Tim International Biology Olympiad (IBO) Indonesia berhasil meraih 3 medali perak dan satu perunggu di ajang IBO ke 22 tahun 2011 yang berlangsung di Taipei, Taiwan. IBO diikuti oleh 229 siswa dari 53 negara dan dibuka pada 11 Juli oleh Wakil Presiden Taiwan Mr. Vincent Siew. Pada acara pembukaan, sambutan juga disampaikan oleh Menteri Pendidikan Taiwan Dr. Ching-Ji Wu di mana beliau menekankan pentingnya biologi bagi kehidupan manusia di masa kini dan akan datang.
Usai acara pembukaan, para juri dan observer melakukan diskusi dan menerjemahan soal-soal test praktikum, pada kegiatan ini diperoleh empat topik test praktikum, yaitu : Biologi Molekuler, Anatomi dan Fisiologi Hewan, Ekologi dan Biosistematika, Anatomi Fisiologi dan Genetika Tumbuhan. Para juri juga melakukan diskusi dan menerjemahkan soal-soal praktik di mana seluruhnya ada 58 soal teori A dan 50 soal teori B. para siswa harus menyelesaikan soal-soal teori berdurasi 2 jam untuk teori A dan 3 jam untuk teori B.
Pada ajang IBO tahun ini, ada perbedaan perolehan medali dengan tahun 2010 yang lalu di Korea Selatan, saat itu, Tim IBO Indonesia berhasil mempersembahkan 2 medali emas dan 2 medali perunggu. Melihat perolehan medali memang ada penurunan, karena tidak memperoleh emas. Meski demikian, jumlah medali perak lebih banyak dari tahun lalu. Menanggapi hal ini, Suharlan SH, MM, Kasi Peserta Didik, berkomentar bahwa meski ada penurunan, namun semangat siswa dalam berlomba sudah menggembirakan, mereka telah berjuang dengan keras. "Proses pembinaan yang diberikan pun sudah cukup memadai dan sama dengan pembinaan tahun lalu, di mana tidak ada pengurangan jam maupun hari. Mungkin kali ini saingannya lebih berat." Ujarnya.
Sependapat dengan Suharlan, Rosid selaku penanggungjawab Olimpiade Sains Nasional mengungkapkan bahwa tahun ini mungkin persaingannya lebih berat, dari segi kualitas, peserta Indonesia tidak menurun. Meski tidak memperoleh medali emas bukan berarti mereka kurang serius mengikuti lomba, yang penting mereka tetap konsen dan semangat. "Kita tetap memberi semangat pada mereka untuk jangan patah semangat, karena yang namanya pertandingan pasti ada kalah dan menang. Turunnya perolehan medali tidak terlalu drastis sekali. Melihat medali perak yang berhasil dikumpulkan lebih banyak dari tahun lalu, ya tidak masalah. Tahun depan akan kita bina lagi dengan intensitas yang tinggi." Jelasnya.
Kemampuan siswa Indonesia di ajang IBO kali ini tidak diragukan lagi. Hanya saja, sikap nervous atau grogi para pesertalah yang membuat mereka down. "Saat pembukaan lomba, peserta happy, tapi ketika lomba, mereka mulai grogi. Apalagi saat mereka melihat lembaran-lembaran soal yang lumayan banyak, di mana satu topik ada 20 hingga 22 lembar. Harusnya mereka tenang saja. Akibatnya, ada beberapa soal yang tidak terbaca atau terlewat, dan ini menyebabkan nilai mereka berkurang." Ujar Dr. Agus Dana, tim leader IBO Indonesia. "Padahal, nilai mereka rata-rata di atas dari nilai anak-anak yang ikut IBO." Ujar tim leader Dr. Agus Dana.
Agus juga menjelaskan kalau materi soal, mirip dengan tahun-tahun yang lalu, terutama soal praktikum. Keempat-empatnya mirip. Hanya satu tema yang berbeda. Pada IBO tahun ini, perolehan medali didominasi oleh peserta dari Amerika, mereka adalah peserta-peserta keturunan China yang berdomisili di sana. Tim IBO Indonesia terdiri dari Marsha Christanvia SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta (medali perak) Thoriq Salafi MAN Insan Cendekia Serpong (medali perak), Afandi Charles SMAN 78 Jakarta (medali perak), dan Husni Muarif SMA Taruna Nusantara Magelang (medali perunggu). Pembina yang bertindak sebagai juri dan observer yang mendampingi mereka, Dr. Agus Dana P, Dr. Maelita R, Moeis dan Dr. Ramadhani Eka Putra, Dr. Sucipto Hariyanto, dan Eddy Purwanto dari Kemendiknas.
Di tengah riuhnya penyambutan kedatangan tim IBO Indonesia, para peraih medali mengungkapkan rasa gembiranya pada Potensi.
Marsha Christanvia, SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta (medali perak)
Di tengah rasa senang bisa memperoleh medali perak, pastinya terselip juga perasaan tidak puas. Saya kecewa saat membaca soal, ada satu baris yang lewat dari perhatian saya. Akibatnya, saya memperoleh nilai minus yang lumayan banyak. Tapi ya sudahlah, moment seperti itu tokh tak bisa diulang lagi. Ketelitian dan kehati-hatian ternyata sangat penting, apalagi untuk olimpiade seperti ini.
Thoriq Salafi MAN Insan Cendekia Serpong (medali perak)
Senang dan kecewa bercampur jadi satu. Aku kecewa karena targetku sebenarnya emas. Mungkin ada yang kurang maksimal saat mengerjakannya karena akhir-akhir ini aku sangat lelah praktikum sampai sore. Beda saat di awal ujian, semua bisa dikerjakan dengan baik. Tapi seterusnya ada beberapa soal yang kurang teliti kukerjakan, terutama soal hitung-hitungan yang menggunakan kalkulator. Dari semua peserta, lawan terberat buatku adalah China, USA, dan Taiwan.
Afandi Charles SMAN 78 Jakarta (medali perak)
Saya tidak menyangka dapat medali perak, benar-benar amazing. Soal praktikum rasanya susah sekali, dan saya juga sulit untuk mengalokasi waktu, karena satu kali praktikum itu ada banyak jenisnya. Jadi kita harus menentukan mana yang harus duluan, mana harus terakhir, biar waktunya tepat. Soal-soal yang diujikan dengan soal pelatihan mirip-miriplah, nggak jauh-jauh dari silabus yang ada. Dari semua peserta, saya rasa lawan yang berat dari Amerika, terutama orang-orang asia yang tinggal di sana.
Husni Muarif SMA Taruna Nusantara Magelang (medali perunggu)
Saya baru kali ini ikut IBO, dapat medali perunggu senangnya bukan main. Sebenarnya target saya emas, namun melihat lawan-lawan canggih semua, saya sempat grogi. Dapat medali perunggu juga nggak nyangka. Apalagi soal-soalnya susah-susah dan lumayan banyak. Tipe soal sih sama dengan yang saya pelajari di tahun-tahun yang lalu. Tahun lalu soal lebih banyak ke listening, tahun ini lebih banyak ke soal hafalan. Doakan tahun depan saya masih bisa ikut lagi ya…
Fanny
Penulis |
 :  |
|
Editor |
 :  |
|
Dilihat |
 :  |
647 kali |