Sebanyak 90 siswa SMA dari 33 provinsi di Indonesia, berkumpul di SMAN Husni Thamrin Jakarta untuk mengikuti ujian bidang studi Biologi yang menjadi bagian dari OSN (4/9). Hari pertama ujian bidang biologi dimulai dengan tes praktikum, dan tes tertulis di hari kedua. Gurat-guratan ketegangan, keseriusan, kecemasan dan semangat masih terus menyala-nyala silih berganti di wajah para siswa-siswi peserta Olimpiade Sains Nasional untuk mata lomba biologi. Sebelum mengikuti tes praktikum, para peserta sudah lebih dahulu dibekali dengan kegiatan pengenalan alat tes praktikum seperti mikroskop.
Terkait pengenalan alat praktikum tersebut, ada sekelompok anak yang baru pertama sekali melihat atau mengetahui alat tes yang akan digunakan. Selain itu, ada juga sekelompok anak yang telah mengetahui alat tersebut, termasuk tatacara penggunaannya. Namun, meskipun demikian sekelompok anak yang baru pertama kali mengenal alat tersebut, sudah mendapatkan pemberitahuan tentang cara penggunaan dan fungsi alat tersebut.
Gloria Evita Thalia, siswi SMAK Penabur Gading Serpong, Banten (kelas 11), baru pertama kali ikut OSN, mengaku bahwa ia baru pertama kali pula melihat alat spektrofotometer. Semula dirinya dan beberapa peserta memang belum pernah melihat alat praktikum tersebut, tapi kini Gloria sudah mengenal dan mengerti cara penggunaannya. Untuk OSN kali ini, siswi yang bercita-cita jadi dokter ini, menargetkan mendali emas dan lolos pelatnas. Hal yang sama juga dialami Reina Rahma Noviasari, peserta dari SMAN 81 Jakarta. “Sebenarnya, semua alat-alat praktikum untuk tes biologinya sudah saya kenal dan bisa menggunakannya. Namun untuk microskopnya, yaitu spektrofotometer agak beda. Yang ini lensa monokuler (1 lensa). Nah yang biasa saya lihat lensanya binokuler (2 lensa). Namun jika dilihat dari tata penggunaannya, lebih enak yang menggunakan lensa monokuler,â€tutur Reina.
Jika Reina dan Gloria baru pertama kali melihat spektrofotometer, Kadek Adit Wiryadana, peserta dari provinsi Denpasar, Bali sudah pernah melihat dan mengetahui alat tersebut. Sehingga tidak perlu terlalu khawatir lagi, ditambah tadi juga sudah ada keterangan penjelas terkait penggunaan spektrofotometer.
Asisten juri, Ihsan Tria Pramanda, Sm. Si menjelaskan bahwa untuk hari kedua kegaiatan OSN ini adalah pengenalan alat yang akan digunakan ketika tes praktik dilakukan. Adapun beberapa alat yang dikenalkan antara lain, microscop, micropipet, sentripugasi dan beberapa alat lainnya yang akan digunakan pada saat tes. Terkait soal Ihsan menjelaskan, bahwa soalnya selalu mengikuti silabus internasional. Tiap tahun bisa berubahan. “Tahun ini soalnya lebih banyak dibidang fisiologi hewan. Tahun ini untuk mata pelajaran biologi ada 4 tema yang akan dilombakan, masing-masing tema waktunya 90 menit. Terkait tingkat kemampuan sih selama ini masih di dominasi provinsi yang ada di Jawa, tapi daerah lain juga memiliki peluang yang sma. Ditambah lagi ada anak yang sudah berpengalaman atau pernah ikut OSN. Lagi-lagi, meskipun demikian pengalaman mungkin mereka menang, namun peluang untuk jadi pemenang tetap sama,†jelas Ihsan. “Yang pasti, untuk tingkat kesulitan soal acuan materi setingkat universitas. Di sini anak-anak dituntut untuk belajar lebih dari apa yang dipelajari sekarang,†kata Ihsan salah seorang juri untuk mata pelajaran biologi .
