Suasana di Laboratorium (lab) Kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB) terlihat berbeda dari biasanya, para calon ilmuwan muda terlihat memenuhi ruangan tersebut. Raut wajah terlihat serius dengan tangan yang sibuk bekerja menuangkan zat kimia ke tabung-tabung reaksi. Ya, kompetisi untuk bidang Kimia di Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2013 hari ini telah dimulai (4/9).
Untuk ujian hari pertama dimulai dengan praktik selama empat jam. “Untuk kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya diselingi oleh istirahat tapi sekarang tanpa istirahat,†ungkap Drs. Riswiyanto, M.Sc. salah satu juri Kimia saat ditemui di lokasi ujian. Tingkat kesulitan soal pun ternyata meningkat di OSN 2013. Tahun ini menjadi tahun pertama praktik Kimia tanpa istirahat. “Melalui ujian tersebut dapat dinilai juga bagaimana peserta mengorganisir waktu untuk menyelesaikan praktikum tersebut,†ujar Prof. Dr. Djulia Onggo menambahkan.
“Tingkat kesulitan soal meningkat karena tahun ini soal diadopsi, walau tidak semua, dari soal Kimia di olimpiade internasional 2012 yang diadakan di Amerika Serikat,†ujar Dr. Deana Wahyu,ningrum M.Sc. saat ditemui di tempat yang sama. Untuk International Chemistry Olimpiad(IChO) 2012 kemarin, Indonesia mendapat tiga perak dan satu perunggu. “Prestasi sudah bagus tapi tetap harus ditingkatkan,†lanjutnya.
Untuk praktikum, para peserta dihadapkan dengan praktik membuat larutan, mengenai senyawa kompleks, menentukan kadar kemurnian senyawa kompleks, menghitung massa molekul, dan kromatografi lapis tipis kemurnian dari senyawa yang dibuat tadi. “Praktikum kali ini sangat menarik, misalnya praktik mengenai sintesis senyawa kompleks yang sangat berguna untuk mensitesis senyawa lainnya,†terang dosen yang sudah menjadi juri OSN sejak 2004. Untuk ujian teori yang dilaksanakan setelah ujian praktik di hari selanjutnya pun memiliki soal yang terkadang mirip seperti soal praktik, tetapi ada soal Kimia biasa, misalnya perhitungan rumus-rumus Kimia.
Untuk penilaian OSN Kimia ini, tim juri membagi presentasi nilai menjadi dua, yaitu 40% praktik dan 60% teori. Karena itu setiap peserta dapat menambah poin penilaian mereka diujian teori apabila merasa kurang maksimal dipraktikum. Selain itu, antusias peserta di OSN 2013 sama seperti tahun kemarin, mereka bersemangat dan serius untuk mengikuti rangkaian olimpiade. “Intinya untuk mengikuti OSN, khususnya bidang Kimia adalah adanya sikap cermat, teliti, dan terampil,†ungkapnya.
Ketiga sikap tersebut sangat dibutuhkan karena di bidang Kimia karena selain teori, praktik juga sulit karena mencampuradukkan zat-zat kimia. “Pintar dalam teori belum tentu terampil ketika mencampuradukkan zat-zat kimia,†tegasnya. Karena itu, peserta OSN 2013 diharapkan memiliki tiga sikap sangat mendasar tersebut.
Selain itu, siapa pun nantinya yang menjadi juara harus menganggap kemenangan itu adalah awal dari perjuangan menuju olimpiade internasional. “Jangan langsung merasa dapat menguasai secara sempurna tapi ingatlah sebagai awal perjuangan untuk tahap internasional,†ungkap Prof. Djulia yang juga dosen FMIPA Universitas Indonesia.
OSN Kimia 2013 Persiapan Menuju IChO 2014Peserta OSN Kimia 2013 diikuti oleh 86 siswa perwakilan seluruh daerah di Indonesia. “Mereka berkompetisi untuk menjadi juara dan untuk mewakili Indonesia di IChO 2013 yang akan diadakan 2014 di Hanoi, Vietnam,†terang Deana yang juga Dosen di FMIPA ITB.
Proses seleksi untuk mengetahui siapa yang akan mewakili Indonesia dimulai dari OSN ini. Saat OSN berlangsung akan diambil 30 siswa terbaik, yaitu mereka yang mendapat 5 emas, 10 perak, dan 15 perunggu. Setelah itu, 30 siswa tersebut akan diberikan pelatihan pertama, berupa teori dan praktik juga dan diujikan kembali. “Akan ada sistem gugur di pelatihan satu dan biasanya akan diambil 15 besar,†ujar dosen yang saat ditemui menggunakan kerudung hijau ini.
Kemudian pelatihan ke dua pun akan diberikan kepada 15 siswa ini dengan tingkat kesulitan yang meningkat sehingga menyisakan kurang dari sepuluh, biasanya 5-7 peserta. Setelah itu berdasarkan hasil keputusan tim juri akan terpilih empat orang yang akan mewakili Indonesia diajang IChO.
