Perhelatan Olimpiade Sains Nasional (OSN) XI untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah di Jakarta, 2-7 September, belum mendapatkan pemenang. Namun, persaingan antarsiswa terasa ketat. Pada perhelatan OSN mata pelajaran fisika, sejumlah 90 siswa sedang menyelesaikan soal ekperimen, pada Rabu (5/9) di SMAN 28 Jakarta. Sehari sebelumnya (4/9), peserta bidang fisika telah mengikuti tes teori.
Udara berpendingin membuat suasana terasa sejuk di dalam ruangan kelas SMA Negeri 28 Jakarta, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (5/9). Di ruangan bertuliskan nomor 4 itu, ada 18 siswa sibuk mengerjakan soal. Mereka begitu serius mengerjakan soal-soal praktikum. Mulai dari menghitung gaya gravitasi hingga mekanikal. 90 peserta didik dari berbagai provinsi di Indonesia itu nampak semangat bekerja. Mereka memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Sehari sebelumnya, mereka mengkikuti tes teori di tempat yang sama.
Koordinator Bidang Fisika Dr. Syamsu Rosid mengatakan OSN sebagai ajang sebelum menuju ke ajang internasional. Untuk itu, siswa-siswa terbaik akan mewakili Indonesia nanti. “Tahun sekarang, dipastikan soal cukup sulit. Ada peningkatan kualitas soal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,†ujar Syamsu, seraya menunjukan beberapa soal kepada Potensi. Soal ujian teori terdiri dari mekanika dan listrik magnet. Persentase nilai total teori adalah 80 persen dan nilai eksperimen 20 persen. Pada dua tahun sebelumnya, prosentasi yaitu 90:10. “Ini tentatif bisa saja suatu saat 70:30,†jelasnya.
Di tempat yang sama, Dr.M Hikam, selaku Dewan Juri Bidang Fisika pada OSN XI mengaku ada pemberian soal-soal yang sulit. Itu berdasarkan pembobotan internasional, yaitu 80 persen berbanding 20 persen. “10 tahun lalu hanya mekanika. Sekarang kami menambah dengan elektrik. Ini yang mungkin membuat siswa sedikit panik,†ujarnya.
Namun, Hikam mengaku pemberian standar tes teori dan praktek sudah memenuhi kajian secara seksama. “Saya yakin, dari 90 peserta, pasti ada 10 persen yang menjawab secara baik,†ujar dosen FMIPA, Universitas Indonesia, itu, sopan. Di bidang fisika sendiri, dewan juri akan mengambil 30 siswa dengan nilai terbaik untuk dibina di Jakarta. Kemudian, akan dibagi lagi menjadi 15 siswa da ndibagi lagi menjadi 5 siswa. Lima siswa terbaik akan diikutkan pada ajang internasional. “Kami melakukan seleksi secara ketat. Lima terbaik untuk tingkat dunia mewakili Indonesia,†jawabnya, mantap.
Dua universitas yang ditunjuk untuk membina para pemenang nantinya, yaitu Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia. “Nanti bila semua pemenang sudah diketahui. Kami akan memberikan tryout. Ini penting apalagi persaingan antarnegar semakin ketat,†tandasnya.
Darius Chandra, siswa SMAN I Pekanbaru, Riau, mengaku sebelum mengikuti OSN, ia mendapatkan bimbingan yang difasilitasi pihak provinsi di Universitas Indonesia, 23-31 Agustus lalu. “Saya senang fisikia. Saya sudah pelajari listrik magnet dan mekanik sejak awal sehingga saya tak kuatir untuk mengerjakan materi di OSN,†ujar peraih emas Olimpiade Universitas Fakultas Ilmu Keguruan, Universitas Riau, itu. Bagi siswa kelahiran Pekanbaru, 1 Februari 1996, ada kesulitan dalam fisika. Terutama, pada soal-soal mekanik. Namun, ia memiliki tekat untuk membawa pulang medali.
Sementara itu, Akbar Putra, siswa SMAN 1 Padang Panjang, mengaku mendapatkan target untuk meraih medali dari sekolahnya. “Untuk fisika ada 4 siswa dari Sumatra Barat. “Saya sendiri belajar autodidak, baca buku, dan tanya ke kakak kelas,†papar siswa asal Asal Solok, Negari Gunung Talang, itu.
Stephen, siswa SMA Kusuma Bangsa, Kota Palembang, Sumatra Selatan, mengaku sangat sulit. Dalam satu bulan penuh. “Di Palembang, pihak provinsi yang melatih saya,†jelas siswa kelahiran 13 Desember 1995, itu, sumringah. Berbeda dengan Rhesa Edrick Tandean, siswa SMA Lokon St Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara. Ia optimistis untuk meraih emas dalam ajang tahunan tersebut. “Susahnya saat mengerjakan tes praktek tentang gravitasi. Saya harus berburu dengan waktu,†ujarnya. Untuk OSN, ini bukanlah kali pertama baginya. Tiga ajang serupa pernah ia ikuti dan berhasil meraih medali. Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang IPA SD 2008 di Makassar, Sulawesi Selatan, ia meraih perunggu. Kemudian, pada OSN 2010 di Medan, Sumatra Utara, ia meraih perunggu. Dan, OSN 2011 di Manado, Sulawesi Utara, ia meraih perak. “Target dari provinsi, yaitu minimal dapat medali emas sekarang,†ucap siswa kelahiran Manado, 13 Agustus 1997, itu.