Terkait soal-soal yang diberikan dalam Olimpiade Sains Nasional 2012 ini, Dr. Agus Dana Permana (juri-ITB) menjelaskan, bahwa pada umumnya soalnya sama, begitu juga tingkat kesulitannya juga sama, akan tetapi tema beda, meskipun topiknya sama. Demikian juga mengenai peluang setiap siswa, semuanya sama-sam memiliki peluang jadi juara. Peluang antara siswa yang sudah berpengalaman atau pun belum, semuanya tergantung kesiapan kesehatan, fisik dan mental, artinya peluangnya sama. Dalam tes biologi, ada 4 tema yang sedang dilombakan, tema lomba pertama ekologi dan fisiologi tumbuhan (praktikumnya mengenai keanekaragamaan tumbuhan dengan analisis kandungan metabolit sekunder). Kedua biologi sel dan molekuler (kita melihat aspek molekuler dari organisme). Ketiga topiknya biosistematik hewan dan tumbuhan. Keempat etologi (memepelajari prilaku hewan). Sebenarnya etologi di kurikulum SMA tidak adan dipelajari di Universitas.
Siti Kurnia Maninsan Cendekia misalnya, salah satu peserta OSN asal Gorontalo, kelas 12 terlihat sedang menyenderkan tubuhnya di salah satu tembok sekolah. Untuk hari ini, Siti dan para peserta lainnya baru saja menyelesaikan tiga tema tes, yaitu biologi sel molekuler dan biosistematik, etologi terakhir ekologi dan fisiologi tumbuhan.
Dalam mengikuti tes tersebut, meskipun sudah melakukan intensif, dirinya masih menemukan kesulitan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan dikarenakan kurang sering praktik, alat-alat praktiknya belum ada di sekolah, kalau pun ada hanya di universitas. Alat-alat yang tidak ada itu adalah alat untuk praktikum biologi sel molikuler, seperti micropipet, mesin sentifugasi, spektrofotometer (fisiologi tumbuhan) dan beberapa alat lainnya. Untuk alat ini beberapa dari peserta Gorontalo belum pernah pegang, dan ini menjadi salah satu kendala dari beberapa peserta Gorontalo dan peserta dari daerah lainnya. Tapi ini tidak mengurungkan semangat mereka, karena sebelumnya sudah diperkenalkan alat dan cara pemakaiannya oleh juri. “Kalau anak-anak di daerah, kami mengalami kesulitan mengakses buku, biologi (untuk mata lomba biologi, referensinya banyak). Namun dengan adanya soft copy dari e-book, ini sangat membantu. Kesulitan lainnya adalah mengundang pelatih datang untuk ke daerah, karena pada umumnya pelatihnya dari Jawa, yaitu ITB,†kata Siti.
Sama dengan beberapa peserta OSN lainnya, Siti adalah salah seorang peserta yang baru pertama kali mengikuti OSN, jadi rasa dan perasaan masih campur aduk menjadi satu. Baik itu rasa senang, bangga, gelisah, tidak percaya diri dan berbagai macam warna perasaan lainnya. “OSN kali ini, ada 2 orang untuk mata lomba biologi. Total peserta yang ikut ada 14 siswa. Saya ingin mendapatkan mendali saja, karena di daerah Gorontalo untuk mata lomba biologi belum pernah mendapatkan mendali,†harap Siti .
Nuri Indahwati SMAN 1 Pamekasan, Jawa Timur. Peserta yang pernah ikut olimpiade, pada 2009 (kelas 3 SMP) ini, memiliki targetan bisa mendapatkan mendali. Terkait tes yang baru saja dilaluinya, Nuri memaparkan bahwa sebenarnya soalnya sama-sama susah, tapi yang paling susah di biologi sel molikuler. “Karena belum terbiasa melaksanakan praktikum seperti ini, jadi pakai alatnya masih pelan-pelan, banyak berpikir. Sehingga kerjanya belum bisa cepat. Namun, untuk soal materi, Nuri bisa menyelesaikannya dengan baik, karena sebelumnya bisa dipelajari melalui buku dan internet,†tutur Nuri.
