Pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2016 berlangsung lancar, semua peserta mengikuti kegiatan dengan khitmat yang telah dibagi pada beberapa lokasi sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti. Untuk Kimia, sedikitnya ada 86 peserta yang ikut ambil bagian pada tahap pertama praktikum dengan menggunakan tiga laboratorium. Ke- 86 peserta dibagi menjadi dua kelompok yakni pada pagi dan siang hari, dengan materi yang berbeda pada setia sesinya ilmu.
Ketua tim juri mata pelajaran Kimia, Ismunaryo mengatakan, pada masing-masing sesi peserta mengerjakan praktikum selama 2,5 jam dengan basic ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. "Kompetisi ini dibagi menjadi dua sesi, jika pada pagi hari peserta mengerjakan praktikum organik, maka di siang harinya peserta mengerjakan praktikum anorganik,"ungakpnya.
Dia menjelaskan, tingkat menguasaan yang pembekalan yang telah diterapkan dari sekolah sangat membantu dalam kompetisi praktikum ini. Pasalnya, teknis praktikum ini telah disekolahkan sebelumnya sehingga sudah familiar dan tidak ada masalah bagi peserta. Dia mencontohkan, untuk praktikum organik misalnya mempelajari genetika berbasis sejawa organik, kecepatan reaksi dengan teori yang telah didapat sebelumnya. Sedangkan untuk Anorganik misalnya uji kualitatif yang mempelajari sifat dan reaksi senyawa anorganik.
Selain menggunakan seragam sekolah masing-masing, dalam melaksankan praktikum, semua siswa wajib mengenakan pakaian khusus yang bertuliskan peserta OSN 2016. Peserta juga menggunakan masker khusus serta kacamatan khsusu untuk melakukan pengamatan. Semua peserta tampak tenang dan mengerjakan praktikum dengan pengawasan dari petugas pada masing-masing kelas.
"Sebelumnya juga telah dilakukan perkenalan alat yang akan digunakan dalam praktikum, mengingat sebagai peserta masih ada yang belum mengenal dan menggunakan alat," tegasnya, Pihaknya berharap peserta didik akan terus menguasai dan mencintai ilmu pengetahun. Selain itu juga, pemerataan pengetahuan ini harus bisa masuk hingga pelosok wilayah bagian timur Indonesia, sehingga tidak ada kata tertinggal meskipun berada pada wilayah terpencil.
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 263 kali |