Setelah menempuh perjalanan panjang melalui proses seleksi, tiba juga saatnya bagi kesembilan puluh peserta Olimpiade Sains Nasional 2012 (OSN), bidang studi matematika, untuk unjuk kebolehan. Dalam kurun waktu dua hari (4-5/9) kemampuan serta hasil belajar mereka diuji melalui tes tertulis, yang diselenggarakan di SMAN 28, Pasar Minggu, Jakarta. Terlihat kepala-kepala yang menunduk di setiap ruangan yang terletak di lantai dua sekolah tersebut. Mereka nampak tenggelam, menekuni soal-soal yang telah diberikan pengawas.
Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, OSN kali ini tetap mengacu pada International Mathematics Olympiad (IMO). Hal ini dijelaskan Dr. Al Haji Akbar selaku Koordinator Juri bidang studi matematika. “Dibuat sedekat mungkin dengan IMO, karena tujuannya memang untuk persiapan ke sana. Jadi, sama-sama dilaksanakan dalam dua hari. Bedanya hanya pada jumlah soal. Di IMO ada tiga soal per hari dengan durasi empat jam setengah, sementara di OSN ada empat soal yang harus dikerjakan dalam waktu empat jam. Tentunya tingkat kesulitan lebih besar di IMO, makanya walaupun jumlah soal lebih sedikit, waktu yang diberikan lebih panjang,†Al Haji menjelaskan kepada Potensi.
Keempat soal yang diujikan setiap harinya sudah mencakup empat bidang meliputi aljabar, geometri, kombinatorika, serta teori bilangan. Aljabar adalah cabang matematika yang memelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Sementara geometri secara harfiah berarti pengukuran tentang bumi, merupakan cabang matematika yang memelajari hubungan di dalam ruang. Lain lagi halnya dengan kombinatorika yang meliputi penghitungan obyek yang memenuhi kriteria, menentukan obyek “terbesarâ€, “terkecilâ€, atau yang “optimalâ€, dan menentukan struktur suatu obyek. Dan teori bilangan adalah cabang matematika murni yang memelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat mudah dimengerti, sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Tim juri OSN berusaha membuat soal yang berbeda dari soal manapun yang pernah dikeluarkan dalam kompetisi-kompetisi lainnya, semisal kompetisi tingkat regional. “Soal-soal yang sudah pernah keluar biasanya bisa dilihat di internet. Jadi kalau kita buat sama, kasihan yang belum pernah melihatnya. Sudah pasti akan memengaruhi hasilnya,†papar Al Haji. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah soal tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun lalu. Menurutnya hal itu baru dapat diketahui ketika hasil akhir sudah keluar. Pasalnya, terkadang apa yang dianggap mudah oleh juri belum tentu mudah bagi para siswa. Begitu juga sebaliknya, soal yang dianggap sulit bisa jadi justru mampu dikerjakan dengan sangat mudah oleh para siswa.
“Yang terpenting sebenarnya adalah kemampuan problem solving, kemampuan memecahkan sebuah masalah,†tandas dosen FMIPA Universitas Indonesia itu. Dengan kemampuan problem solving yang baik, lanjut Al Haji, maka siswa akan mampu menganalisa soal apapun yang diberikan, sehingga dengan mudah menemukan cara untuk menyelesaikannya.
Dalam hal penilaian, hasil uji hari pertama mendapat porsi yang sama dengan hari kedua, karena bidang studi matematika tidak memiliki ujian praktek. Setiap jawaban akan diperiksa oleh dua juri di tempat yang terpisah, untuk diberikan skor atau poin antara satu sampai dengan tujuh. Jika masing-masing juri memberikan poin yang berbeda maka keduanya akan berunding hingga mencapai kesepakatan. Tapi jika tidak menemui kesepakatan, maka penilaian akan dilakukan dengan cara voting, melibatkan seluruh anggota juri. “Hal ini mungkin saja terjadi dan pernah terjadi di IMO. Tapi sejauh ini belum pernah terjadi di OSN. Jadi jangan khawatir karena ini akan melalui proses penilaian yang sangat obyektif,†katanya.
Berusaha Semaksimal Mungkin
Beberapa siswa nampak masih sibuk berpikir, bahkan setelah ujian selesai. Satu dua orang terlihat membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas soal-soal yang telah mereka kerjakan. Sebagian merasa tidak mengalami kesulitan yang berarti, sementara yang lain mengaku soal yang diberikan cukup sulit. Salah satuya Sonia Miyajima Anjani, siswa kelas 12 asal Bandar Lampung. Saat ditemui Potensi seusai ujian, Sonia mengaku menemui beberapa kesulitan saat mengerjakan keempat soal yang diberikan.
“Jujur tadi saya nggak terlalu nervous, mungkin kurang persiapan aja. Tapi ya sudahlah, yang penting sudah berusaha. Yang saya pikirin yang penting saya nulis walaupun saya nggak ngerti. selain itu setiap jawaban kan ada poin, jadi sebisa mungkin diisi supaya tetap dapat poin,†ucapnya.
Ngemil Dulu
Sementara itu, Fajar Fathurrahman, peserta asal Ponti–anak, merasa bahwa ujian di hari kedua jauh lebih mudah dibandingkan hari pertama. Siswa SMAN 1 Pontianak itu mengaku sedikit mengalami kesulitan di bagian geometri. Menurutnya, geometri membutuhkan langkah pengerjaan yang cukup panjang disertai analisis, mulai dari soal sampai gambar, serta memiliki banyak rumus. Namun, ia merasa cukup yakin pada bagian teori bilangan. Uniknya, setiap kali ujian, ia terbiasa membiarkan lembar jawabannya kosong selama dua jam pertama. “Dua jam pertama itu kertas saya masih kosong. Saya hanya meneliti soal-soalnya sambil ngemil-ngemil. Nanti di saat-saat terakhir, baru deh kertas dipenuhkan,“ katanya seraya tertawa.
Fajar sendiri mengakui adanya persaingan yang cukup ketat di OSN XI/2012, setelah mengamati peserta lain selama beberapa hari ini. Menurutnya, rata-rata siswa memiliki kemampuan yang sama, bahkan ada yang kemampuannya jauh lebih tinggi. Namun, hal itu tidak mengurangi keoptimisannya untuk menyabet medali dalam ajang bergengsi ini. Tim Potensi
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
978 kali |