Dr. Syamsu Rosid kembali menjelaskan OSN ini sebagai persiapan sebelum seleksi siswa ke ajang dunia, yaitu Olimpiade Fisika Internasional (International Physics Olympiad). “Rencananya, tahun depan di Kopenhagen, Denmark. Ini yang sedang kami persiapkan untuk mengirimkan ana-anak terbaik,†ungkapnya.
Pencapaian tim Indonesia di ajang dunia cukup positif. Pada olimpiade fisika yang bertajuk International Zhautykov Olympiad (IZhO) di Almaty, Kazakhstan, pada 14-20 Januari 2012, Tim Indonesia berhasil meraih tiga emas. Para pelajar yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional itu adalah Erwin Handoko Tanin (18) siswa SMA Sutomo 1 Medan, Limiardi Eka Sancerio (17) siswa SMAK Penabur Gading Serpong, Albert Datui (17) siswa SMAK Penabur Gading Serpong, dan Indhika Fauzan Warsito (17) siswa SMAN MH Thamrin Jakarta. Ada pun Erwin, Limiardi dan Albert berhasil meraih medali emas, sedangkan Indhika berhasil meraih medali perunggu. “Saingan kini sangat ketat. Dari dulu saingan kita adalah China, Thaiwan. Sekarang ada Singapura dan Korea yang sudah mulai sulit untuk disusul,†jelas Syamsu, serius.
Kehadiran guru pendamping memiliki peran penting bagi para siswa. Pasalnya, siswa dapat diingatkan untuk tetap fokus dalam menghadapi Olimpiade Sains Nasional XI di Jakarta, 2-7 September.
Guru pembimbing fisika Provinsi Jawa Tengah, Subiyanto, mengaku proses pendampingan terhadap siswa untuk memberikan motivasi dan dukungan. “Di dalam kelas, anak-anak bekerja. Namun, saat istirahat, kami memberikan arahan agar mereka tetap semangat. Persiapan kami cukup efektif karena sebelumnya anak-anak mengikuti pemusatan latihan selama 20 hari di Semarang. Ada target untuk dibawah ke kampung, yaitu emas,†jelas Subiyanto.†Ujarnya.
Sementara itu, pembimbing siswa Provinsi Bali, Made Sudana, mengaku peranan pembimbing begitu penting. Apalagi, ini adalah ajang untuk membangun kemandirian siswa. “Saya melihat siswa-siswa kami semakin mandiri. Ini bisa dilihat dari ketekunan dan kejelian dalam mengerjakan soal-soal fisika di OSN. Kami tak mau muluk-muluk, namun tentu target selalu ada,†pungkas guru SMA 1 Singaraja, itu.
Finnie Tesiana Optimistis Pertahankan Emas
Siswi asal SMA Sutomo 2 Medan, Sumatra Utara, Finnie Tesian, 10, mengatakan akan mempertahankan emas bidang fisika pada ajang Olimpiade Sains Nasional XI di Jakarta, 2-7 September. “Target sekarang juara kalau bisa absolute winner di teori dan eksperimen. Saya merasa senang di fisika sehingga tak ada kendala selama berada di OSN,†ujarnya di Jakarta, Selasa (4/9).
Finnie adalah siswa periah emas di bidang fisika pada OSN tingkat Sekolah Menengah Pertama di Manado 2011 lalu. “Saat di SMP saya menang. Saya target untuk mempertahakna emas itu di tingkat SMA sekarang,†jelasnya.
Gadis keturunan Tionghoa kelahiran Medan, 19 Desember 1997 itu mengaku dukungan dari pihak sekolah sangat tinggi. Beban target pun tak menjadi masalah. “Yang penting belajar dan berdoa,†ucapnya, sopan. Ketertarikan pada fisika membuat kembaran dari Fannie Tesiana--siswi bidang kimia—itu menjadikan fisika sebagai hobi. “Kebetulan saudara kembar saya juga ikut OSN. Saya pikir, hobi kami memang berbeda. Saya hobi fisika, kembaran saya (Fannie) hobi kimia,†ucapnya, sumringah.
Finnie mengaku merasa kesulitan pada test teori. Terutama, pada gravitasi. “Aku seperti rasa gagal di beberapa soal test. Saya nggak tenang saja saat menulis jawaban. Ternyata, ujian teori lebih susah ketimbang tes praktek (eksperimen),†gumangnya, seraya menyantap sekotak nasi ayam. Tim Potensi/Foto: Rinda, Sidik
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
1173 kali |