Perwakilan untuk tiap bidang memang 4 orang berdasarkan ketentuan olimpiade internasional. “Karena itu bisa saja, anak yang mendapat emas di OSN ternyata tidak mewakili untuk ajang internasional karena masih ada pelatihan lagi. Jadi 30 anak tersebut memunyai kesempatan yang sama,†ujar dosen yang menjadi pendamping untuk IChO 2012 kemarin. “Mereka, tiga puluh besar, harus kembali berjuang dan berkompetisi,†tambahnya.
Pemerataan Fasilitas Lab untuk OSN yang Lebih BaikPerihal pelaksanaan OSN 2013, ketiga juri ini berpendapat bahwa sudah ada peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi masih perlu ada pemerataan fasilitas di daerah-daerah yang kekurangan fasilitas lab sehingga para peserta memunyai pengetahuan yang mirip. “Terkadang sangat terlihat perbedaan dari peserta yang biasa bereksperimen di lab dengan yang tidak atau jarang,†ujar Deana Wahyuningrum.
Dukungan pemerintah melalui peningkatan fasilitas serta pembinaan terhadap guru-guru hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk OSN Kimia kali ini, Riswiyanto menambahkan agar praktikum dapat diadakan di lab seperti ujian saat ini sehingga praktikum bisa berjalan memang di tempat yang sesuai. “Jelas ada peningkatan karena OSN Kimia sebelumnya saat praktikum biasanya tidak di lab tapi di kelas yang disulap sementara menjadi lab, kurang efektif,†ungkap Dosen FMIPA Universitas Indonesia ini.
Fasilitas lab untuk praktikum OSN sangat dibutuhkan karena menyangkut kenyamanan dan keselamatan kerja peserta terjamin. “Tidak harus lab yang lengkap atau oke tapi lab yang bisa maksimal untuk mendapatkan hasil yang optimal,†ujarnya sambil tersenyum.
Penyelenggaraan OSN sangat bermanfaat untuk siswa, khususnya dari daerah karena sebagian besar dari mereka akan melakukan eksperimen yang mungkin jarang dilakukan. “Hal ini merupakan jalan untuk bisa mendapat bibit-bibit unggul dari daerah,†ungkap Prof. Djulia. Selain itu mereka dapat menceritakan pengalamannya selama mengikuti OSN kepada teman-teman di daerah asalnya. “Menceritakan juga bahwa Kimia itu tidak menyeramkan tapi mengasyikkan sehingga bisa dimanfaatkan dan dilakukan untuk kebaikan manusia,†ujarnya sambil menutup pembicaraan.
Dukung Penuh Anak Didik untuk Mencapai Target
Dukungan sangat diperlukan untuk para peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2013 yang sudah memulai pertandingan sejak4 September 2013. Bagaimana tidak? Mereka, para peserta OSN 2013, harus menghadapi beberapa hari ini untuk berkompetisi dan berjuang. Karena itu tanpa diminta, dukungan diberikan langsung oleh pihak terdekat mereka, yaitu kepala sekolah yang langsung meninjau di lokasi ujian.
“Saya sangat mendukung peserta OSN 2013 karena saat ini mereka sedang berjuang membawa nama baik sekolah, provinsi, bahkan nantinya akan membawa nama baik negara,†ungkap Khoe Tjole Tjin, Kepala Sekolah SMA Sutomo 1 Medan. “Apalagi mereka terlihat sangat antusias, sangat bersemangat,†lanjutnya. Untuk tahun ini, SMA Sutomo Medan mengirimkan delegasi yang mewakili Sumatera Utara sebanyak 12 orang, tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya.
Tak berbeda jauh dengan SMA K Rajawali Makassar yang mengirimkan delegasi perwakilan untuk Sulawesi Selatan sebanyak sepuluh orang. “Jumlahnya tidak jauh dari tahun sebelumnya karena kami ingin mengirimkan delegasi secara konsisten, tidak berbanding jauh tahun demi tahun,†ungkap Helena, kepala sekolah di SMA K Rajawali Makassar.
Selain itu kedua kepala sekolah ini pun menyatakan optimis untuk medali yang akan diraih oleh anak-anak mereka. “Harus optimis dan lebih baik dari tahun lalu,†tegas kepala sekolah SMA Sutomo 1 Medan saat ditemui di Laboratorium Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB). Optimis pun juga dinyatakan oleh Helena untuk OSN kali ini. “Optimis mendapatkan medali perak,†ungkapnya sambil tersenyum.
Mengenai persiapan OSN 2013 dirasakan oleh kedua guru pendamping sudah meningkat dari tahun ke tahun. “Dari segi pelayanan sudah baik, sangat mendukung apa yang dibutuhkan oleh peserta,†jelas Khoe. Selain itu, Helena pun mengungkapkan agar pelaksanaan olimpiade semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik dari segi pelayanannya, dukungan pemerintah pusat maupun daerah.
“Akan lebih baik apabila pemerintah pusat lebih peka dengan tim-tim daerah yang jauh dari ibu kota, misalnya dengan memberikan pelatih nasional ke daerah-daerah sehingga bisa merata di semua wilayah Indonesia,†kata Helena yang ditemui di tempat yang sama dengan Khoe Tjole Tjin. “Intinya agar anak di daerah manapun memunyai kesempatan yang sama untuk bisa meraih kemenangan di olimpiade nasional maupun internasional nantinya,†ungkapnya sambil menutup pembicaraan.suci
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
328 kali |