Canda dan tawa menghiasi aktivitas siswa Pembinaan Tahap II Olimpiade Kebumian Internasional di University Hotel, Yogya, Selasa (22/3). Meski setiap hari melahap aneka materi dan ujian, para siswa tetap enjoy menikmati kebersamaan.
"Kekompakan kami ini terbentuk karena sering praktikum di lapangan. Kita manfaatkan aktivitas di luar selain belajar juga mengakrabkan diri," kata Suwaibatul Annisa, siswi SMA Semesta Semarang ketika membuka perbincangan. Ngobrol santai kami juga ditemani siswa lain Geoffrey Tyndali (SMAN 2 Jakarta).
Para siswa Pembinaan Tahap II Olimpiade Kebumian Internasional tercatat melakukan 3 kali praktikum yakni studi lapangan geologi di Sragen dan Sangiran, studi meteorologi di Prambanan, dan studi oseanografi di Jepara, Jawa Tengah.
Dengan kekompakan yang terjalin ini Baik Geoffrey maupun Suwaibatul Annisa merasa tidak kesepian karena menganggap teman-teman lain seperti keluarga sendiri.
Geo, sapaan akrab Geoffrey menuturkan, ketertarikan di bidang kebumian muncul karena ada dorongan dari kakak kelasnya yang sebelumnya pernah berlaga di olimpiade sains nasional. "Dari situ rasa penasaran saya tumbuh dan mulai belajar soal kebumian," imbuh Geo yang meraih medali perak di OSN 2016. Namun karena di sekolahnya tidak ada pemberi materi khusus soal kebumian, ia pun belajar mandiri baik dari buku maupun internet.
Hal berbeda dialami Ica, sapaan Suwaibatul Annisa. Di sekolahnya sudah memfasilitasi siswa yang akan berlaga di olimpiade sains. Dengan demikian ada guru khusus yang mendampingi siswa. "Saya beruntung mendapat bimbingan khusus dari guru sehingga lebih terarah," kata siswi peraih medali perak OSN 2016 ini.
Ke depan Ica yang saat ini duduk di klas XII sudah berencana untuk melanjutkan studi di fakultas kedokteran. Sementara Geo masih fokus studi karena baru kelas XI. "Sudah ada gambaran, ingin lanjut ke ITB, jurusannya ya masih seputar bidang kebumian," pungkasnya.
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 246 kali |