Karakter merupakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri setiap individu. Melalui pengalaman, eksperimen, dan terkadang pengorbanan, pembentukan karakter terjadi begitu panjang.
Peserta Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) dan National School Debate Competition (NSDC) beruntung bisa bertemu dan berbagi pengalaman dengan Kolonel Inf. Asep Syarifudin, staf ahli Pangdam Pattimura, bidang sosial budaya. Para siswa bisa belajar bagaimana menemukan jalan lurus melalui pengalaman panjang Asep sebagai prajurit TNI. "Saya yakin adik-adik di sini semuanya ingin jadi perintis, ingin jadi terdepan. Kalau kita punya keinginan, punya cita-cita pastilah akan terdorong oleh karakter."
Asep mendorong semua orang untuk punya karakter. "Kalau bisa kalian punya pribadi yang berkarakter, berjati diri Pancasila, bersemangat merah putih. Kini giliran kalian memperjuangkan negeri ini. Kalau karakter bangsa yang dimiliki, mengamalkan Pancasila, saya yakin pasti memiliki karakter yang baik," urai Asep.
Asep menilai dengan kegiatan sepositif LDBI dan NSDC, generasi muda bisa melawan segala macam tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini. "Saat ini perang yang sedang berlangsung terjadi di segala aspek. Generasi muda Indonesia dihancurkan supaya tak berkarakter, tak berkepribadian, dengan narkoba, minuman keras, dan sebagainya. Kalian bisa melawan dengan cara yang positif ini.Terima kasih pada Kemendikbud yang telah memberikan sarana dengan ajang ini karena ingin melahirkan generasi-generasi yang berkualitas," imbuh Asep. Bagi Asep membentuk karakter tidaklah sulit.
Tak Perlu Lagi Takut Soal Biaya Pendidikan Sementara dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik, Suharlan, SH, MM, mengatakan anak muda Indonesia tak perlu lagi takut soal biaya pendidikan. "Saat ini sudah ada BSM. Programnya program indonesia pintar, kartunya kartu indonesia pintar. Sebenarnya program sama tapi hanya ganti baju. Khusus untuk anak yang kurang mampu, pemerintah akan menjamin pendidikan anak. Program itu langsung diterima oleh siswa. Tahun kemarin sasarannya hanya pendidikan formal. Sekarang anak yang putus sekolah harus sekolah. Harus masuk sekolah dulu, dananya harus diterima oleh siswa," jelas Suharlan. Selain itu ada program BOS, yang diberikan langsung ke sekolah.
Terkait dengan kegiatan yang ada direktorat. Suharlan berharap semua kegiatan lomba harus ada seleksi. Terbaik dari sekolah, kabupaten, baru terbaik ke tingkat provinsi. "Lomba tingkat nasional ini terkait penyaluran bakat dan minat siswa. Kami harapkan proses berjenjang ini dilaksanakan. Jangan sampai kalian datang ke Ambon hanya ditunjuk oleh kepala sekolah. Proses seleksi berjenjang bagus, karena ada kompetisi di situ. Kalau ada sistem tunjuk, sampaikan kepada kepala dinas, harus ada proses seleksi. Kalau ada proses seleksi kalian akan merasa bangga karena mengalahkan sekolah lain. Kalau da proses seleksi kalian pasti ada kemauan untuk mengalah kan provinsi lain. Yang masuk ke tingkat nasional akan diberikan bantuan besiswa selama setahun. Untuk yang Bahasa Inggris ada proses
seleksi lagi untuk dikirim ke tingkat internasional. Dalam lomba debat Bahasa Inggris tingkat internasional ternyata kita mampu. Kita pernah berdebat dengan siswa Inggris, Indonesia juga tidak kalah. Kalau sudah atas nama negara. Bendera Merah Putih harus ada di dadamu," pesan Suharlan.
Terkait pendidikan di sekolah. Suharlan mengatakan,"Pintar saja tidak cukup, tapi harus berkarakter. Contohnya ada anak yang ikut olimpiade Fisika, Matematika, dan Kimia. Ada seorang siswa hafal semua rumus tapi dia tidak bisa bergaul. Jadi kemana-mana anak itu diikuti orangtua. Kalau jalan juga diikuti orangtua. Pintar saja tidak cukup harus ada kecerdasan yang lain yang harus kalian kuasai," terang Suharlan.
Satu lagi hal terpenting dalam pendidikan karakter kali ini, sekolah perlu menanamkan adanya pemahaman tentang HAM. Termasuk tawuran antarpelajar, antarsuku, antaragama, itu sama saja kembali ke zaman jahiliyah, primitif. Tawuran itu sudah melanggar HAM. Di Indonesia pemaham HAM masih salah. Menurut pengamat, Indonesia ada bonus demografi. 15-25 tahun ke depan Indonesia diprediksi akan masuk ke dalam kelompok negara besar. Tapi ramalan ini bisa benar bisa tidak.
“Generasi kalianlah yang akan mengisi republik ini. Saya merasa optimis setiap kegiatan internasional bidang pendidikan indonesia selalu masuk papan tengah. Selalu diperhitungkan negara maju. Generasi kalianlah yang
akan memanfaatkan bonus demografi tersebut," tutup Suharlan.
Media Potensi
Teks Hari Murtono/Foto Bayu Budiono
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 419 kali |