Hari terakhir berkemah di Cikole, Lembang ditutup dengan api unggun. Kegiatan inilah yang paling ditunggu-tunggu peserta KMD, Karena tidak lengkap rasanya kalau berkemah tanpa adanya api unggun mengingat api unggun itu merupakan bagian dari kegiatan kepramukaan. “Tujuannya selain untuk mendapatkan kehangatan di malam hari, kegiatan api unggun bisa menimbulkan semangat dimana semua peserta sudah mulai capek, lelah dan jenuh dengan aktifitas berkemah di hari terakhir,†papar Rusmiati dari kwarnas.
“Secara fisik, api unggun hanyalah sejumlah ranting yang disusun bertumpuk kemudian dibakar. Namun jika kita lebih mendalami, api unggun memiliki sarat makna dan pesan moral yang terkandung ketika acara api unggun berlangsung. Seperti lidah api unggun yang berkobar-kobar, itu menandakan bahwa kita hidup harus mempunyai semangat yang berkobar-kobar,†tambah Rahmat, tim pembina.
Acara api unggun dimulai dengan upacara api unggun terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan berbagai suguhan hiburan yang kreatif dari para peserta KMD. Para peserta mengeluarkan kebolehan-kebolehan mereka dalam bentuk sebuah karya seni dari berbagai provinsi di Indonesia. Ada ambalan yang menirukan gerakan tari kecak dari bali, tari kipas pakarena dari Sulawesi Selatan,atraksi debus dari Banten, bahkan ada ambalan yang mementaskan tarian ala Papua.
Para peserta KMD betul-betul sangat kreatif, mereka menggunakan apa saja yang ada di sekeliling mereka untuk dijadikan properti di karya seni yang akan mereka tunjukkan. Seperti ambalan putra yang menirukan orang-orang papua, mereka membuat koteka dari daun. Kemudian coretan-coretan putih di badannya memakai doubletip.
Walaupun ada beberapa peserta KMD yang terlihat sedikit malu-malu, tapi itu adalah sebuah tantangan yang menarik bagi mereka. Dengan riang gembira para peserta bernyanyi, menari dan tertawa. Sungguh merupakan malam yang sangat menyenangkan. (Cahya / foto Bernawan)
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 400 kali |