International Physics Olympiad (IPhO) 2017 resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad pada hari ini, Senin, 17 Juli 2017 bertempat di Hotel Sahid Rich, Yogyakarta. Sebanyak 86 negara mengikuti olimpiade fisika yang diselenggarakan dari tanggal 16 hingga 24 Juli ini.
Olimpiade Fisika Internasional adalah sebuah olimpiade fisika yang diadakan setiap tahunnya untuk siswa sekolah menengah atas dan bersifat internasional. Tujuan olimpiade ini adalah untuk memperkuat hubungan internasional dari negara-negara yang telah bekerja sama dalam ranah pendidikan ilmu fisika antarsekolah menengah atas.
Untuk kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah IPhO setelah pada tahun 2002 menjadi tempat diselenggarakannya IPhO ke-33 di Nusa Dua, Bali.
IPhO ke-48 ini diselenggarakan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap fisika dalam diri para siswa, untuk mengembangkan kualitas pendidikan sains serta untuk membangun kerja sama sains internasional untuk menciptakan kehidupan masa depan yang lebih baik.
Olimpiade ini terdiri dari dua tahap kompetisi, yaitu tes teoritis dan tes eksperimen, yang akan dilaksanakan di Sportarium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sebanyak 650 peserta menghadiri IPhO 2017 ini, yang terdiri dari 395 siswa, 165 leader, 76 pengamat, 14 pengunjung, Untuk tahun ini, olimpiade fisika mengusung tema “I’m Physics: Physics for Peace, Physics for a Better Future of Life.â€
Dalam sambutannya, Hamid Muhammad mengatakan bahwa tema IPhO tahun ini sangat relevan dengan prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia, yaitu penguatan karakter. “Harapan masa depan dunia yang lebih baik dapat kita sematkan melalui ajang ini. Mengingat ajang seperti ini sangat penting untuk menumbuhkan kecintaan para siswa terhadap pengetahuan dan teknologi, mengembangkan pendidikan sains yang berkualitas, dan membangun jaringan global ilmu pengetahuan untuk membangun masa depan dunia yang lebih baik,†demikian diungkapkan.
Hamid juga menambahkan, “Ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan kita dihadapkan pada tantangan pembangunan global berkelanjutan yang sangat krusial, di antaranya masalah ketimpangan pembangunan, kemiskinan, kesehatan, krisis energi karena pembangunan fisik yang tidak ramah dan tidak berkelanjutan. Tantangan ini dapat kita jawab melalui pendidikan sains, khususnya fisika, yang berkualitas. Oleh karena itu kebijakan pendidikan harus kita arahkan untuk menyiapkan dunia yang unggul dan berkarakter menguasai bidang-bidang yang akan menjadi kunci perubahan dan keberlangsungan masa depan umat manusia.â€
Ajang tidak hanya merupakan ajang untuk berkompetisi tetapi yang lebih penting juga adalah sebagai ajang untuk menyemaikan benih-benih saling pemahaman antarbangsa sehingga terwujud persahabatan dan kerja sama di bidang fisika dan sains yang berkualitas.
Sementara itu, Presiden IPhO, Hans Jordens, menekankan bahwa selain hasil, tidak kalah pentingnya dalam olimpiade ini adalah kesempatan bertemu langsung dengan sesama peserta. Salah satu alasan utama diselenggarakannya olimpiade ini ketika pertama kali diselenggarakan setengah abad lalu adalah agar dapat bertemu satu sama lain, yang tentunya pada masa itu tidaklah mudah untuk dilakukan. IPhO pertama kali diselenggarakan di Polandia pada tahun 1967, yang diadakan oleh lima negara Eropa yaitu Bulgaria, Cekoslovakia, Hungaria, Romania dan Polandia.
Sebagai tuan rumah, Indonesia mengirim lima siswa terbaik untuk ikut berkompetisi dalam olimpiade fisika kali ini, yaitu Bonfilio Nainggolan (SMAN 48, Jakarta), Gerry Widiarto (SMAN MH Thamrin, Jakarta), Ferris Prima (SMAK Penabur, Gading Serpong), Faizal Husni (SMA Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan) dan Fikri Makarim (SMA IT Albinaa IBS, Bekasi).
Selamat berjuang kepada seluruh peserta IPhO 2017.
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 323 kali |