Sedikit banyaknya, apa yang dirasakan Nuri dan Siti juga dirasakan oleh Wakhid Ryan Cahyadi, siswa kelas 12 SMAN 1 Wonosari, D.I. Yogyakarta. “Dari tiga tes lomba yang dilalui sebenarnya tidak sulit, hanya kurang bisa mengatur waktu, jadi tidak bisa terselesaikan semua. Selain itu ada beberapa alat yang masih kurang paham cara penggunaannya, seperti alat untuk mengetahui adanya asam absisat pada tumbuhan,†kata dia.
Cahyadi mengaku, bahwa ketidak mampuannya dalam menggunakan alat praktikum dengan maksimal dan cepat, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan waktu praktikum di UGM cukup terbatas. Jadi ada beberapa alat yang belum sempat dicoba oleh Cahyadi. Sehingga tidak semua soal bisa dijawab dengan baik. Kalau diperkirakan dari semua tema yang di lombakan, Cahyadi menjelaskan ada sekitar 10-15 soal yang tidak terjawab dengan baik.
Untuk tes teori. Cahyadi menjelaskan bahwa tes akan dibagi dua, yaitu teori A dan teori B. “Teori ini berupa, biologi sel molikuler, genitika, evolusi, ekologi, biosistematik dan anatomi fisiologi tumbuhan dan hewan. Bobot teori A lebih ringan karena pilihan berganda. Teori B, karena isiannya singkat,†jelas Cahyadi.
Raih Yang Terbaik
Terkait tes biologi, Purwaningsih (57 tahun), guru biologi SMA N 1, Salak Tiga, yang juga menjadi guru pendamping untuk mata lomba biologi dari Provinsi Jawa Tengah ini, membawa sekitar 60 siswa, dan 9 siswa untuk mata pelajaran biologi, sedangkan untuk Guru pendamping ada 8 orang. Untuk menghadapi OSN 2012 ini, kami dari kontingen provinsi Jawa Tengah telah memersiapkan segala kebutuhan dan keperluan lomba, termasuk pelatihan khusus dan bimbingan intensif. Biasanya provinsi mengadakan pemusatan latihan, dilaksanakan sebelum dan sesudah lebaran. Dalam setiap pelatihan dan bimbingan intensif atau khusus, kalau anak-anak biasanya kesulitannya ada di biomolikuler dan biosistematik. Untuk ini kami minta bantuan dosen, karena ini merupakan mata pelajaran perguruan tinggi. “Menurut kami, anak-anak yang sudah sampai nasional, motivasi belajarnya kuat. Misalkan saja, Ferias peserta dari SMA N1 Kebumen. Dia adalah salah satu peserta OSN yang pernah ikut pada 2011 yang lalu, jadi mental dan motivasinya sedikit banyaknya sudah terasa. Demikian juga dengan anak-anak lainnya. Kelihatannya anak-anak itu, di SMP-nya pun mereka pernah berprestasi, jadi mentalnya sudah siap,†kata Purwaningsih.
Yunus Samara, guru pendamping dari Provinsi Sulawesi Selatan, Makasar ini membawa 28 siswa-siswi terbaiknya untuk ikut OSN, dan untuk mata pelajaran biologi dirinya dan pembimbing lainnya membawa 4 siswa. Yunus Samara adalah guru SMA Katolik Rajawali Makasar, untuk mata pelajaran biologi. “Untuk sampai ke tingkat nasional, siswa-siswa terlebih dahulu harus melalui tes tingkat sekolah, tingkat kabupaten kota. Setelah lulus seleksi, selanjutnya kami juga melakukan bimbingan intensif, rutin dan berkesinambungan. Terkait peralatan praktik yang kurang memadai, biasanya kami bekerjasama dengan Universitas Hasanudin Makasar dan Universitas Negeri Makasar untuk belajar dan latihan. Yang pasti,
Kami datang dengan harapan untuk jadi pemenang, namun kalau hasilnya tdk jadi pemenang, kami terima dengan lapang dada,†ungkap Yunus. Tim Potensi
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
1051 kali |