Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan kurikulum 2013 adalah dua hal yang
menjadi topik pembicaraan saat bertemu dengan Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang baru, Harris Iskandar Ph.D di ruang kerjanya.
Selaku Direktur, banyak kegiatan yang sudah menanti dan kesibukkan ini
mencerminkan bahwa SMA memiliki aktivitas yang perlu memeroleh
pembenahan dan perhatian yang lebih serius lagi.
Usai bertemu
dengan Pasiad (sebuah lembaga pendidikan dari Turki), untuk melakukan
kerjasama alam bentuk MoU dalam penyelenggaraan ISPRO (International
Sains Project), yang hampir sama dengan Olimpiade Penelitian Siswa
Indonesia (OPSI), Direktur juga bertutur tentang mengapa kurikulum 2013
dilaksanakan. Ada pun ISPRO sendiri menurutnya seiring sejalan dengan
perubahan kurikulum sekarang, sebab project base sains para siswa
Indonesia akan menuju ke arah yang lebih berpikir. Sedangkan pelaksanaan
ISPRO sendiri bisa di Indonesia atau berpindah-pindah negara.
OSN,
Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Olahraga Siswa
Nasional (O2SN) dan kegiatan lainnya yang selama ini sudah berjalan
dengan baik, menurut Direktur tetap dilanjutkan. “Bahkan, setiap cabang
itu harus punya target kinerja, misalnya memeroleh medali emas. Tiap
cabang itu minimal satu emas, kalau yang sudah biasa satu ya, dualah
untuk tahun 2013 ini. Hal ini saya sudah sampaikan kepada para pembina.
Kalau tidak, bisa terjadi reorganisasi mengenai cara pembinaan dan
mungkin pembinanya harus diganti.†Tegasnya.
Revisi Peraturan
Revisi
peraturan untuk olimpiade-olimpiade itu akan diperluas, artinya,
kejuaraan internasional yang bukan diselenggarakan oleh pemerintah pun
harusnya masuk kedalam hitungan pemerintah. Sekarang ini yang tidak
disiapkan oleh pemerintah tidak diakui, sebaiknya persepsi seperti itu
dihentikan. Tak ada salahnya untuk mengakuinya sebab itu adalah bentuk
dukungan. “Begitu juga dengan lomba-lomba lainnya, seperti debat bahasa
Inggris, serta kompetisi-kompetisi internasional di mana kita juga
meraih medali namun tidak masuk dalam hitungan kita. Tokh mereka juga
bangsa Indonesia. Semua komponen bangsa juga Indonesia, jadi
setidak-tidaknya diakui.†Harapnya.
Di samping itu, Harris Iskandar
juga menjelaskan tentang revisi peraturan menteri berkaitan dengan
pemenang-pemenang OSN yang akan masuk di dalam universitas-universitas
negeri di Indonesia. Menurutnya, para rektor harus melakukan recruitment
talent, sebab itu sangat penting. Selama ini mereka sudah melakukan
kompetisi yang cukup ketat, contohnya Universitas Indonesia (UI),
selection rationya 8 persen, lebih ketat daripada Harvard, sebab demand
di sini tinggi, jadi perguruan tinggi bersikap seperti itu, sementara
kesadaran akan produktivitas sebuah universitas itu dari talentnya.
“Kalau di universitas luar negeri sudah sadar betul, mereka aktif
mencari talent-talent yang jenius itu, termasuk juara-juara sains kita.
Mereka ditawari masuk ke universitas di sana, contohnya seperti
Singapura, Amerika dll. Kemudian terjadi insiden seperti drop out siswa
jebolan OSN di ITB, ternyata dia tidak bisa di mata kuliah lainnya.
Hanya fokus di mata kuliah itu, nah hal ini dalam pembinaannya yang
harus dirubah, jangan sampai model pembinaan di China diberlakukan di
sini, di sana kan sistem pembinaannya berlangsung setahun, jika terus
begitu, maka mata pelajaran lainnya akan terlupakan, jadi tidak
seimbang. Si anak jadi tidak berkembang. Pola pembinaan juga penting,
jangan nanti anak itu kemudian terisolir dari dunianya.†Ujarnya.
