#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Seleksi Naskah OPSI Tingkatkan Budaya Penelitian

#

Seleksi naskah calon peserta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tahun 2012 berlangsung 9-12 Agustus di Hotel Amoz Cozy, Jakarta. Acara yang dibuka Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik Suharlan SH, MM, dihadiri oleh para juri dari berbagai universitas yang ada di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, dll. Ada pun bidang yang dilombakan adalah; ilmu Sains Dasar, Sains Terapan dan IPS/Humaniora. Di kegiatan ini lebih kurang 850 naskah yang masuk diseleksi oleh tim juri. Pemilihan naskah terbaik dilakukan berdasarkan tiga bidang yang sudah disebutkan di atas. Dalam technical meeting, para juri memeroleh penjelasan teknis yang berkaitan dengan jalannya kegiatan serta pemberian nilai pada masing-masing bidang yang dilombakan. Dalam naskah OPSI harus disepakati rambu-rambu penilaian, kriteria penilaian makalah, dan format/lembar penilaian yang akan digunakan. Kegiatan ini merupakan tahapan olimpiade penelitian secara keseluruhan. Pelaksanaan OPSI terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap penilaian naskah, tahap gelar poster dan pameran, serta tahap presentasi. Tujuan diadakannya OPSI memotivasi siswa SMA untuk berkreasi dalam berbagai bidang ilmu sesuai dengan minat dan bakatnya, menjaring siswa yang memiliki bakat, minat dan kemampuan dalam bidang penelitian, menumbuhkembangkan rasa ingin tahu dan budaya meneliti di kalangan siswa SMA, mendapatkan hasil penelitian yang orisinal, berkualitas dan kompetitif.
Bidang-bidang yang diolimpiadekan mencakup, Sains Dasar yang terdiri dari Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sains Terapan terdiri dari Ekologi/Lingkungan, Mesin dan Elektronika, Informatika, Kesehatan, Pertanian (Pangan dan Non Pangan). Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora yang mencakup Ekonomi dan Manajemen, Kebudayaan (Arkeologi dan Anthropologi), Humaniora (Sejarah, Bahasa, Seni dan Religi), Pendidikan dan Psiologi, serta Sosiologi.
“Seperti biasa pelaksanaan OPSI diawali dengan tahap penilaian naskah. Pada tahap penilaian naskah ini, tim juri akan menyeleksi naskah yang telah diterima Direktorat Pembinaan SMA, yaitu lebih kurang 850 naskah. Sembilan puluh naskah terpilih akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap gelar poster/pameran dan presentasi yang akan diselenggarakan pada tanggal 7-13 Oktober 2012 mendatang. Mengenai rambu-rambu penilaian, secara garis besar meliputi keterpenuhan metode ilmiah, keunikan ide penelitian dan kreativitas, peluang aplikasi, pameran, interaksi saat pameran dan kemampuan ketika memaparkan presentasi. Rambu-rambu penilaian inilah yang berperan besar untuk penilaian naskah dan harus disepakati dalam kegiatan ini. Saat ini Direktorat Pembinaan SMA akan mengirimkan 3 orang peserta yang telah terseleksi dari para pemenang OPSI tahun 2011 untuk ikut di Olimpiade Penelitian Internasional Mostratec di Brazil Oktober nanti.” Jelas Arfah Laidiah, Kasi Peserta Didik. Dari delapan ratus lebih naskah yang terkumpul, beberapa juri mengungkapkan bahwa masih banyak makalah yang masuk merupakan pengulangan dari makalah terdahulu. Untuk Sains Terapan, hasil pemilihan makalah yang dikirimkan terpilih 373 naskah yang akan mengikuti 6 bidang lomba. Di antaranya, informatika terpilih 3 peserta dari 43 naskah, mesin/ektronika ada lima peserta yang dipilih dari 30 naskah, bidang pangan terpilih 6 naskah dari 80 naskah, bidang lingkungan 6 naskah dari 71 naskah yang dikirim, kesehatan 8 naskah dari 116 naskah yang diterima panitia, pertanian/umum ada 3 naskah dari 33 naskah terpilih.
Berkaitan dengan sains terapan, Hajrial Aswidin Noor Ph.D dosen IPB menjelaskan kalau tahun ini naskah sains terapan yang terkumpul cukup bagus, para siswa mencoba untuk memberdayakan potensi-potensi lokal yang mereka punya. Beberapa memang ada pengulangan-pengulangan, seperti penelitian tentang berbagai jenis tanaman dan pertanian, sebagian lagi mencoba meneliti yang sudah banyak diketahui orang, jadi tidak ada inovasi baru. Tapi ada juga yang memiliki ide-ide unik, baru dan orisinil. “Di sini ada dua grup, yang pertama ide penelitiannya orisinil namun metode penelitiannya lemah, apa yang ada di pikirannya penulisannya kurang lengkap dan kurang bagus. Misalnya, bila kita ingin membuktikan sesuatu harus ada metode yang terstruktur, tapi banyak siswa melakukan penelitian yang tidak terstruktur. Beberapa naskah ada yang bagus, kita coba nominasikan, minimal metode penelitiannya itu agak lumayanlah, terstruktur, penelitiannya unik dan bukan hal-hal yang sudah biasa. Ini bisa dimaklumi sebab mereka masih SMA, mereka menemukan ide di pikiran, namun tidak tahu bagaimana menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ada juga naskah yang sudah diteliti orang.” Terang Hajrial.
