh nilai yang tinggi. Secara umum para siswa memiliki penguasaaan observasi dan data analisis yang cukup tinggi, hanya mereka masih kesulitan di soal teori terutama dalam memecahkan beberapa persoalan yang sifatnya analisis. Jadi ini masukkan bagus dari pembinaan, kami sangat bersyukur semua dapat medali, baik peringkat kedua maupun ketiga. Kita tetap masuk dalam 10 besar negara-negara peraih medali di ajang olimpiade, apalagi sekarang negara pesertanya kian bertambah, dulu 22 negara, sekarang 27 negara dan 31 tim karena ada satu negara yang mengirim guest team. Jadi sebetulnya dari segi saingan makin bertambah, tapi dibandingkan tahun lalu ada peningkatan. Mungkin dengan pembinaan yang lebih intens lagi, semuanya bisa berjalan lancar. Soal-soal yang perlu diperdalam lagi terletak pada soal analisis dan teori. Misalnya, pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan planet di tata surya luar, itu tidak banyak diantisipasi oleh kita. Tapi penguasaan instrumen maupun pengamatan, rata-rata nilainya bagus, malah Sabrina memeroleh nilai seratus di pengolahan data. Tapi bagaimanapun penentuan nilai akhir ditentukan oleh nilai teori dan praktek.” Tutur Hakim. Ia juga menambahkan, negara-negara kuat dari Eropa Timur seperti Lithuania, Iran, China, India masih menjadi lawan terberat dan mereka menjadi masukan untuk pembinaan selanjutnya.

Di kegiatan tersebut, Dr. Muhammad Iqbal Arifianto juga menambahkan, “di sana lomba dimulai hari senin, para siswa sudah diberikan soal kompetisi, keesokkannya soal teori, kemudian observasi. Situasi lomba pada pukul 12 hingga 1 malam cuaca masih cerah, namun setelah itu muncul awan. Karena masih ada yang belum selesai, maka yang sudah mengerjakan soal dikarantina sehari agar siswa yang tersisa bisa melakukan observasi. Untuk tempat menginap, bagus sekali, namun cuaca sangat dingin.” Ujarnya.

Biar Sakit Tetap Optimis

Kendala cuaca memang menjadi hal yang cukup signifikan bagi tim astronomi Indonesia, namun semangat untuk meraih medali dan memberikan yang terbaik bagi negeri tercinta Indonesia tidak pupus begitu saja, itu yang dirasakan oleh para siswa. Apa yang mereka alami menjadi contoh bagi siswa-siswa lainnya bahwa semangat yang tinggi tidak patah oleh rintangan apa pun.

Meski meraih medali perunggu, Siti Fatimah asal SMAN 1 Sampang, Madura merasa bersyukur masih bisa mempersembahkan medali untuk negeri tercinta ini. Ia melihat Indonesia tidak kalah dalam bersaing dengan negara-negara maju lainnya yang ikut di ajang tersebut. “Tinggal bagaimana caranya kita bisa memberikan yang terbaik untuk negeri ini.” Tekannya.

Sedangkan James Lim dari SMAK Petra 2 Surabaya juga memeroleh medali perunggu sempat sakit panas akibat perubahan temperatur. “Dari semua soal ada satu yang saya rasa sulit, yaitu pengolahan data.” Paparnya.

Dinda dari SMAN 5 Surabaya, bersyukur dapat medali perak, “Semua lawan yang saya hadapi cukup berat, mereka tidak ada yang kurang bagus, pastinya mereka yang turun berlaga di IOAA adalah siswa-siswa pilihan yang cerdas. Jadi lebih ke bagaimana kita bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa ini. Mengapa saya tidak dapat meraih medali emas, mungkin belum bisa menguasai soalnya dengan sempurna. Bagi Saya, bisa memeroleh perak adalah hal yang patut disyukuri. Dari awal hingga terpilih, kami memeroleh pelatihan, kita tidak kaget saat berlomba.” Terangnya. Dan rekannya Leonard dari SMA Sutomo 1 Medan yang memeroleh perak, merasa lebih mantap di soal pengolahan data dan teori. “Kalau soal observasi saya akui agak lemah, sebab saat itu saya menjawabnya agak ‘aneh’, mungkin itu karena pegaruh cuaca. ” Tambahnya.

Kedatangan peserta astronomi Indonesia disambut dengan gembira oleh Direktur SMA, Totok Suprayitno Ph.D, melalui pesan singkatnya, ia menyampaikan selamat dan rasa terimakasih atas perolehan medali yang telah berhasil diraih siswa-siswi Indonesia.

Fanny/Foto: Sidi
Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  681 kali