Menurut
Harris, OSN sudah bagus dilaksanakan dengan berjenjang, dana dari Pemda
bisa digunakan untuk itu, UUnya pun sudah ada, yaitu UU Pendidikan
Tinggi No. 12 tahun 2012 yang tertulis; dana Pemerintah Daerah boleh
untuk menunjang perguruan tinggi artinya menganggarkan ke perguruan
tinggi sudah boleh, hal ini untuk membantu olimpiade. Dan ini juga sama
dengan memajukan daerahnya. Karena kalau semuanya terkonsentrasi di
pusat, apa artinya desentralisasi? Maksudnya supaya semua elemen turut
berpartisipasi sebab saat ini gaung OSN di beberapa daerah
kredibilitasnya meningkat. “Jadi perhitungkan itu, kalau siswa dapat
medali di OSN, itu kan suatu kebanggaan dan Pemda akan tergerak untuk
memberikan bantuan dalam pembinaan sekolah-sekolah di daerahnya. Memang
itu yang kita harapkan. Itu impian semua sekolah.†Tegasnya.
Kurikulum 2013
Ada
tiga program dalam kurikulum 2013 yang perlu ditambahkan dan
diamanatkan untuk SMA, pertama Pendidikan Menengah Universal (PMU),
kedua Kurikulum 2013, Ketiga Anti Tawuran/kekerasan. Program Pendidikan
Menengah Universal sebanyak mungkin memberikan peluang bagi anak usia
sekolah untuk bersekolah. Mereka bisa memasuki sekolah formal maupun non
formal. “Bahkan saya sedang menjajagi SMA Terbuka yang dulu pernah ada.
Dan intervensi di program perluasan PMU ini adalah Unit Sekolah Baru
(USB), Ruang Kelas Baru (RKB), BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan BSM
(Bantuan Siswa Miskin). Itu instrumen policynya. Sedangkan target
untuk konstruksi kelas baru, saat ini baru mencapai 500-600 milyar,
sedangkan targetnya 4 trilyun. Jadi tidak cukup, jika ada sponsor, itu
langkah yang bagus. Mereka, para sponsor itu, kita abadikan nama-nama
mereka di ruang kelas. Karena dengan begitu nama-nama yang menyumbang
akan dikenang terus. Nama itu terukir dan tetap tetap ada. Program ini
terus berjalan sampai tahun 2020.†Terangnya.
Kurikulum baru ini akan
diimplementasikan mulai tahun ajaran 2013, paradigmanya, di negara lain
disebut kurikulum pembelajaran abad 21. Sebab disadari atau tidak,
para siswa Indonesia sudah hidup pada jaman yang berbeda, dan sekarang
ini, ada gap antara generasi muda dengan yang tua, era teknologi pun
menggiring mereka untuk selalu memanfaatkan keberadaan teknologi yang
dari waktu ke waktu berkembang dengan cepatnya. “Jadi, jika kita tidak
berubah mengikuti perkembangan jaman, kita akan ketinggalan, Kita
menyiapkan mereka/para siswa untuk menyongsong masa depan, dan hampir di
semua lapangan pekerjaan diisi dengan mereka yang berpendidikan S1.
Jadi perkembangan ke depannya sangat luar biasa. Kurikulum baru ini
disiapkan lebih fleksibel, bahkan di perguruan tinggi kita memasukkan
Kerangka Kualisifikasi Indonesia (KKI) dan sudah didisain sepuluh tahun
yang lalu.†Ucap Harris Iskandar.
Dalam wawancara, Direktur
Pembinaan SMA menjelaskan, bahwa di dalam pendidikan ada pendidikan
akademik, vokasi, dan profesi, sekarang ini, ketiganya jalan
sendiri-sendiri dan rigid. Sedangkan di KKI lebih fleksibel dan bisa
saling mengakui, semuanya paralel, itu sama dengan S1, bahkan di situ
ada S1 terapan, S2 terapan, dan S3 terapan. Nah di bawahnya, SMA-SMK.