Di bidang sains dasar, Wahyu Sri Gutomo Ph.D dari ITB mengungkapkan, secara umum jumlah naskah yang masuk meningkat dari tahun lalu, tetapi dari segi kualitas dan orisinalitas tidak terlalu banyak peningkatan. Ada beberapa pengulangan ide dasar dari penelitian yang diusulkan, ini mungkin kesamaan ide saja, tapi juga sukar sekali mengembangkan kreativitas dan ide baru. Ada beberapa yang hampir sama, mungkin juga pencarian-pencarian sumber dan rujukan yang terbatas, sehingga banyak sekali pengulangan dari tahun-tahun sebelumnya. “Ada makalah yang bagus dan orisinal, ide kreatifnya muncul tetapi memang masih ku­rang didukung oleh keterangan atau elaborasi ilmiah. Tapi meski demikian kami coba mengerti tentang hal itu, mungkin juga ini terkait dengan tingkat pemahaman-nya.” Ujarnya. Sedangkan dari bidang kimia, Dr. Agustino dari Universitas Indonesia dan Dr. Rino dari ITB menjelaskan kalau tipe proposal penelitian mirip dengan tahun-tahun yang lalu. Naskah masih bertutur tentang arang, batubara untuk energi, batere untuk minyak, dll. Polanya masih sama. Tapi satu dua sudah ada yang meneliti tentang kearifan lokal, namun metodenya tetap yang lama. “Tampaknya kita perlu banyak sosialisasi juga ke pembimbing-pembimbing, terutama ke guru-guru mereka. Kami melihat dari Yogyakarta banyak yang masuk, hal ini disebabkan karena mereka punya pembinaan khusus,” ujar Agustino.
“Saran saya perlu adanya pembinaan untuk guru-guru di masing-masing provinsi, kita kan sudah tahu daerah-daerah yang unggul, jadi kita harus membedakan daerah itu dengan yang lain, daerah lain ikut dibimbing dengan daerah yang lebih maju, agar distribusi menjadi merata. Riset-riset yang ada di universitas diperkenalkan ke sekolah-sekolah, dengan demikian muncul ide-ide kreatif. Sekali lagi, guru dan siswa harus datang ke universitas untuk melihat riset apa yang sedang dikerjakan sehingga mereka bisa memiliki ide-ide baru untuk dibawa ke SMA dan dipraktekkan ke OPSI.” Saran Rino. Di bidang penelitian informatika, Dwi Hendratmo Ph.D salah satu juri dari ITB, menjelaskan bahwa dari segi peminat jumlahnya masih sama, polanya pun tidak berubah, sebagian ada yang sudah melakukan inovasi, sebagian lagi mengambil masalah yang sudah ada. Jadi kita tidak bisa melihat keunggulannya di mana, tapi 5 hingga 10 makalah kita anggap sudah punya ide-ide bagus yang bisa dikembangkan. “Kebetulan di bidang informatika tidak terlalu banyak yang memilih, tapi kami ambil 3 nominasi yang cukup bagus, begitu juga untuk mesin dan elektronika, kita ambil lima, itu yang terbaik dan memang betul-betul ada nilai inovasinya. Untuk SMA penelitian ini bagus, kita cukup senang mereka bisa memikirkan sejauh itu pada naskah yang mereka buat. Ini perlu sosialisasi, yang penting bagaimana menemukan ide-ide baru. Persoalan di sekitar kita banyak yang bisa diteliti, jangan sampai sekedar meniru ide orang. Setidaknya banyak sekali masalah di sekeliling kita, tinggal kita mencari ide-ide yang inovatif dari permasalahan tersebut. Ide yang belum terpikirkan orang, ide seperti itu yang kita cari. Karena ini sebagai latihan, ke depannya akan diperoleh peneliti-peneliti yang potensial dan bagus.” Papar Dwi.
Hampir senada dengan komentar beberapa dosen di atas, Dr. dr Tri Edy dari UI juga mengungkapkan kalau naskah-naskah yang masuk seleksi merupakan duplikasi angkatan sebelumnya yang kemudian dikerjakan lagi, jadi tidak ada kemajuan. “Usulan saya, bagaimana kalau judul-judul penelitian yang menjadi pemenang, penerima emas, perak, atau pe­runggu, disam­pai­kan ke sekolah-sekolah yang akan ikut dalam OPSI, sehingga mereka menjadi tahu tentang makalah-makalah yang sudah diteliti dan ada pendataan. Sebab jika tidak demikian kita tidak bisa maju-maju.” Dari bidang IPS/Humaniora, terpilih 47 naskah bidang sosiologi dan anthrologi, para juri memberlakukan pasing grade untuk naskah-naskah yang masuk, skore 200 dianggap lulus, di bawah 200 dianggap tidak memenuhi syarat. Juri memilih lima dari 15 naskah yang terpilih. Mereka mengambil skore yang paling tinggi. Ada beberapa naskah yang bagus dan mengikuti trend anak muda saat ini, contohnya tentang euphoria remaja terhadap boyband asal Korea atau K’Pop dan pemanfaatan twitter, facebook dsb. Apa dampak negatif dan positifnya terhadap motivasi belajar anak-anak SMA. Naskah bidang IPS/Humaniora berjumlah 279, di antaranya bidang ekonomi dan manajemen, psikologi dan pendidikan, sejarah dan kebudayaan, sosiologi, anthropologi, serta huma­niora yang terdiri dari bahasa sastra, seni, dan religi.
Fanny
Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  529 kali