Dengan kurikulum ini kita mempertipis perbedaan SMA dan SMK. Poinnya
adalah, di sekolah menengah itu memersiapkan anak supaya mandiri dan
menjadi manusia dewasa, lalu masuk ke perguruan tinggi. Sedangkan SMK
lebih ke menghukum masyarakat, menstratifikasi masyarakat secara
ekonomi, karena mayoritas siswa SMK itu berasal dari golongan menengah
ke bawah. Jarang ada orang kaya yang memasukkan anak-anaknya ke SMK,
sehingga ada anekdot SMK itu disebut sebagai Sekolah Menengah Keponakan.
“Jadi kalau dari kampung titip keponakan ke kita, anak kita masuk SMA
sedangkan keponakan masuk SMK saja biar cepat kerja. Ini stigma
masyarakat, sistem kita juga demikian, sekolah itu untuk menengah ke
bawah. SMK bukan semata-mata minat anak untuk dialokasi, karena ingin
cepat kerja, itu tidak demikian.†Paparnya.
Penjurusan SMA Dihilangkan
Dengan
adanya kurikulum 2013 jarak SMA dan SMK semakin dekat, karena ada 24
mata pelajarannya yang sama, yauti kelompok wajib 6 mata pelajaran.
Khusus SMA penjurusan dihilangkan, ‘penjurusan’ itu juga sebenarnya
dinding tebal dan dirubah menjadi ‘peminatan’, dengan adanya kata
‘peminatan’ dinding tebal menjadi dinding yang tipis. Dalam kurikulum
ini, siswa di jurusan IPA boleh mengambil mata pelajaran ekonomi, di
samping mata pelajaran bahasa. Selain itu juga diberlakukan sistim SKS
(Sistem Kredit Semester).
Kepala Sekolah menjadi challengenya ia
menerapkan beragam manajemen, yaitu, manajemen pembelajaran, manajemen
recources, dan manajemen sekolah. Sekarang implikasinya sudah terlihat,
hampir semua siswa memilih jurusan IPA, padahal secara nasional 65% IPA,
30% IPS , dan 5% Bahasa. Itulah sebabnya penjurusan dirubah ke
peminatan dan dalam hal ini yang dirubah strukturnya. Kurikulum untuk
abad 21 spesifikasinya diperluas, di situ ada kemampuan IT yang harus
dimiliki tiap siswa khususnya dalam komunikasi, kemudian kemampuan life
skill serta kemampuan social skill atau beradaptasi, faktor itu di dunia
kerja memeroleh nilai yang tinggi. Yang tak kalah pentingnya,
topbility seseorang harus bagus, sebab saat ini spektrumnya lebih lebar.
Learning kognitif di kurikulum 2013 ini lebih mendalam, jadi
dalam pembelajaran, berbagai pokok bahasan diharapkan si guru yang
pandai dalam mendelivery ilmunya itu jangan semuanya deduktif, harus ada
discovery learning, inquiry. “Guru jangan menyuruh anak untuk menghafal
rumus lalu mengerjakan soal, akibatnya kelak si siswa akan menjadi
pekerja saja. Tapi lebih kepembelajaran, dicoba kunci-kuncinya sehingga
sampai pada kenyataan pada faktor-faktornya, pokoknya pendekatan yang
dilakukan lebih ke project base.
Ada dua ciri yang paling utama
dalam kurikulum abad 21, yaitu kolaborasi dan creativity, para pendidik
mengembangkan kreativitas anak dan berkolaborasi. Karena abad ini
adalah abad kolaborasi, abad persaingan sudah tertinggal, sebab di bawah
persaingan itu adalah kolaborasi.†Tambah Harris Iskandar. Dengan
padatnya waktu dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka kemungkinan
tawuran terhindarkan, siswa lebih banyak berada di sekolah, berdiskusi,
membaca di perpustakaan dan melakukan pengembangan diri lainnya, dengan
demikian pendidikan karakter bangsa juga tumbuh dalam diri mereka.
Fanny J.Poyk
http://siswapsma.org/
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
278 kali |